6. Jatuh

33 11 4
                                    

Sebelum baca, vote dan komen dulu doong!!

Awas Typo bertebaran!!.

▪▪▪▪

Suara langkah kaki kian mendekat kearah kelasnya, mungkin itu si 'pengirim' cokelat ini pikirnya. Kini suara itu terus mendekat dan terdengar sangat hentakan kaki tersebut di telinga Fasya.

Ceklek

Suara pintu terbuka.

Fasya mendongakkan kepalanya untuk melihat siapa seseorang yang melangkah masuk menuju kelasnya. Fasya berharap itu adalah si 'pengirim', agar ia mengetahui siapa sebenarnya seseorang yang sering memberinya barang.

Fasya memutar bola matanya malas, seseorang yang melangkah masuk le kelasnya ialah Devran. Ya, jelas Fasya masih sebal dengan ulah Devran tadi.

Devran melangkah mendekat ke arah Fasya. Fasya yakin kalau Devran akan minta maaf padanya, buktinya saja Devran menghampirinya.

Fasya memalingkah wajahnya ketika Devran lewat tepat di depan wajahnya, namun perkiraannya salah. Devran tidak menghampirinya, tapi Devran menuju ke arah tempat duduknya sendiri.

'Dasar cowok gak peka' batin Fasya. Memang, ketika seorang cewek marah pasti nyalahinnya si cowok. Ya, sekalipun yang berbuat salah si cewek. Si cewek sikapnya cuek tapi kalo dicuekin balik malah ngambek, apasih maunya betina itu? Mungkin para jantan terus bertanya-tanya di dalam lubuk hati yang terdalam.

"Dasar Jantan, gak pernah peka banget si sama betinanya," omel Fasya sambil menghentak-hentakan kakinya.

Devran yang mendengar penuturan Fasya, hanya diam menahan tawa ketika gadisnya itu nampak kesal.

"Emangnya disini ada ayam jantan sama betina ya?." Tanya Devran jail.

"Tuh, kan emang dasar cowok tuh gak pernah peka. Mereka selalu nganggepnya bercanda, gak pernah serius." Tukas Fasya dengan wajah yang ditekuk.

"Emang gue kang lawak, canda mulu," Devran menahan gelak tawanya agar tak terdengar oleh Fasya.

"Lo bukan kang lawak, lo kang beca. Sebel." Fasya beranjak dari duduknya, tapi sebelum ia melangkah tiba-tiba tangan kanannya dicekal oleh lengan seseorang yang berada di belakang. Siapa lagi kalau bukan Devran.

Jantung Fasya kini tak berdetak normal, seakan jantungnya berdetak 2x lipat dari sebelumnya.

Dalam hati kecil Fasya ia berharap bahwa Devran akan meminta maaf padanya. Fasya menoleh ke belakang.

"Apa?" Tanya Fasya.

"Enggak, lo pasti mau ke kantin kan yang? Gue nitip minum doong," Devran menaik turunkan alisnya.

Fasya sungguh kesal dibuatnya, bukannya minta maaf malah nitip minum.

"Gak, lo punya kaki kan. Beli aja sendiri!"

"Calon istri gak boleh gitu, nanti kalo gue minta dimasakin lo gak mau," Tukas Devran seraya membelai rambut Fasya.

"Yaudah ayo, kita ke kantinnya barengan!!" lanjut Devran dan langsung menggenggam tangan mungil Fasya.

Mereka telah sampai di kantin yang penuh akan murid SMA 85 Bhakti. Fasya dan Devran celingukan mencari tempat yang masih kosong.

Ya, akhirnya Devran dan Fasya menemukan tempat yang masih kosong. Tepatnya di pojok kiri kantin.

Mereka berdua berjalan ke arah tempat itu.

Bruuugh

Fasya tersandung oleh kaki seseorang yang sepertinya sengaja melakukan itu. Lutut kanan Fasya membentur lantai yang sudah retak. Lututnya mengenai ujung kramik yang sangat lancip.

FasyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang