Bab 6 Gagal Move On

39 1 0
                                    

"Pagi, Non," sapa Raka.

"Pagi!" balas Sukma.

Raka mengerutkan keningnya, kenapa lagi dengannya. Gadis aneh, selalu bersikap semaunya sendiri, kadang baik lalu manja sekarang sok cuek seperti tidak pernah mengenal.

"Lagi PMS, ya?" Raka menyeruput jus alpukat milik Sukma. Sepertinya ia tidak peduli dengan ulah Raka, buktinya masih juga tenggelam bersama laptop di depannya. Merasa diabaikan ia pun memakan sepotong roti milik Sukma.

"Raka! Ih, nyebelin! Kamu bisa pesen sendiri, bukan main comot sarapan pagiku,"

"Biarin! Kamu pikir enak, dikacangin,"

Sukma mencebikkan pipinya, tak lagi menjawab ungkapan Raka. Lebih baik ia menyelesaikan tugas dari dosen, dari pada ia di hukum karena tidak mengerjakan. Raka tetap setia duduk di depan Sukma, memperhatikan keseriusan gadis itu.

"Kapan kamu peka, aku menyayangimu lebih dari yang kurasa," ceplos Raka.

"Maaf, kamu bicara apa tadi, aku gak fokus karena barusan serius kirim email,"

"Bukan apa-apa, lupakan saja," elak Raka kemudian meminum jus Alpukat Sukma sampai habis,"aku masuk dulu, ada kelas."

Sukma hanya melongo melihat sikap Raka yang aneh, bukan tipe dia banget bersikap seperti itu. Cowok pecicilan, tukang gombal, bahkan semua cewek di sebut cantiklah, manislah, tidak pantas sok cool dan misterius. Sudahlah, bukan urusan Sukma juga.

"Sukma," panggil Heni tiba-tiba.

"Ada apa, sih! Mau minta sarapan pagi?"

"Raka kenapa jadi pendiam dan kelihatan bete banget setelah duduk di depanmu,"

"Mana aku tahu, jangan tanya aku, Heni! Tanya sama orangnya?"

"Kirain habis kamu tolak, dia kan suka sama kamu,"

Sukma terdiam, tadi ia mendengar dengan jelas ucapan Raka hanya saja pura-pura tidak mendengar. Dia tidak ingin Raka salah paham, karena sejujurnya ia masih berharap pada Ardi. Tidak akan mudah melupakan seorang sahabat yang ia cintai, Sukma yakin hanya butuh sedikit waktu pasti ia kembali.

"Woi, jangan diem aja! Sukma, kesambet baru tau rasa. Ayo masuk, ntar telat lagi,"

Sukma hanya diam, meningalkan beberapa lembar uang di bawah gelas untuk membayar makanan dan juga minumannya. Ia mengikuti langkah kaki Heni yang tergesa-gesa, Sukma berjalan pelan tak peduli sudah tertinggal jauh darinya.

"Raka, maaf bukan maksudku tak peduli, hanya saja aku belum bisa move on dari Ardi," Sukma membatin.

Sukma sendiri tidak mengerti, bukankah bersama Raka rasa sakitnya perlahan terobati. Kenapa juga ia masih mengharapkan Ardi, semenjak pergi hingga dua tahun ini ia sama sekali tak memberinya kabar. Apakah itu yang disebut sahabat? Pergi tanpa pesan. Seharusnya jika peduli ia bisa memberikan kabar meski hanya satu kata, "Aku baik-baik saja,"

Di tempat lain dibagian bumi yang berbeda, Ardi pun sedang memikirkan Sukma. Ia tengah merenungi semua tindakannya selama ini, bukan salah Sukma jika jatuh hati padanya. Bukankah cinta itu hadir karena takdir dari sang pencipta, mengapa jadi dirinya yang marah.

"Sukma, ternyata jarak menciptakan rindu akan temu," gumam Ardi.

Ardi memandangi foto dirinya dan Sukma sewaktu kecil, ia tersenyum mengingat kenangan itu. Pipi chubby Sukma adalah hal yang paling ia sukai, mencubit bahkan mengigitnya merupakan kesenangan tersendiri. Kenapa juga ia menciptakan jarak, hanya karena perasaan Sukma yang berbeda. Harusnya ia bangga, gadis itu cantik, pintar bahkan semua Cowok berebut untuk memiliki hatinya.

"Bodohnya aku!" umpat Ardi.

Rahasia Cinta Sukma (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang