Hari demi hari telah terlewat dengan cepatnya, hingga tak terasa bahwa 10 tahun tak dapat kita lewati bersama.
Kamu bukanlah orang yang dulu pernah kukenal, jarak antar kita semakin jauh... Tapi, mengapa aku masih harus memiliki perasaan yang sama...
Hari Minggu tiba, bertepatan dengan hari kencan pertama ku dengan Mao.
Memang begitu katanya, tapi nyatanya aku masih berbaring malas di atas kasurku yang empuk, sambil bermain HP. Ditambah lagi alasan bahwa hari ini adalah hari Minggu, rasanya ingin rebahan saja.
Baru saja aku kembali terlelap tidur, hingga Handphone di tanganku bergetar, menampilkan notifikasi dari seseorang yang sudah tak asing lagi bagiku.
From: Maaaao 💕 To: You
Selamat pagi~ Belum bangun ya? Kalau sudah, balas teleponku.
Melihat pesan darinya, aku bergegas menghubungi dirinya.
'Pip'
"Ohayou, darling!"
"Apaan darling-darling--"
"Jadi pergi tidak? Cuaca diluar sedang bagus-bagusnya lho, sayang kalau tidak dimanfaatkan," balasnya.
"Tentu saja jadi! I-ini kan ken-can pe-pertama..."
"Ahaha... Baiklah, tapi maaf aku tidak bisa menjemputmu. Nanti kita langsung ketemuan di Taman depan toko bunga saja ya, maaf..."
"Um, tidak masalah, aku siap-siap dulu. Sebentar ya," balasku singkat.
"Sampai jumpa disana"
'Pip'
Aku bergegas bangun dari kasurku, mandi, dan memakai pakaian yang kira-kira cocok untuk bersanding dengan Mao nantinya.
"Mamaa! [Name] ada janji sama teman, [Name] berangkat sekarang ya Mah!" Teriakku seraya pergi menuju pintu keluar.
"Hati-hati! Awas ada om-om pedo di jalan!!" Balas Mama.
Aku mulai berjalan, menuju tempat dimana janji dengannya dibuat.
Berharap sesuatu yang baru akan terjadi, sejenak melupakan kenangan lama tentangnya yang telah menyakiti hati.
Betapa naif nya aku, sadar akan sesuatu yang tak menentu. Namun kali ini aku berusaha tuk percaya, bahwa dirinya seoranglah sang pelipur lara.
❈❈❈❈❈
[Name] sudah sampai di taman yang dijanjikan, ia melihat jam tangannya, untungnya dia tak telat. Matanya menyelidik, mencari seseorang yang dicarinya.
Ketemu.
"Mao!" Ucap sang gadis pelan.
Orang yang dipanggil segera menoleh, menampilkan senyum khasnya yang manis pada [Name].
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.