12

6.9K 766 53
                                    

"Seorang pelacur harus diperlakukan seperti pelacur."

Kata-kata Haruto yang diucapkan dengan nada dingin dan ketenangan menakutkan itu seolah-olah bergaung di ruangan yang hening itu.

Laki-laki itu sudah melepaskan kemejanya, dan membuka ikat pinggangnya lalu meletakkannya di ujung ranjang. Matanya begitu dingin, ekspresi wajahnya tenang, terlalu tenang, hingga membuat Junkyu gemetar cemas.

"Kau... Harus... Mendengarkanku." Junkyu masih mencoba, meskipun melihat ekspresi wajah Haruto, ia tahu ia tidak akan berhasil. Haruto terlalu marah, dia terlalu dibutakan oleh kemurkaannya.

"Lepaskan kemejamu Kim Junkyu." gumam Haruto datar.

"Haruto..." wajah Junkyu langsung pucat pasi mendengar perintah yang diucapkan tanpa ekspresi.

"Lepaskan."

Nada suara Haruto begitu menakutkan. Mungkin Junkyu akan lebih berani menghadapi jika Haruto berteriak-teriak marah dan membentaknya. Tetapi Haruto begitu tenang hingga menakutkan.

Dengan gemetar Junkyu melepas kancing demi kancing kemejanya. Menatap Haruto dengan wajah memohon, tetapi Haruto tidak terpengaruh.

Setelah seluruh kancing kemeja Junkyu terlepas, dia berdiri sambil menggenggam kemejanya yang terbuka dengan kedua tangannya erat-erat. Berlutut di ranjang itu, memohon belas kasihan kepada lelaki yang berdiri di tepi ranjang dan tampak kejam.

"Aku bilang lepaskan kemejamu, Kim Junkyu."

Suara Haruto tetap lembut dan terkendali, tapi entah kenapa Junkyu makin gemetar mendengarnya, dengan sudah payah dia melepaskan kemejanya dan menjatuhkannya ke kasur, menatap Haruto tanpa daya.

"Sekarang celananya." sambung Haruto setelah mengamati tubuh Junkyu tanpa malu-malu, membuat seluruh wajah dan tubuh Junkyu merah padam.

"Tidak!" Junkyu berusaha membantah, dia tidak mau dilecehkan seperti ini, dipaksa membuka baju dihadapan laki-laki yang sama sekali tidak menghargainya.

"Aku bilang celananya!" suara Haruto sedikit naik, tetapi tetap tenang. Matanya menatap tajam tak terbantahkan, hingga mau tak mau Junkyu bergerak melepaskan celananya. Air mata mulai mengalir di mata Junkyu.

Hening cukup lama, Haruto terdiam sambil menatap Junkyu tajam. Dan Junkyu berlutut di ranjang itu dengan tubuh gemetaran, berusaha memeluk tubuhnya sendiri dengan kedua tangannya.

"Lepas pakaian dalammu."

"Tidak!" dengan was-was Junkyu berseru, tanpa sadar tubuhnya beringsut ke ujung ranjang, ketakutan. Sikapnya itu malah menyalakan api kemarahan di wajah Haruto, laki-laki itu sudah tidak setenang tadi.

"Kenapa tidak Junkyu? Pelacur cilikku? sudah tak terhitung berapa kali aku melihatmu telanjang, dan kau melakukan semuanya dengan sukarela kan? Demi uang tiga ratus juta." Suara Haruto terdengar jijik, dia melangkah maju mendekati ranjang dan secara otomatis Junkyu langsung beringsut mundur menjauh.

"Aku membeli tubuhmu seharga tiga ratus juta. Seharusnya tubuhmu itu bisa kupergunakan semauku, tetapi aku terlalu baik padamu, memberimu kemewahan, tidak menyentuhmu di saat kau sakit, merawatmu. Itu semua terlalu baik untukmu."

Mata Haruto tampak menyala, "Dan kau dasar pelacur cilik tak bermoral! bukannya mensyukuri kebaikan hatiku, kau malah merayu sahabatku!"

"Kau salah paham Haruto." Junkyu mulai menangis terisak. Tetapi Haruto tetap mengeraskan hatinya.

"Aku tidak mungkin salah paham dengan apa yang kulihat dengan mata kepalaku sendiri."

Dengan gerakan secepat kilat Haruto meraih kedua lengan Junkyu, sebelum Junkyu sempat menghindar dan menempelkan tubuh Junkyu ke tubuhnya sendiri.

A Romantic Story About Junkyu + Harukyu (✓)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang