8

7.8K 787 130
                                    

Paginya dia terbangun dengan kondisi demam yang lebih parah, sepertinya pertahanan tubuhnya sedang berperang melawan virus yang menyerang tubuhnya.

Haruto sedang mengenakan dasinya, tapi dia segera menghampiri Junkyu yang mengerang karena panas tubuhnya tak tertahankan. Dengan cemas, dia meletakkan tangannya di dahi Junkyu.

Astaga! Panas sekali!

Dengan cepat dia meraih handphonenya dan memencet nomor Jihoon, dijelaskannya secara terperinci tentang kondisi Junkyu, lalu diletakkannya termometer di tubuh Junkyu sesuai instruksi Jihoon.

"39 derajat!" Haruto berteriak tanpa sadar, "Jihoon! Dia panas sekali, kenapa obat yang kau berikan kemarin tidak membuat kondisinya membaik?!"

Didengarnya instruksi-instruksi Jihoon di seberang sana.

"Baik! Akan kuminumkan lagi, apa? seka seluruh tubuhnya dengan air dingin? Oke, kapan kau bisa kesini untuk mengecek kondisinya? Aku takut dia harus dibawa ke rumah sakit, baik... baik, kutunggu!"

Haruto mengahkiri pembicaraan, lalu memencet nomor-nomor lain, menelpon Yoonbin dan jajaran direksinya, lalu memberikan serentetan instruksi pekerjaan sebelum menutup telepon.

Dengan pelan dilonggarkan dasinya, dan digulungnya lengan kemejanya, lalu dia berusaha mengguncang tubuh Junkyu.

"Bangun Junkyu, kau harus mandi, badanmu panas sekali."

Jawaban Junkyu hanya berupa erangan tak jelas dan seperti kesakitan, tentu saja, badan Junkyu kan sangat panas!

Haruto melepas kancing piyama Junkyu pelan-pelan, lalu melepas piyama itu sampai Junkyu telanjang. Kulit putih milik Junkyu kini memerah karena suhu tubuhnya yang panas.

Dengan hati-hati dia mengangkat tubuh Junkyu ke kamar mandi, meletakkannya ke bathtub, lalu menyalakan keran air dingin. Tubuh Junkyu langsung berjingkat ketika air dingin mengenai tubuhnya, tapi Haruto menahan.

"Dingin." erang Junkyu dalam kondisi setengah sadar.

"Tidak apa-apa, tahan, nanti kau akan kuselimuti." bujuk Haruto lembut.

Setelah selesai Haruto mengeringkan tubuh Junkyu lalu memakaikan piyamanya yang lain untuknya. Dan mengangkat Junkyu kembali ke tempat tidur, lalu menyelimutinya dengan selimut yang tebal.

Setelah itu dia memaksa Junkyu meminum obat yang rasanya pahit dan dengan lembut meminumkan air untuknya.

Dalam kondisi setengah sadar, Junkyu mengamati keadaan Haruto, kemejanya setengah basah dengan dasi yang sudah dilepas dan beberapa kancing yang terbuka. Sementara jasnya tergeletak begitu saja di sofa.

"Kau tidak ke kantor?" tanya Junkyu lemah.

Haruto yang sedang membuka kancing kemeja dan melepaskan kemejanya yang basah menoleh dan tersenyum tipis.

"Bagaimana mungkin aku meninggalkanmu dalam kondisi seperti ini sendirian?"

"Aku tidak mau merepotkanmu..." gumam Junkyu lagi, "i-ini cuma demam biasa.. nanti juga sembuh..."

Haruto mengganti kemejanya dengan kaos santai, lalu duduk di tepi ranjang.

"Kau sekarang milikku Junkyu, kau tanggung jawabku. Kalau terjadi apa-apa denganmu,aku juga yang akan kesusahan bukan?" gumamnya lembut tapi penuh makna.

Wajah Junkyu memerah dan memalingkan wajah, tapi itu membuat Haruto tidak dapat menahan diri.

Diraihnya dagu Junkyu menghadapnya, tubuhnya setengah menindih tubuh Junkyu, lalu dilumatnya bibir Junkyu dengan dalam dan penuh gairah, nafas mereka menjadi panas. Dan Haruto hampir kehilangan kendali diri. Dengan sekuat tenaga diangkatnya bibirnya, napasnya terangah-engah. Tubuhnya menegang, berteriak ingin dipuaskan kebutuhannya, tapi Haruto menahan diri.

A Romantic Story About Junkyu + Harukyu (✓)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang