♡【 Pertemuan yang Tak Diinginkan 】♡

208 102 97
                                    

✎♡✎

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

✎♡✎

'Lo nggak pantas bahagia!'

'Lo nggak pantas bahagia!'

'Lo nggak pantas bahagia!'

"BERHENTI NGOMONG GITU!!" Renita terbangun dari tidurnya dan berkeringat banyak.

"Oh, ternyata cuma mimpi ya?" Renita lega, sambil mengacak-acak rambutnya.

Mimpi buruk, adalah hal yang biasa dialami Renita. Tapi mimpi buruk yang baru saja dialaminya itu, terasa begitu membekas. Perkataan teman sekelasnya itu benar-benar meninggalkan jejak yang sulit disingkirkan, sampai terbawa mimpi olehnya. Gadis itu sampai di rumah dan tiduran di lantai ruang tamu, selama beberapa jam. Kondisi tubuhnya yang basah karena disiram Novita, kering secara perlahan.

Buku-buku dan alat tulis yang ada di dalam tas sekolahnya, berserakan tepat di belakang kepala Renita yang terbaring. Kondisinya benar-benar kacau, gadis itu mendadak lesu dan nyaris melupakan apa yang ingin dia kerjakan begitu sampai di rumah. Dia bangun sambil mengusap-usap wajahnya, berusaha mengusir kemalasannya sendiri.

"Kok aku malah tiduran di sini, sih? Udah lewat jam berapa coba?" tanya Renita pada dirinya sendiri, sambil mengingat-ingat kejadian sebelum dia tiba di rumah.

Tidak ada yang bisa diingatnya selain kata-kata kurang ajar dari temannya, hanya itu yang sedari tadi terbayang di kepalanya. Renita tidak tahu harus apa untuk bisa melupakan semua itu, rasanya semakin dilupakan, malah semakin membekas dan terus teringat. Dia melirik jam dinding di ruang tamunya yang sudah menunjukkan pukul 16.30 sore, dia belum mengerjakan pekerjaan rumah tangganya ditambah tugas sekolah.

✎♡✎

Sejam sudah berlalu, Renita selesai mengerjakan pekerjaan rumah dan melanjutkan pekerjaan sekolahnya. Meskipun tidak ada tugas, dia tetap harus memeriksanya sambil menyiapkan buku pelajaran untuk besok hari. Saat mengeluarkan buku-buku dari dalam tasnya, hape Renita berdering dalam jangka panjang yang menandakan masuknya panggilan.

Tangannya terulur untuk meraih benda pipih itu dan melihat nama Daniel sebagai pemanggil, yang merupakan kakak sepupunya sendiri. Satu-satunya keluarga Renita yang paling menyayanginya dan mempedulikan kabarnya, Renita senang setiap menerima telepon dari Daniel dan segera menjawab panggilan yang masih berdering itu.

"Halo, Kak?"

"How are you, my younger cousin?" tanya Daniel dengan bahasa asing.

"Baik kok, Kak Daniel sendiri kabarnya gimana?"

"Of course I'm fine, don't worry too much about me. Besok gue cuti nih, akhirnya bisa santai sehari."

Dalliance Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang