9. Our Break up

407 38 43
                                    

Author POV.

Seungsik mengaduk coffee lattenya terus menerus. Ia sedang berada di cafe pinggir Gangnam, sesekali ia mengecek ponselnya, menunggu balasan pesan dari Hanse yang katanya akan segera ke sana.

"Ha..." Seungsik menghela nafasnya.

Ia mengecek ponselnya lagi.

Sudah jam setengah enam sore, yang berarti ia sudah menunggu selama setengah jam di sana.

Jika saja bukan karna masalah bisnis, mungkin ia tidak akan menunggu Hanse selama itu.

Bisnis ya...

Seungsik tersenyum kecil, ingatannya melambung tinggi saat pertama kali ia dilantik menjadi penerus perusahaan keluarganya.



ㅤㅤ


Tiga tahun yang lalu, Seoul, Korea Selatan...



ㅤㅤ


"Ayah akan pensiun lima tahun lagi" ucap sang Ayah di balik meja kerjanya.

Seungsik tertegun. Ia menatap Ayahnya dengan penuh pertanyaan di kepalanya.

'Kenapa tiba tiba?' Pikir Seungsik saat itu.

"Seungsik-ah.." panggil yang lebih tua.

"Ayah mau kamu menjadi penerus perusahaan ini, Ayah mau kamu mengelola perusahaan ini" ucap sang Ayah lagi.

"Tapi Ayah.. a-aku belum belajar apapun tentang bisnisㅡ dan ini terlalu mendadak.. aku tidak bisa" tolak Seungsik lembut.

"Kamu bisa belajar Seungsik-ah, dan Ayah tidak memintamu untuk mengambil posisi Ayah sekarang juga"

"Maaf Ayah.. tapi.. aku benar benar tidak bisa. A-aku sebentar lagi akan ujian kelulusanㅡ dan.. da-n.."

"Seungsik" panggil sang ayah dengan tegas.

Seungsik diam.. ia kini melihat ayahnya dengan mulut yang terbungkam.

"Kalau bukan kamu, lalu siapa? Apa Ayah harus mengangkat Subin yang baru masuk SMA untuk menjadi penerus Ayah?"

"Umur Ayah sudah tidak muda lagi Seungsik-ah, jadi Ayah mohon.." ucap sang Ayah dengan penuh harap.

Seungsik mengigit bibirnya, ia takut.. sangat. Ia belum pernah, sekalipun mengetahui bagaimana bisnis perusahaan Ayahnya bekerja. Dan ini adalah kali pertama Seungsik melangkahkan kakinya ke ruangan kerja Ayahnya di perusahaan.

Seungsik menganggukkan kepalanya pelan. Benar juga kata Ayahnya, ia tidak bisa membuat Subin menanggung beban sebesar ini, ia baru saja masuk sekolah menengah atas, sangat tidak mungkin membuat Subin mempelajari seluk beluk perusahaan pada usia yang sangat muda itu. Sebagai seorang kakak, dan anak sulung, ia harus siap menanggung beban besar ini, cepat atau lambat ia harus bisa menerima keputusan Ayahnya. Toh Ayahnya juga tidak memintanya untuk mengambil posisinya sekarang juga, ia bisa belajar selama ayahnya masih menjabat sebagai Presdir di perusahaan.

Sang Ayah mendekati anaknya, ia kemudian memegang kedua pundak anaknya.

"Terimakasih Seungsik-ah, dan maaf ayah jarang memperhatikanmu beberapa tahun kebelakang"

Seungsik menggelengkan kepalanya dan tersenyum, ia tidak masalah dengan hal itu. Yang terpenting adalah, ia bisa menerima kasih sayang orang tuanya lagi setelah insiden besar itu.



Setahun kemudian...





Seungsik mulai beradaptasi dengan namanya bisnis, ia dengan cepat memahami ajaran ajaran yang diberikan Ayahnya dan para Karyawan yang ada di perusahaan.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 15, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

New World (Sequel from TIMEline)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang