🍁semua orang pasti akan melalui fase di mana ia merasa seakan tidak ada artinya bagi orang yang di kasihinya🍁
-Zenta Maxwell-
"Zaraaa" teriak salah satu siswi. Zara segera menghentikan langkah dan memutar badannya untuk melihat siapa yang memanggilnya.
"Kamu manggil saya?" Tanya Zara tanpa embel-embel kakak karena yang ada di depannya adalah morin siswi kls 10 ipa 1, zara sebenarnya tidak kenal dengan siswi yang ada di depannya, ia hanya melihat papan nama dan bet lokasi yang di gunakan siswi tersebut.
"Loh di panggil bu Beti" ucap morin dengan ketus. Entah apa salah Zara, sepertinya gadis di depannya ini, sama sekali tidak menyukainya.
"Untuk apa yah?" Tanya Zera
"Yah mana gue tau, ngapain loh tanya gue" jawab Morin berlalu meninggalkan Zara, yang hanya menggelengkan kepala sembari tersenyum, tak heran karena ia sudah terbiasa di perlakukan seperti itu.
Zara mengetuk pintu yang iya yakini adalah ruang bu Beti di lihat dari tulisan guru seni kelas 10 Beti Makmur.
Tok..tok..tok suara ketukan pintu yang mebuat orang di dalam ruangan itu menghentikan kerjanya.
"Masuk" perintah bu beti dengan suara yang membuat buluh kuduk Zara meremang.
"Selamat pagi bu" zara berdiri di hadapan bu beti takut-takut karena ibu Beti di kenal merupakan salah satu guru killer high school maxwell.
"Zara kamu saya pilih sebagai perwakilan kelas 10 untuk mempersembahkan sebuah lagu untuk acara ulang tahun sekolah kita. Terserah kamu mau bawa lagu apa. Yang jelasnya kamu harus siap untuk itu" jelas bu beti dalam satu tarikan nafas.
"Sa..saya bu?" Tanya zara tidak percaya kalau ia akan di pilih sebagai murid untuk melakukan tugas yang zara yakini akan menggangu pekerjaan nya, karena harus berlatih setiap saat nya meskipun Zara sedikit yakin akan bisa.
"Iya kamu Z-A-R-A A-R-U-M-I" tekan ibu Beti memandang Zara seakan mengatakan "saya tidak menerima penolakan"
"Sekarang kamu boleh keluar" bu beti akhirnya menyuruh Zara keluar yang sudah pasrah saja.
"Permisi bu" zara melangkahkan kakinya keluar dari ruang ibu beti.
Zara masih memikirkan siapa yang sudah mengajukan namanya. Tidak mungkin kan Ibu Beti tau sendiri kalau Zara memiliki suara yang lumayan bagus, bukannya Zara percaya diri tapi memang begitu adanya. Karena Zara SMP menghabiskan sebagian waktunya hanya mengikuti ajang-ajang lomba nyanyi untuk perwakilan sekolah nya dan membawa harum nama baik sekolahnya dengan semua penghargaan yang di dapatnya, bahkan Zara menguasai 3 alat musik sekaligus gitar,piano,biola. Tapi Zara harus mengubur semua itu dalam-dalam semenjak orang tuanya meninggal dunia. Zara baru ingat ia memang pernah menceritakan hobinya itu pada..oh tuhan jangan bilang.
Zara segera berlari untuk mencari orang itu yang sudah berani-beraninya melakukan ini kepadanya.
Karena jalannya yang begitu tergesa-gesa melirik kiri kanan tanpa memperhatikan jalannya dan...Brukk
"Auhh" Zara memegang dahinya yang sedikit berdenyut akibat menabrak sesuatu yang lumayan keras.
"Maaf kak, tadi aku nggak lihat" jawab Zara saat tahu yang ada di depannya adalah orang yang menolong nya semalam.
"Lain kali kalau jalan pake mata" Zenta berlalu pergi.
saat melihat Zenta, zara seakan ingat dengan tujuan nya semalam."Tunggu kak"
zenta mengehentikan langkahnya dan melihat zara yang entah sejak kapan sudah berada di hadapannya sambil memegang sebuah kotak bergambar...ehh kartun berwarna kuning.
KAMU SEDANG MEMBACA
CAN YOU NOT? (On Going)
Teen Fiction-Zara Arumi "why?? zara lu kan cantik.." teriak sesil frustrasi "apa yang bisa aku banggakan sil aku hanya gadis yang nggak punya apa-apa jadi lebih baik aku jauh-jauh dari hal berbau perasaan" ucap zara berlalu meninggalkan sesil yang masih berdir...