*Menggunakan sudut pandang orang ketiga/ Author POV
Tutup matamu sebentar. Tarik napasmu dalam-dalam. Dan, kamu anggap kamu bermain dalam kisah ini. Kisah dunia mereka yang tidak sesederhana yang kau kira.
---
Ice kembali ke rumahnya. Hanya kesunyian yang menyapa. Ia tahu mamanya tengah berada dalam kamar. Meraung pada semesta. Dusta apa yang ia perbuat?
"Ice kamu sudah pulang?" Frost–mama Ice bertanya dengan lembut. Menampilkan senyum paling sendu yang pernah Ice lihat.
"Sudah ma. Apa mama sudah makan? Atau mama ingin disuapi oleh anak mama ini?" Ice mencoba menghibur.
"Mama sudah makan. Ice, maafkan mama. Mama tahu kamu pergi tadi-"
"Ma, tidak usah dibahas. Lebih baik mama tenangkan diri dulu. Atau? Anakmu ini akan menyanyikan mama lagu pengantar tidur?" Ice tersenyum.
"Kau ini" Frost tersenyum. Pilu yang ia tanggung berkurang. Ia sadar kalau sedih masih ada satu cahaya yang menyinari. Mencoba memberikan kelegaan untuk hati yang meronta.
Halilintar yang baru keluar dari kamarnya terdiam. Menatap kehangatan yang tercipta diantara dua orang paling berbahagia di rumah ini. Munafik jika hatinya berkata, "aku tidak perlu kasih sayang." Jujur ia merasa menjadi manusia penuh dosa saat mengingat kejadian beberapa tahun silam.
Niatnya untuk pergi ke dapur urung. Hatinya meronta. Menyesak. Ingin mengeluh pada purnama di angkasa raya. Namun, tiada satu suara tercipta dari bibirnya.
"Apa mama sudah minum obat?" tanya Ice.
"Sudah nak. Ternyata anak mama yang satu ini benar-benar bawel" Frost terkekeh. Meluapkan beban untuk sementara.
"Sekarang sudah malam. Naiklah untuk tidur" Frost membelai rambut Ice. Tak lupa kecupan kasih sayang mendarat di kening putranya. Ice hanya tersenyum lantas ia berjalan menaiki tangga.
Saat hendak pergi ke kamar. Ia menatap sosok Halilintar yang tengah merenung. Menikmati angin malam bersama dengan sorot bintang gemintang.
"Kau sedang apa disini?" tanya Ice.
"Apapun itu" balas Halilintar acuh tak acuh.
Ice hanya memutar bola mata malas. Jujur ia tidak terlalu dekat dengan kembarannya ini. Mengapa? Biar ia kenalkan. Halilintar, si manusia paling menyebalkan. Papa selalu memujinya. Otaknya terlewat genius. Papa selalu membandingkan dirinya dengan Halilintar. Papa menganggap Halilintar terlalu sempurna. Bahkan ia masih ingat Papa tidak pernah memarahi Halilintar. Saat hari dimana mama tertekan karena bayi dalam kandungannya gugur disebabkan terjatuh dari anak tangga akibat ulah Hali yang tidak sengaja membuat lantai menjadi licin. Padahal mama tengah mengandung seorang bayi perempuan. Ice menghela napas. Mengungkit masa silam membuat hatinya memanas.
Ia membaringkan tubuhnya di atas kasur. Mencoba menutup mata. Mencoba terbang ke alam mimpinya.
---
Alarm terus berbunyi. Sosok wanita dalam lingkup empat puluhan memasuki kamar Ice. Mencoba membangunkan putranya yang sulit bangun itu.
"Ice, bangun lah" Frost membangunkan putra bungsunya. Ia terkekeh tatkala Ice menggeliat menggumamkan kata-kata tidak jelas.
"Ice sekarang sudah pukul tujuh! Guru BK mu bilang jika kau telat maka beliau tak akan segan memberi hukuman membersihkan tangga dan koridor!" Frost berujar tegas membuat Ice terkejut bukan main.
"Ma! Aku ganti seragam saja! Tidak usah mandi! Tidak usah sarapan!!!" Ice bangun dengan panik.
"Kau ini ada-ada saja. Ambil air wudhu lantas salat. Ini baru pukul setengah lima kurang" Frost terkekeh.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sendu
FanfictionTemaram lampu kota mempertemukanku dengan dirimu. Awalnya aku menganggap dunia ini tidak adil. Namun faktanya ribuan panah menghujan. Membekukan kalbu tatkala dirimu berkisah. Betapa tegasnya bahumu untuk menopang beban yang ada. Kau hisap puntung r...