AlRei-[Bab dua]

22 6 0
                                    

Ting tong~

    
Bel istirahat telah berbunyi. Semua murid berjalan keluar kelas untuk membeli makanan. Sedangkan aku masih asyik membaca buku.
    
Salsa menatapku dengan tatapan bosan. Dia menghela nafasnya. Aku merasakan helaan nafasnya itu lalu menatapnya.
    
"Kenapa?" Tanya ku padanya, yang berada tidak jauh dariku.
    
"Lo baca buku apaan sih dari tadi? Fokus banget kayaknya." Salsa balik bertanya kepada ku.
    
"Hmm.. gue baca buku novel." Jawabku singkat sambil menunjukkan cover buku.
    
"Hah? Novel? Tumben banget lo baca buku begituan. Biasanya juga baca buku pelajaran mulu." Ucap Salsa.
    
"Sebenarnya gue udah selesai baca buku ini dari beberapa minggu yang lalu, tapi gue ulang ulang terus bacanya sampe sekarang." Kataku menjelaskan.
    
"Kamu pasti suka banget ya sama buku itu, sampe di baca berulang kali" Kata Dira, yang sepertinya agak terkejut mendengar penjelasanku.
    
Aku mengangkat bahu, "Sebaliknya."
    
Dira mengerutkan dahinya, "Sebaliknya?" Tanyanya, bingung.
    
"Iya, sebaliknya. Aku sama sekali nggak ngerti isi buku ini." Jawabku.
    
"Hah? Gak ngerti? Coba sini gue liat bukunya." Salsa mengulurkan tangannya padaku, meminta buku yang aku pegang.
    
Aku menyerahkan buku ku padanya.
Dia membaca sedikit isi buku itu lalu menatapku dengan alis terangkat.
    
"Ini kan buku novel percintaan. Lo baca buku ini? Dan lo sama sekali gak ngerti?" Salsa bertanya padaku.
    
Aku mengangguk.
    
"Serius lo nggak ngerti?" Tanya Salsa lagi kepadaku.
    
Aku mengangguk lagi.
    
"Pfft, ahahahaha." Salsa menutup tangannya, lalu tertawa lebar.

Aku mengangkat alisku heran, Aku tak tahu mengapa dia tertawa seperti itu.
    
"Lo bener bener gak ngerti isi buku ini?" Salsa bertanya lagi padaku, aku mendengus jengkel.
    
"Bisa nggak sih, gak usah di ulang - ulang pertanyaannya." Kataku kesal.
    
"Maaf maaf, lagian lucu aja gitu. Lo sama sekali gak ngerti tentang percintaan padahal lo udah segede gini." Ejek Salsa.

Aku menatap nya datar.

Apa maksudnya gede?
    
"Hmm, mana gue tau. Di buku nggak pernah ada penjelasan tentang cinta." Kataku sambil merebut buku yang di pegang Salsa.
    
"Ya ampuunn. Makanya jangan kebanyakan baca buku pelajaran. Lo juga harusnya baca buku kayak gini supaya tau tentang cinta." Ujar Salsa menasihati.

Aku hanya menatap nya datar, lagi.

"Reina. Walaupun kamu gak pernah baca buku percintaan, seharusnya kamu pernah ngerasain yang namanya jatuh cinta." Ujar Dira hati-hati.
    
"Hmm... gimana rasanya?" Tanyaku pada Dira. Aku benar benar ingin tau yang namanya 'cinta'.
    
"Hah? Kamu.. nanya kayak gitu? Kamu nggak pernah ngalamin yang namanya jatuh cinta?" Tanya Dira padaku. Dia sedikit terkejut mendengar pertanyaanku.
    
"Sepertinya, belum." Jawabku.
    
"HAH?" Kata Salsa dan Dira berbarengan. Mereka benar - benar terkejut mendengar jawabanku.
    
Aku kebingungan melihat ekspresi mereka. Apa yang salah kalau belum merasakan jatuh cinta? Mereka berdua ini aneh.
    
"Reina. Gue aja yang kelakuannya kayak gini pernah ngerasain yang namanya jatuh cinta. Tapi lo? Ya ampun Reina, gue gak nyangka banget. Masa sih, lo gak pernah jatuh cinta?" Tanya Salsa greget.
    
Aku mengangkat alisku, "Lo pernah jatuh cinta?" Tanyaku.
    
"Pernah." Jawabnya.
    
"Sama siapa?" Tanya Dira penasaran.
    
"Dulu waktu gue kecil, gue itu anak yang lemah dan lugu. Gue suka di jailin sama anak - anak dewasa. Mereka selalu ngambil makanan gue. Tapi, semenjak gue kenal dia, gue jadi ngerasa kuat. Kuat buat ngadepin semuanya. Itulah saat pertama kali gue jatuh cinta sama dia."
    
"Dia... siapa?" Tanyaku semakin penasaran. Aku menatap Dira sejenak, Dira juga samanya seperti aku, penasaran.
    
"Chris John." Pipi Salsa memerah saat menyebut nama itu.

.. Eh?

'Cewek perkasa' itu merona?
   
"Hah? Chris John? Petinju terkenal itu?" Dira tak percaya mendengar jawaban Salsa. Bagaimana mungkin seorang petinju adalah cinta pertamanya.
    
Aku mengangguk paham. Sedangkan Dira semakin tak paham.
    
"Sejak saat itulah gue belajar tinju dan silat. Gue bener - bener kagum sama dia. Dan sekarang, gue jadi sekuat ini. Itu juga berkat dia." Pipi nya semakin memerah kala dirinya membayangkan wajah Chris John. Aku tersenyum geli melihatnya.
    
"Itu.. yang disebut cinta?" Tanya Dira.
    
"Tentu saja." Jawab Salsa dengan percaya diri.
    
"A-ahh..." Dira tak tahu ingin berkata apa.
    
"Lo sendiri? Pernah jatuh cinta sama siapa?" Tanya Salsa pada Dira.
    
Dira terkejut mendengar pertanyaan Salsa dan langsung salah tingkah. Aku dan Salsa saling bertatapan, kebingungan melihat sikap Dira yang tidak biasanya itu. Dira yang menyadari aku dan Salsa kebingungan langsung mengubah topik pembicaraan.
    
"Aduh... perutku lapar, nih. Mending kita ke kantin aja yuk." Kata Dira salah tingkah.
    
"Oh iya, udah jam istirahat. Yuk, ke kantin." Salsa pun berdiri dan berjalan keluar kelas diikuti olehku dan Dira.

==0==

Aku menggaruk kepala ku yang tidak gatal saat kami sudah sampai di kantin, kami kebingungan mencari tempat duduk. Semua serba ramai. Tapi ada beberapa tempat kosong di pojok kantin. Kami akhirnya memilih untuk duduk disana.
    
"Duh, rame banget sih." Celetuk Salsa.
    
"Namanya juga kantin, ya jelas rame lah." Aku membalas ocehan Salsa. Salsa selalu saja komentar.
    
"Kalian mau pesan apa?" Tanya Dira.
    
"Ketupat sayur." kata Salsa langsung menjawab. Salsa sangat menyukai ketupat sayur.
    
"Aku juga." kataku. Aku kebingungan memilih menu makanan. Lebih baik aku mengikuti menu makanan Salsa.
    
"Ngikutin aja lo!" Kata Salsa.
    
"Ye~ emang tuh makanan di sediain buat lo doang." Kataku ngegas. Aku memang memgikuti Salsa. Tapi mendengar berbicara dengan nada seperti itu, membuatku kesal. Dia ini selalu saja membuat orang emosi.
    
"Oke. Aku pesan dulu ya." Kata Dira lalu pergi.
    
Aku menatap punggung Dira yang semakin lama semakin jauh lalu hilang di keramaian. Aku memperhatikan para murid sedang lalu lalang. Ada yang asyik mengobrol. Ada yang sibuk main gadget nya. Ada juga cewek yang tertawa terbahak bahak sampai sempat menjadi pusat perhatian.
    
"Padahal cewek, tapi ketawanya kayak gitu." Celetuk Salsa.
    
Aku memicingkan mata. Komentarnya itu tak sesuai dengan kelakuannya. Padahal, dia kalau sedang tertawa juga seperti itu. Atau mungkin lebih dari itu.
    
Lalu aku kembali menatap orang - orang sambil menopang daguku dengan tangan. Bosan juga rasanya hanya berdua dengan Salsa. Aku tak pandai mencari dan memulai topik pembicaraan dan Salsa tampaknya sedang malas untuk berbicara. Dira juga, lama sekali pesan makanannya. Padahal, perutku ini terus saja bergejolak meminta diisi.
    
Saat aku sedang bosannya menatap para murid lalu lalang, tiba tiba Ricky muncul di hadapanku diikuti oleh Alfa dan Indra. Ricky menoleh ke kanan dan ke kiri mencari tempat duduk. Namun penuh semua. Lalu Ricky menunjuk ke arahku--dan Salsa diikuti oleh tatapan Alfa dan Indra. Mereka pun menghampiri tempatku.
    
"Eh Reina, lagi ngapain?" Kata Ricky yang mengambil tempat duduk di samping kananku. Indra duduk di depanku tepatnya di samping kiri Salsa. Sedangkan Alfa di samping Kiri Indra.
    
"Menurut lo?" Kataku jutek.
    
"Hmm... menurut gue lo lagi bosen." Kata Ricky memperhatikan wajahku.
    
"Ish, kalian ngapain sih disini? Kayak gak ada tempat lain aja." Kata Salsa kesal.
    
"Emang gak ada tempat lain. Lo liat aja tuh semuanya penuh." Ricky menunjuk ke sembarang tempat.
    
"Kan masih ada lantai, duduk aja dilantai." Ucap Salsa sewot.
    
"Selagi ada bangku ngapain duduk dilantai? Ya ngga Rei?" Kata Ricky sambil menoleh ke arahku.
    
Aku memutar bola mataku malas. "Iyain aja deh." Kataku tak peduli.
    
Aku melihat Dira datang dengan membawakan nampan yang diatasnya berisi 3 mangkuk ketupat sayur. Salsa langsung mengambil semangkuk dan menaruhnya di meja dia. Wajahnya berseri seri seperti balita yang baru saja di belikan mainan baru. Dira kebingungan melihat para lelaki ada di tempat kami makan. Namun ia mengabaikannya dan duduk di dekatku. Dira mengambil semangkuk ketupat sayur dan menaruhnya di meja ku.
    
"Terima kasih." Kataku.
    
"Wuih enak tuh, bagi dong Rei." Pinta Ricky.
    
"Beli." Celetuk Salsa. Mulutnya di penuhi ketupat.
    
"Berisik! Gue ngomong sama Reina bukan sama lo!" Balas Ricky.
     
Salsa tidak menjawab. Dia asik memakan ketupatnya dengan lahap.
    
"Mata empat, pesen makanan gih!" Kata Ricky.
    
"Enak aja lo nyuruh - nyuruh gue. Emangnya lo siapa gue?" Seru Indra.
    
"Gue kan temen lo." Balas Ricky dengan santai nya.
    
"Sejak kapan?" Tanya Indra, sengaja.
    
"Sejak bumi di ciptakan. Udah cepetan beli. Babang Ricky udah laper nih, nggak mungkin kan si Alfa yang beli. Entar dia di cegat para cewek lagi." Kata Ricky dengan wajah memelas.
    
Indra menghela napas panjang, memilih untuk mengalah. Tak ada gunanya membalas perkataan Ricky, yang ada dia malah tambah jengkel. Indra pun bangkit dari duduknya lalu pergi untuk memesan makanan.
    
Aku memakan ketupat ku satu persatu. Tidak seperti Salsa yang makannya sekaligus tiga. Ya ampun, sudah berapa bulan dia tidak makan? Makannya lahap banget.

Lalu pandanganku tertuju pada satu orang yang sedang menatapku. Aku tak tahu sejak kapan ia menatapku, namun saat aku melihatnya ia malah memalingkan wajahnya ke arah lain. Aku menggaruk kepalaku yang tidak gatal melihat Sikap Alfa. Aku bertanya tanya dalam hati, apakah aku sudah membuat kesalahan yang membuatnya marah?

Entahlah,

Sikap nya selalu membuatku bingung.

==0==

Aku cuma mau ngasih tau, Salsa disini bukan Salsa yang di Senior I Love You yaa.

Silahkan kalau mau baca juga :v

AlReiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang