Saat berada di dalam mobil, aku hanya duduk terdiam. Aku sama sekali tak berbicara. Bergerak pun tidak. Aku gugup sekali.
Alfa menyadari sikapku yang kaku itu. Ia tersenyum. Tak biasanya ia melihat ekspresiku yang gugup seperti ini. Ini sebuah pengalaman baru untuknya. Ia ingin tertawa namun ditahan. Aku yang menyadari sikapnya itu langsung menoleh kearahnya.
"Kenapa?" Tanyaku curiga.
"Enggak. Pft~" ia menurup mulutnya dengan tangannya.
"Kalo gak ada apa - apa, kenapa kamu bersikap seperti itu?" Tanyaku lagi.
"Hahaha, lagian kamu lucu. Aku baru pertama kali melihat ekspresi wajahmu yang seperti itu." Ia menunjuk wajahku. "Biasanya kamu selalu memasang wajah datar. Tapi sekarang kamu terlihat tegang." Alfa tak bisa menahannya. Ia tertawa terbahak - bahak. Ini pertama kalinya aku melihat tawanya yang seperti itu. Biasanya ia hanya tersenyum. Pipiku juga memanas saat mengingat kata 'lucu' yang ia ucapkan tadi.
Aku semakin tegang. Aku mengepalkan erat kedua tanganku diatas paha.
Alfa menghentikan tawanya. Ia lalu menoleh ke arahku dan melihatku yang sedang tegang karena ucapannya barusan. Ia melihat pipiku yang memerah dan bola mataku yang melirik kesana sini. Alfa tersenyum lagi. Ini juga pertama kalinya ia melihatku yang malu - malu kucing. Senyumnya terlihat manis.
Tiba - tiba aku teringat dengan sikap Alfa tadi saat jam istirahat. Daripada aku terus menerus kepikiran. Lebih baik aku tanyakan langsung pada orangnya.
"Alfa." Aku menatapnya.
Alfa yang sedari tadi menatapku—gugup saat ditatap balik.
"Eh? I-iya? Kenapa?" Tanyanya. Bicaranya tergagap.
"Kamu marah sama aku?" Tanyaku.
"Marah? Enggak kok." Jawabnya singkat. Ia bingung dengan pertanyaanku.
"Beneran?" Tanyaku lagi. Aku tak puas mendengar jawabannya.
"Iya. Emangnya kenapa sih? Kok kamu mikir kayak gitu?" Tanyanya penasaran.
"Sikapmu tadi... aneh." Kataku lagi.
Alfa mengerutkan dahi nya. "Tadi?"
"Iya. Saat jam istirahat. Waktu aku menatap kamu, kamu malah buang muka." Aku bersandar ke kursi mobil. Menatap ke arah jendela mobil sambil menopang dagu ku dengan tangan.
"Ooh... saat itu..." Alfa mengingat - ingat kejadian saat jam istirahat tadi. "Itu... bukan apa - apa kok." Katanya sambil tersenyum.
Aku menatapnya datar. Aku tak puas dengan jawabannya itu. Seharusnya kalau tidak ada apa - apa, ia tak seharusnya membuang muka seperti itu.
Aku menatap jendela mobil. Memperhatikan mobil dan motor yang lewat di samping. Namun pikiranku selalu mengingat kejadian saat jam istirahat tadi dan jawaban Alfa. Huh, seharusnya aku tak perlu memikirkannya. Aku terkejut saat melihat gang rumah ku sudah terlewat beberapa meter, belum terlalu jauh.
"Ehh pak, stop." Kataku panik.
"Kenapa non?" Kata pak supir yang melihatku dari kaca depan.
"Gang rumah saya udah kelewat, saya turun disini. Terima kasih atas tumpangannya." Aku membuka pintu mobil dan berjalan ke tepi jalan. Alfa membuka jendela mobilnya.
"Hati - hati." Katanya.
"Seharusnya aku yang bilang begitu. Hati - hati di jalan. Terima kasih udah mau berikan aku tumpangan." Ucapku.
"Iya, terima kasih juga." Kata Alfa.
Aku mengernyitkan dahi. "Buat apa?"
"Karena udah mau numpang di mobil aku. Aku akan jaga tempat yang kamu duduki tadi. Hehe." Ucapnya sambil terkekeh.
KAMU SEDANG MEMBACA
AlRei
Teen FictionApakah kalian pernah merasakan yang namanya jatuh cinta? Bagaimana rasanya? Senang? Gelisah? Terbayang-bayang wajah nya? Lalu, bagaimana sikap kalian saat berada di dekatnya? Deg degan? salting? Atau sampai hampir salto? Lalu, apa yang ingin kalian...