Ting tong~
Bel pertanda pulang pun berbunyi. Semua murid bersiap untuk pulang. Ada beberapa murid yang tidak pulang karena jadwal piket hari ini. Ada juga yang tidak pulang karena ikut ekskul. Ada juga yang tidak pulang karena masih ingin bermain di sekolah.
Aku merapikan buku ku, bersiap untuk pulang. Aku berdiri dan berjalan menuju halte, tempat ku menunggu angkutan umum. Aku berjalan sambil memikirkan sikap Alfa yang aneh itu. Kenapa dia memalingkan wajahnya saat aku menatapnya? Aku terus menerus kepikiran. Aku takut kalau aku telah melakukan sesuatu yang membuatnya marah.
Disisi lain, Ricky sedang berlarian di koridor sekolah dan tidak sengaja melihatku sedang berjalan sambil melamun. Ricky bersembunyi di balik tiang sambil memerhatikan ku.
"Dia kenapa?" Tanyanya pada dirinya sendiri.
Sosoknya yang jahil pun muncul. Ia lalu berjalan mendekatiku pelan - pelan agar suara langkah kakinya tidak terdengar. Semakin dekat, dan semakin dekat.
"REINA!"
Aku hampir terkena serangan jantung dibuatnya. Ia benar benar mengejutkanku.
Aku mengelus-ngelus dadaku. "Duuh, ngagetin aja sih!" Kataku.
"Hahah, sorry sorry. Lagian lo ngapain jalan bengong begitu. Entar nabrak aja." Ejek Ricky.
Aku menatap datar ke arah depan. Aku tidak menghiraukan ocehan Ricky.
"Pulang bareng yuk, Rei." Ajaknya.
Aku menatapnya seraya menaikkan sebelah alisku. "Lo serius ngajakin gue pulang bareng?" Tanyaku.
"Duarius." katanya sambil mengacungkan 2 jari telunjuk dan tengahnya.
"Emang lo bawa motor?" Kataku.
Ricky menunjukkan deretan giginya. "Enggak."
Aku mengangkat alis ku bingung. "Terus ngapain lo ngajakin gue pulang bareng?"
"Gue ngajakin lo naik angkutan umum bareng, hehe." Ricky nyengir kayak kuda.
"Duh Ricky, mana ada sih cowok yang ngajakin cewek pulang bareng naik angkutan umum?" Kataku heran.
"Ada, ini di samping lo." Kata Ricky.
Aku garuk-garuk kepala ku yang tidak gatal. "Lo mah cowok jadi jadian kali."
"Dih, tega banget lo ngatain gue cowok jadi jadian. Terus wujud asli gue kayak gimana kalo gue cowok jadi jadian?" Dumel nya.
Aku memutar bola mataku. Ricky itu sama kayak Salsa. Nyebelin.
"Ricky!" Dari arah belakang, terdengar suara Salsa berteriak memanggil Ricky sambil membawa sapu. Panjang umur, baru saja di omongin, orangnya muncul.
"Waduh gawat, si nenek sihir udah dateng. Ayo Rei kita kabur." Ricky menarik tanganku namun kutahan.
"Lo piket kan hari ini?" Tanyaku.
"Bukan hari ini, gue piket besok. Udah ayo." Ricky menarik tanganku lagi namun ia tidak bisa bergerak maju. Lalu ia menoleh ke arah belakang. Ternyata Ricky sudah tetangkap. Salsa memegangi tas Ricky, membuat tubuh Ricky tidak bisa bergerak maju.
"Mau kemana lo, Ricky Danuarta?" Salsa menatap Ricky dengan tatapan lapar. Seolah siap memangsa Ricky kapan saja.
Ricky menelan ludah nya. Kalau sudah seperti ini, ia tidak akan bisa apa-apa. Ricky menatap Salsa ngeri. Ia tak bisa berkutik. Jika ia macam - macam, tamat riwayatnya.
"Reina, makasih ya udah cegat nih bocah. Hehe sekarang dia gak akan bisa kabur kemana mana. Gue bakal awasi dia terus." Salsa menatap Ricky sambil nyengir.
KAMU SEDANG MEMBACA
AlRei
Teen FictionApakah kalian pernah merasakan yang namanya jatuh cinta? Bagaimana rasanya? Senang? Gelisah? Terbayang-bayang wajah nya? Lalu, bagaimana sikap kalian saat berada di dekatnya? Deg degan? salting? Atau sampai hampir salto? Lalu, apa yang ingin kalian...