Firasat Hati Berlagu

30 14 0
                                    

Hal apa yang tak ingin aku rasakan, kini terbit dan menyapa untukku di pagi ini. Hari ini perlepasan atas kelulusan siswa siswi SMA Negeri Medan. Banyak air mata dan tawa bahagia yang terpancar di dahan ini. Sedih akan berpisahnya mereka dengan satu dan yang lain, bahagianya mereka akhirnya lepas dari jeruji besi pintu gerbang yang tinggi. Aku yang hanya sebagai penonton dan sedikit berada di bagian terpenting dalam acara ini. Kali ini aku tak bersama Randy yang selalu bersama apa yang biasa kami lalukan. Aku harus kuat, aku tidak boleh rapuh dihadapan Randy sebab ini adalah hari bahagia dia dan ini yang selalu di mimpi-mimpikannya ketika meranjak di dalam kasur. Segala kegiatan itupun ku lakukan dengan sebaik mungkin dan serapi mungkin, tak boleh ada air mata duka namun harus air mata bahagia yang boleh diperlihatkan di hadapan Randy.

"Kamu gak beri aku selamat gitu."

Pinta Randy padaku di sela-sela kesibukan ku yang semakin menjadi jadi.

"Selamat buat apa?" Jawabku dengan polos dan tak berdosa itu.

"Yah selamat atas kelulusan aku dong." Katanya sedikit kesal dengan diriku yang seolah-olah tak mementingkan dirinya.

"Ya sudah, selamat sayang untuk kamu dan mimpimu." Ujarku seraya tak ingin lagi bernapas.

"Aah,, kamu mah gak asyiiik!" Kesalnya padaku.

"Lah,,, kan udah di jawab. Salah lagi yaa?? "

"Udah ah, aku balik ke tempat!" Sambil meninggalkan ku di belakang panggung itu.

Aku hanya bisa diam dan menatap amarahnya dari kejauhan.
Entahlah, entah kenapa belakangan ini aku dan Randy sering sekali bercecok dalam komunikasi, tak pernah akur bahkan untuk seripun tak sanggup. Rasa gelisahku semakin hari semakin kuat dan hebat, namun terkadang lenyap tak beraturan. Entah apa yang ku rasakan saat ini aku tak mengerti. Seraya takut kehilangan namun tak ingin mengejar. Begitulah pribahasa dalam hidupku. Cukup berdoa dan berlindung kepada sang khaliq yang dapat membuatku bertahan dengan semua ini. Acara demi acarapun usai, rasa lelah dan letihpun sudah mengguyur semua tenaga dalam tubuhku. Aku langsung meninggalkan sekolah tersebut dan beranjak pulang kerumah. Kali ini Randy tak menghantarkanku pulang kerumah, sebab ia masih ada acara dengan temannya. Aku yang diajaknya enggan tuk bersama dikarenakan tubuh yang tak berdaya.

Hitungan dalam waktu jam dinding yang berputar, selepas pulang dari sekolah di acara tersebut. Tak sehelai pesan menyapaku di malam ini. Randy tiada kabar padaku, tidak biasanya ia seperti ini. Bahkan sepulang sekolah tadipun ia tidak menitipkan pesan untukku. Hatiku semakin tergoncang akan derasnya denyut galau ku malam ini. Berulang kali aku kirimkan ia pesan singkat, tak sedikitpun ia membalasnya.

Iihh kamu kemana sih! Ran???

Kesalku pada pesan yang tak kunjung di balasnya. Belum lagi ia kuliah dan jauh dariku saja ia seperti ini, konon lagi jika sudah tak disini entahlah.
Perasaan ini hampir sama seperti perasaan yang sudah-sudah. Itulah mengapa aku takut akan perpisahan. Perpisahan adalah kata yang ingin ku dengar. Itu sangat perih dan sungguh-sungguh perih.

"oh Tuhan,,,, akankah ini terulang kembali padaku?"

Jeritku sambil menitihkan air mata.
Pukul sudah menunjukkan angka 12 malam, sampai saat inipun tiada juga balasan dari Randy padaku. Sekian dari banyaknya pesan yang ku kirim tak satupun terbalas olehnya, hingga terpejamlah mataku dalam kasur yang tak bernyawa itu.

Pagi ini, sepuluh panggilan tak terjawab dan duabelas pesan menyapa pagiku dari Randy.

Sayang maaf aku ketiduran tadi malam.

Malaikat TerindahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang