Balasan surat dari Rara

34 3 3
                                    

Sajakmu terlalu Indah untukku rangkai kembali. Namun Akan terlihat sempurna saat aku menambahkan Kita diantaranya.

- Nizye Rara Shelvanoka


Menulis surat itu hal yang mudah bagi Rara. Selain menulis puisi ia juga terkadang menulis surat. Merangkai kata demi kata dengan pasti lalu tersenyum saat sudah selesai.

Rara menarik kertas yang tadi ditulisnya."Ini balasan suratku untuk Pangeran. Pangeran tampan yang bisa membuatku jatuh cinta secepat ini" ucapnya lalu tersenyum manis membayangkan wajah Bara.

Rara kembali meletakkan kertas tersebut lalu memasukkannya kedalam amplop bewarna biru. Warna yang senada dengan kertas yang dia tulis. 

Teresa berjalan mendekat ke Arah Rara. Menepuk pundaknya pelan. "Heh senyum senyum sendiri lagi mikirin apa nih?" Ucap Teresa lalu duduk di bangku dekat Rara.

Rara tersenyum tanpa menoleh ke arah Teresa. "Aku nulis surat untuk Pangeran" Ucap Rara lalu melirik kembali suratnya dan tersenyum lagi.

Teresa menyerit bingung. "Ha? Pangeran? Siapa Pangeran" Tanya Teresa, pasalnya dia tak tahu disekolah ini ada yang memiliki nama Pangeran.

Rara menepuk dahinya pelan. "Ah iya aku belum cerita ke kamu. Pangeran itu nama panggilan aku buat Bara"

Teresa menggelengkan kepalanya tak mengerti. "Bara siapa lagi sih? Anak baru? Anaknya mang Dadang? Anaknya ibu kantin? Atau siapa?" Tanya Teresa kembali.

Rara menyentil dahi Teresa."Bukan, Nama dia Bara Phabia Irvanda kelas XI IPA 1"

Teresa sedikit familiar dengan nama tersebut, dia mencoba kembali mengingat ingat. "NAH! gue tau dia yang kasih lo surat itu Kan? Siapa tadi namanya? Bara Phobia? Phavia? Siapa sih?" Ucap Teresa dengan nada terburu buru.

Rara menggelengkan kepalanya."Phabia Teresa... Bukan phobia apa lagi Phavia" Ucap Rara membenarkan perkataan Teresa yang salah.

"Nah iya itu pokoknya. Kan namanya Bara terus kenapa lo manggilnya Pangeran?"

Rara tersenyum malu."Awalnya aku kan enggak tahu siapa namanya. Karena wajahnya yang terbilang sangat tampan seperti Pangeran di negeri dongeng jadi aku panggil dia Pangeran"

Teresa mengangguk paham."Jadi temen gue lagi jatuh cinta nih?" Ucap Teresa dengan nada menggoda.

Rara menggeleng kuat."Enggak aku enggak suka sama dia"

"Seriusan enggak suka? Kenapa lo harus capek - capek nulis balasan surat untuk dia? Kalau lo bener - bener enggak suka lo kan bisa nggak ngebales itu surat"

Rara bingung harus menjawab apa, mau mengelak saja susah.

"Enggak gitu sih... Nggak sopan kalau enggak ngebales surat dari orang yang udah repot repot buatin kita surat" Ucap Rara mencoba mengelak.

"Bilang aja lo suka sama dia. Ribet banget pake bilang enggak sopan segala"

"Iya deh serah Kamu. Nanti antarin Aku ke kelas dia ya"

"Iyaa"

***

Saat ini Rara dan Teresa sedang berjalan menuju kelas IPA 2. Karena bel pulang sekolah sudah berbunyi sejak 15 menit yang lalu membuat sekolah sudah sedikit sepi.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 21, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Surat kecil untuk Rara 💌Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang