"Hyebin!" seseorang berbisik dengan penekanan sehingga terdengar cukup keras. Kamu menoleh ketika mendengar seseorang memanggil kamu, sekarang kamu sedang belajar di perpustakaan dan suasananya sangat tenang. Dengan alunan music melodis yang terdengar dari kedua earphone yang tersangkut di kedua telingamu.
Tapi sepertinya keadaan tidak akan setenang tadi.
Itu Doyoung. Laki-laki yang sudah menjadi pacarmu selama lima bulan terakhir. Dia sangat menyebalkan bagim, tapi dengan sifatnya yang menyebalkan menjadi pelengkap bagi kehidupanmu yang terlalu statis.
"Rajin banget, padahal kan UTS masih minggu depan," dia langsung duduk di kursi di depanmu, ia menopang dagunya, memperhatikanmu. Kamu risih dan menatapnya nyalang dari balik kacamatamu.
"Ish, galak banget" dia menggerutu, kamu kembali focus kepada buku teks di meja.
Dia terus memperhatikanmu, sampai kurang lebih lima belas menit. Tak lama kemudian, senior yang duduk di sebelah kananmu pergi. Doyoung dengan gerakan cepat langsung berpindah ke kursi di sebelah kananmu yang kosong.
"Nah kan gini enak," dia bermonolog, kamu mengabaikannya.
Kamu meraih highlighter dan mencoret beberapa hal penting di buku teks dan menyalinnya di sebuah kertas yang akan kamu pindahkan ke buku binder nantinya.
Tiba-tiba kamu merasa ada yang memainkan ujung-ujung rambutmu yang kamu tebak itu pasti Doyoung. Kamu menghentikan gerakan menulismu.
"kenapa??" tanyanya meledek, kamu mendengus. Berusaha mengabaikan deru jantungmu yang semakin cepat kala Doyoung sekarang benar-benar memainkan rambutmu. Dengan kedua tangannya, seolah-olah ia adalah hairstylist professional yang sudah menangani artis-artis internasional.
"Ngapain sih?" tanyamu kepada oknum Doyoung. Yang ditanya hanya menunjukkan cengiran khasnya.
"Kakak ngapain ke sini? Aku masih mau belajar," kamu mencoba memberikan penjelasan kepada Doyoung. Dia sebenarnya adalah kakak tingkat kamu, ia sudah semester tujuh yang sudah akan menuju sidang skripsi. Sedangkan kamu masih di semester tiga.
"Tadinya mau ngasih semangat, tapi kamunya lagi fokus gitu. Yaudah aku main dulu ya sama temen-temen aku, nanti kalo udah telfon aja," dia bangun terus nepuk-nepuk kepala kamu pelan baru mau pergi. Tapi sebelum itu kamu cegat dia, dia balik ngadep kamu.
"Kenapa?" tanyanya lembut.
"Ayo jalan, aku udah bosen." ajakmu, senyumnya langsung merekah. Ia menunggumu sambil mengantongi kedua tangannya di saku celana.
"Udah?" tanyanya lagi, kamu mengangguk sambil membawa beberapa buku di tanganmu. Sambil berjalan menuju parkiran, ia berinisiatif mengambil tasmu. Kebetulan juga kamu sedang menggunakan tote bag, jadi dengan mudah ia meraihnya darimu.
"Eh? Makasih kak," beberapa kali ia juga melakukan hal ini. Jadi kamu tidak terlalu tekejut. Dia tersenyum, ganteng.
"Mau makan apa?"
"Ayo geprek!" ucapmu bersemangat.
"No, no! Adek bayi gaboleh makan yang pedes-pedes! Kita jajan aja," usulnya, kamu langsung sebel sendiri dikatain adek bayi. Mood kamu udah berantakan bacain kitab undang-undang, sekarang ditambah sama Doyoung.
"Ga kenyang." Ucapmu sedikit ketus.
"Adek bayiii, mau makan apa? Tapi gaboleh yang pedes-pedes, kamu abis belajar, belom makan nanti lambung kamu marah lagi, aku ga ngurus ya,"
"Jahat" kamu ninggalin Doyoung, sebenernya kamu mau seneng tapi mau kesel juga. Seneng karena Doyoung perhatian tapi sebel karena selah-olah Doyoung ngatur kamu banget.
"Makan sop aja yuk!" ajaknya lagi. Kamu ngangguk aja, nunggu Doyoung buka kunci mobil.
"Tapi gaboleh banyak-banyak ya sambelnya," ucapnya sambil masangin kamu sabuk pengaman. Kamu yang lagi sibuk ngatur kemiringan kursi penumpang langsung kaku. Wajahmu dengan wajahnya dekat, sangat. Jantungmu kembali berpacu seiringan dengan pipimu yang memanas.
"Hm.""Hyebin!" seseorang berbisik dengan penekanan sehingga terdengar cukup keras. Kamu menoleh ketika mendengar seseorang memanggil kamu, sekarang kamu sedang belajar di perpustakaan dan suasananya sangat tenang. Dengan alunan music melodis yang terdengar dari kedua earphone yang tersangkut di kedua telingamu.
Tapi sepertinya keadaan tidak akan setenang tadi.
Itu Doyoung. Laki-laki yang sudah menjadi pacarmu selama lima bulan terakhir. Dia sangat menyebalkan bagim, tapi dengan sifatnya yang menyebalkan menjadi pelengkap bagi kehidupanmu yang terlalu statis.
"Rajin banget, padahal kan UTS masih minggu depan," dia langsung duduk di kursi di depanmu, ia menopang dagunya, memperhatikanmu. Kamu risih dan menatapnya nyalang dari balik kacamatamu.
"Ish, galak banget" dia menggerutu, kamu kembali focus kepada buku teks di meja.
Dia terus memperhatikanmu, sampai kurang lebih lima belas menit. Tak lama kemudian, senior yang duduk di sebelah kananmu pergi. Doyoung dengan gerakan cepat langsung berpindah ke kursi di sebelah kananmu yang kosong.
"Nah kan gini enak," dia bermonolog, kamu mengabaikannya.
Kamu meraih highlighter dan mencoret beberapa hal penting di buku teks dan menyalinnya di sebuah kertas yang akan kamu pindahkan ke buku binder nantinya.
Tiba-tiba kamu merasa ada yang memainkan ujung-ujung rambutmu yang kamu tebak itu pasti Doyoung. Kamu menghentikan gerakan menulismu.
"kenapa??" tanyanya meledek, kamu mendengus. Berusaha mengabaikan deru jantungmu yang semakin cepat kala Doyoung sekarang benar-benar memainkan rambutmu. Dengan kedua tangannya, seolah-olah ia adalah hairstylist professional yang sudah menangani artis-artis internasional.
"Ngapain sih?" tanyamu kepada oknum Doyoung. Yang ditanya hanya menunjukkan cengiran khasnya.
"Kakak ngapain ke sini? Aku masih mau belajar," kamu mencoba memberikan penjelasan kepada Doyoung. Dia sebenarnya adalah kakak tingkat kamu, ia sudah semester tujuh yang sudah akan menuju sidang skripsi. Sedangkan kamu masih di semester tiga.
"Tadinya mau ngasih semangat, tapi kamunya lagi fokus gitu. Yaudah aku main dulu ya sama temen-temen aku, nanti kalo udah telfon aja," dia bangun terus nepuk-nepuk kepala kamu pelan baru mau pergi. Tapi sebelum itu kamu cegat dia, dia balik ngadep kamu.
"Kenapa?" tanyanya lembut.
"Ayo jalan, aku udah bosen." ajakmu, senyumnya langsung merekah. Ia menunggumu sambil mengantongi kedua tangannya di saku celana.
"Udah?" tanyanya lagi, kamu mengangguk sambil membawa beberapa buku di tanganmu. Sambil berjalan menuju parkiran, ia berinisiatif mengambil tasmu. Kebetulan juga kamu sedang menggunakan tote bag, jadi dengan mudah ia meraihnya darimu.
"Eh? Makasih kak," beberapa kali ia juga melakukan hal ini. Jadi kamu tidak terlalu tekejut. Dia tersenyum, ganteng.
"Mau makan apa?"
"Ayo geprek!" ucapmu bersemangat.
"No, no! Adek bayi gaboleh makan yang pedes-pedes! Kita jajan aja," usulnya, kamu langsung sebel sendiri dikatain adek bayi. Mood kamu udah berantakan bacain kitab undang-undang, sekarang ditambah sama Doyoung.
"Ga kenyang." Ucapmu sedikit ketus.
"Adek bayiii, mau makan apa? Tapi gaboleh yang pedes-pedes, kamu abis belajar, belom makan nanti lambung kamu marah lagi, aku ga ngurus ya,"
"Jahat" kamu ninggalin Doyoung, sebenernya kamu mau seneng tapi mau kesel juga. Seneng karena Doyoung perhatian tapi sebel karena selah-olah Doyoung ngatur kamu banget.
"Makan sop aja yuk!" ajaknya lagi. Kamu ngangguk aja, nunggu Doyoung buka kunci mobil.
"Tapi gaboleh banyak-banyak ya sambelnya," ucapnya sambil masangin kamu sabuk pengaman. Kamu yang lagi sibuk ngatur kemiringan kursi penumpang langsung kaku. Wajahmu dengan wajahnya dekat, sangat. Jantungmu kembali berpacu seiringan dengan pipimu yang memanas.
"Hm."