"Pagi, om" sapaku ketika melihat Bima keluar dari ruangan papa "papa di dalam?"
Bima mengangguk "jangan masuk lagi ada tamu"
"Tania?" tebakku langsung
Bima menggelengkan kepala "mantan mertuanya" aku membulatkan mata mendengar jawaban Bima
"Ya udah aku ketemu Kak Devan aja" ucapku langsung
Bima memegang lenganku "bagaimana jika keruanganku saja" membisikkan kata-kata sambil menjilat telingaku
"Papa masih butuh om" tolakku
"Baiklah setelah urusan ini selesai aku tunggu di apartemen" ucap Bima pasrah "siapkan dirimu"
Aku menghadap Bima "siapkan juga stamina om dan juga alasan pada tante" sambil mengedipkan mata dan meremas penis Bima "wow sudah tegang saja apa semalam tante gak memuaskan om?"
"Dasar jalang kecil" desis Bima ketika aku meremas penisnya "tunggu pembalasanku"
Bima masuk kembali keruangan papa dengan segera aku ke ruangan Devan, Devan tampak serius dengan laptopnya. Kakakku tercinta ini sangat mirip dengan papa jika bekerja namun selalu hangat kepada kami semua
"Ada yang bisa dibantu?" tanyaku mendekati Devan
Devan menatapku lalu menghembuskan nafas "papa masih ada tamu?" aku mengangguk "kasihan mantan mertua Tania"
"Tania tahu?" tanyaku
"Tahu papa cerita semuanya dan berdasarkan pengamatan Mas Bima malah akan membebani kita kedepannya" jawab Devan "Tania gak memaksa harus membantu"
Kami berdua membahas hal yang lain berkaitan dengan perusahaan, memang aku mengakui jika Bima selalu dapat diandalkan dimana hasil penelitian dan pengamatannya jarang sekali salah bahkan selalu benar jadi tidak salah jika Wijaya sangat mempercayai Bima
Awal mula Bima bekerja disini sebagai staf biasa tapi karena keuletan dan kemampuan menyelesaikan Wijaya membuatnya langsung menjadi seketaris pribadi walaupun Wijaya sudah memiliki seketaris bernama Lila yang sekarang juga merangkap sebagai seketaris Devan
Lila juga bisa diandalkan dalam mengurus bagian dalam kantor, jika mereka berdua digabungkan dapat menyeimbangkan kerja Wijaya dan Devan serta untuk perusahaan ini
"Mau kemana?" tanya Devan ketika aku berdiri "jangan macam-macam"
Aku mengangguk paham dengan segera aku keluar karena Bima mengatakan menungguku di ruangannya, tanpa mengetuk pintu aku langsung masuk dan menguncinya. Bima menatapku dengan tatapan nafsu terlihat dari cara bernafasnya
Aku segera masuk kedalam meja, membuka resleting celana dan mengeluarkan penisnya yang telah tegang. Segera aku memasukkan kepala penis kedalam mulut sambil mengocok penisnya agar tegang dengan sempurna
"Oughhh oughhh" erang Bima "terus jalang oughh"
Aku semakin semangat mengulum penis Bima dengan segera aku memasukkan penisnya ke dalam mulut, aku menggerakkan kepala naik turun dengan dibantu Bima memegang rambutku. Tarikan di rambutku semakin kuat membuatku semangat, Bima mempercepat mengocok penisnya dalam mulutku
"Sial mulutmu enak sekali oughhh" erang Bima
Aku meremas buah zakarnya membuat Bima semakin cepat menarik rambutku, aku merasakan kepala penisnya sampai ke tenggorokan tapi justru itu yang aku sukai. Penis Bima yang memiliki diameter besar dan ukuran panjang selalu membuat mulutku kesusahan namun aku selalu menikmatinya
"Oughhh jalang aku mau keluar" erang Bima
Aku harus menyiapkan diri menelan sperma Bima yang selalu aku lakukan setiap aku melakukan blowjob
"Akhhhhh"
Bima mengeluarkan spermanya kedalam mulutku beberapa kali tembakan aku rasakan, cairan kental dan putih segera aku telan. Beberapa ada yang menetes ke bawah namun tidak aku hiraukan. Bima menatapku dengan sedikit puas karena bagi kami ini adalah permulaan
Aku berdiri setelah merasakan sperma Bima keluar semua dan aku telan, aku merapikan tetesan yang berada di bajuku. Bima mencium bibirku lembut dimana ciuman ini adalah sebagai ucapan terima kasih
"Kita lanjut nanti malam" ucap Bima setelah melepaskan ciuman kami "aku sudah bilang kalau lembur"
Aku mengangguk "baiklah terima kasih semuanya om" sambil mengedipkan mata
Dapat feelnya gak? Via memang aku ceritakan berbeda 😂 jangan hujat ya
Apa perlu dibuat target vote 🤔, silahkan komen
KAMU SEDANG MEMBACA
Slave or Love ? (END)
RomanceAdegan 21+ Belum cukup umur jangan baca Cerita anak Wijaya