Devan memintaku ke kantor karena harus ada yang dikerjakan dengan senang hati aku kesana berharap bertemu dengan Bima, mengenai Soni sampai detik ini belum menghubungi sama sekali aku berpikir dia pria yang setia terhadap pasangannya
"Aku minta kamu bantu Rifat untuk mempromosikan perusahaan kita yang di Bandung" ucap Devan menatapku "sebenarnya aku bisa minta Lila tapi karena Bima lama disana jadinya kamu yang aku tugaskan mengenai tempat tinggal sudah ada apartemen yang siap digunakan"
"Apartemen? kita tinggal bareng?" tanyaku
Devan mengangguk "ini juga masuk unit dan disana ada 2 kamar jadi bisa kalian gunakan"
"Kami hanya berdua?" Devan mengangguk mantap "laporannya?"
"Jika memungkinkan tiap jumat kalian kesini tapi jika tidak kalian laporan darisana" jawab Devan "papa menyetujui ini semua" ketika melihatku ingin membantah
Aku melangkah keluar langsung menuju ruanganku berada di meja sudah ada beberapa pekerjaan yang menungguku dan tanpa menunggu waktu aku segera menyelesaikannya daripada otakku berpikir mengenai Bima ataupun menunggu jawaban Soni
"Hai sibuk?" Lila masuk kedalam ruangan "baiklah gak akan lama karena Pak Devan meminta kalian berangkat besok" aku melotot "karena memang harus dikerjakan" tambah Lila
"Aturlah bagaimana enaknya" ucapku pasrah
"Kalian berangkat menggunakan mobilmu dengan Rifat yang menyetir" ucap Lila "karena mobil kantor dipakai semua dan gak mungkin dibawa ke luar kota dalam waktu lama" ketika melihatku akan membantah dan akhirnya aku mengangguk "semua biaya sudah ditanggung jadi tenang saja"
"Ada lagi?" tanyaku ketika melihat Lila malas
"Lusa Bima pulang" aku melotot "lupakan Bima mencarilah yang masih single mungkin bisa mencoba Rifat"
"Jangan bilang ini akal-akalan kalian" tuduhku langsung namun Lila langsung keluar ruangan tanpa menjawab perkataanku
Aku sudah bisa menebak jika ini adalah strategi Wijaya dan Devan agar memisahkan aku dengan Bima, aku menghembuskan nafas siapa yang bisa aku ajak bicara gak mungkin Tina ataupun Tania apalagi Tari bahkan Lila tidak dipihakku. Aku menatap pesan terakhirku dengan Bima yang hanya berisi mengenai pekerjaan tidak yang lain
Ketika aku mencoba untuk memikirkan kerjaan dengan Rifat ada pesan masuk di ponselku dari nomer yang tidak dikenal
+6281134xxxx
Apakah tawaran itu masih berlaku? jika ya kapan kita bisa bertemu?
-Soni-Aku membaca pesan ini sekali lagi memastikan bahwa Soni mantan mertua Tania, dengan sisa keberanian aku membalas pesan tersebut
Via
Soni siapa ya? apa kita pernah janjian?+6281134xxxx
Ya kita bertemu di cafe kemarin dan kamu, apa lupa?Aku tersenyum membacanya berarti dia memang tergoda denganku
Via
Datanglah nanti malam jam 8 dan siapkan tenaga serta alibi pada keluargamuAku yakin jika mantan mertua Tania mudah ditaklukan, tapi apakah ini yang aku inginkan karena tanpa kabar dari Bima. Dengan segera aku menyelesaikan pekerjaan setelahnya aku menyerahkan pada Lila dan langsung pulang cepat, aku tidak peduli dengan tanda tanya Lila terhadap sikapku dan aku tidak memberikan waktu untuknya bertanya
"Sore, bu" sapa Rifat
"Sore" sapaku kembali "mau pulang?"
Rifat menggelengkan kepala "mau bertemu dengan klien" aku mengangguk "besok kita berangkat bersama ya, bu?" aku mengangguk "bertemu di kantor atau bagaimana?"
"Nanti aku hubungi" jawabku "masukkan nomermu" sambil menyerahkan ponsel kepada Rifat
Rifat dengan segera mengetikkan nomernya dan aku langsung memberikan nama pada nomer Rifat, sampai di lobi kami berpisah dan betapa terkejutnya aku jika Bima datang bersama Wijaya dari pintu lobi. Mereka tampak berbicara dengan serius yang aku yakini mengenai perusahaan karena tampak sekali dari raut wajah Wijaya
"Via belum pulang?" tanya Wijaya menatapku dan aku menggelengkan kepala "sepertinya ada yang ingin kalian bicarakan saya tunggu diatas" Wijaya memeluk dan menciumku sekilas
Aku menatap Bima dengan penuh rasa rindu tapi tatapan Bima seolah biasa saja, Bima mengajakku duduk di lobi yang sudah mulai sepi dari karyawan
"Apa yang ingin kamu lakukan pada Soni?" tanya Bima langsung membuatku melotot "aku tahu semua yang kamu pikirkan dan lakukan jangan melakukan hal-hal yang akan membuatmu celaka"
"Bukan urusanmu" ucapku langsung
"Selama demi kebaikan keluarga Wijaya akan menjadi urusanku dan terutama kamu" ucap Bima dengan tatapan tajam tak terbantahkan "temui aku di apartemen jangan melarikan diri karena aku tahu apa yang sudah kamu rencanakan"
Bima meninggalkanku di lobi seketika aku lemas mendengar perkataannya, aku menatap sekeliling yang sudah mulai sepi tinggal lantai atas mereka yang sedang lembur atau melakukan rapat dadakan
Aku memutuskan ke apartemen tempat bersama Bima karena aku tahu jika tetap bertemu dengan Soni pasti akan terjadi sesuatu yang bakal lebih parah dari ini, selama perjalanan aku hanya memikirkan apa yang akan dilakukan Bima
KAMU SEDANG MEMBACA
Slave or Love ? (END)
RomanceAdegan 21+ Belum cukup umur jangan baca Cerita anak Wijaya