Transmigrasi
•
Bel berbunyi cukup nyaring, membuat beberapa siswa bersemangat untuk berdiri tegak dan berlari penuh semangat menuju kantin. Guru Fisika yang berdiri beberapa menit lalu dengan tekanan kini melonggarkan ekspresinya, menatap murid-muridnya yang lebih senang menyambut makanan di bandingkan dengan pelajaran.
"Untuk tugas lusa, membuat rangkuman dari bab tiga dan empat. Kumpulkan di ketua kelas untuk di serahkan padaku, selamat beristirahat"
Setelah mengatakan hal itu, Guru Wang melenggang pergi, meninggalkan desahan kekecewaan karena tugas lusa begitu berat. "Shui, apa kali ini kau akan mengerjakan tugas dari Guru Wang?" Seorang gadis dengan rambut pendek bersuara, bertanya pada pemuda yang duduk di hadapannya.
Pemuda itu sedikit menoleh, bergumam acak sebagai balasan sedangkan tangannya mulai sibuk membuka buku bersampul menarik dari dalam tasnya.
"Aku akan mengerjakannya, tapi tidak tertarik membaginya padamu" delapan kata dengan intonasi datar, meninggalkan gurun dingin dalam harapan gadis di belakangnya, Jiang Yao.
"Shui, kau itu tampan, pintar, dan baik hati, bisakah kau bermurah hati padaku? Dan bukankah aku juga seorang fans dari buku yang kau baca? Aku—" perkataannya terhenti tatkala sepasang bola mata berwarna keemasan menatapnya cukup dingin.
"Kerjakan sendiri"
Jiang Yao hanya memasang wajah masam, mencibir sebentar lalu bangkit berdiri, "kau sungguh dingin, pantas namamu air hitam, sungguh jahat".
Sebenarnya Jiang Yao hanya bercanda, dia tidak mungkin akan benar-benar menghina sahabat lelaki yang paling bisa di andalkan -dalam pekerjaan rumah- lagipula, itu bukan salah He Shui sendiri, dia hanya sedang malas mengerjakan milik orang lain apalagi miliknya.
Sungguh, selain ada godaan datang, dia takan mau.
"Aku akan mentraktir kamu makan, sebagai imbalannya"
Peh, penyogokan ini.
He Shui memutar matanya bosan, menatap gadis di hadapannya tanpa minat, "Aku membawa bekal dari rumah".
Mata milik gadis cantik setengah tampan di belakangnya terlihat berbinar, daripada mentraktir He Shui makan, lebih menyenangkan jika ia -Jiang Yao- makan makanan yang di buat tangan dewa tuan He.
"Boleh aku—"
"Sudah habis"
Jiang Yao beringsut ke sudut, seolah air mata virtual tengah mengalir deras, membanjiri kelas dengan air mata. Namun hal itu tidak berlangsung lama ketika lelaki itu memperlihatkan buku ke lima dari novel yang ia baca.
"Shui, apa kau sudah membaca semua buku" He Shui mengangguk sebagai balasan, walau terlihat sedikit pendiam sebenarnya dia adalah orang yang lumayan aktif dalam forum penggemar dari novel yang sekarang ia baca.
"Kau dengar, kau dengar. Aku pernah menangis hingga mataku bengkak ketika membaca bagian He Xuan, astaga tisue ku sampai habis" Jiang Yao memasang wajah sedih, hampir membuat air mata sungguhannya mengalir deras.
"Apa yang membuatmu sedih? Masa lalu He Xuan atau dewa kaya yang kau kagumi?" Perkataannya terdengar kosong tapi itu sungguh sampai menusuk hati gadis di hadapannya.
"Tidakkah kau menangis?! Tuan Shi yang tampan terbunuh di tangan raja Iblis gila, kau tau perasaanku? Oh tuanku" ia mulai terisak-isak, menimbulkan tanda tanya dan tatapan menuntut dari semua penghuni kelas pada He Shui.
"Aku tidak tertarik dengan Shi WuDu, tidak kah kau tau perasaan He Xuan yang di manfaatkan?" Tatapannya menghakimi, setidaknya orang jahat dalam obrolan mereka ini adalah Dewa air yang budiman, yang membuat He Shui beberapa kali jengkel dengan tingkahnya.
Jiang Yao hanya memasang wajah cemberut, sebagai penggemar Shi bersaudara, ia adalah penggemar paling antusias, menemukan teman dengan satu 'fandom' itu tidaklah mudah apalagi tidak semua orang menyukai novel bagus ini.
Walau akhirnya ia mendapat teman yang cocok dalam obrolan, teman yang satu ini lebih tidak berperasaan dan kejam daripada iblis air hitam yang ia lihat dalam novel.
Ngomong-ngomong, membicarakan soal He Shui, pemuda itu terlihat seperti tokoh novel yang terlihat menawan, dia memang dingin tapi ketika seorang gadis begitu baik padanya, sifat hangatnya akan terlihat.
Ah lihat, bahkan Jiang Yao sendiri jatuh cinta pada pemuda ini.
Lupakan, kenapa jadi membahas cinta.
"Shui, jika kau bisa terlahir di dalam novel itu, kau ingin jadi siapa?" Tangan pemuda itu menutup buku yang ia baca, menatap wajah gadis di hadapannya.
"He Xuan"
Jawabnya singkat, tanpa berpikir panjang. Jiang Yao ingin membantah namun sebelum itu terjadi, bel pertanda pelajaran akan dimulai berbunyi.
"Aku bahkan belum—"
Sebelum perkataannya selesai, sebuah kotak makan siang terlihat dalam jarak pandangnya, melihat dari warna kotak makan siang itu, itu pasti milik He Shui.
He Shui menghiraukan ucapan terimakasih dari gadis di belakangnya, matanya sedikit kabur saat ia menyimpan kembali novel yang selesai ia baca di dalam tasnya.
Entah kenapa perasaannya sedikit buruk, hingga warna hitam pekat mengisi penglihatannya.
•••
"—ng?"
"—xiong?!"
"Ming-xiong!!"
Tubuhnya tersentak sadar, matanya sedikit kabur walau pendengarannya membaik hingga guncangan berlebih membuatnya sadar sepenuhnya.
"Ming-xiong apa kamu mabuk?" Mata keemasannya menatap objek di hadapannya, wajahnya terlihat tampan namun sedikit bumbu cantik dan naif terlihat di sana.
'Ming-xiong apa?'
"Ming-xiong?"
He Shui kembali pada kesadarannya, ia kembali mengamati wajah di hadapannya sedikit linglung walau begitu ia langsung sadar jika pemuda di hadapannya adalah orang yang berbeda, seseorang yang terlihat khawatir dan memanggilnya 'Ming-xiong'.
"QingXuan?" Tebaknya asal, yang di panggil namanya menghembuskan nafas lega.
"Ming-xiong, ku kira kau mabuk. Aku melihatmu tidak stabil dan hampir jatuh, ada apa?"
He Shui diam, otaknya tengah memproses apa yang kini sedang terjadi. Sepasang mata keemasannya menatap banyak hidangan juga beberapa kendi arak yang setengahnya kosong.
Tunggu, dia baru saja menyerahkan kotak makan siangnya pada gadis di belakangnya, dan dia tiba-tiba sudah bertransmigrasi kedalam buku yang baru selesai dia baca.
He Shui menggeleng, atau mari kita sebut He Xuan yang tengah menyamar menjadi master bumi Ming Yi.
Shi QingXuan tentu saja tidak curiga, dia hanya mengangguk paham setelah itu kembali minum dengan ocehan beruntun seperti kereta listrik.
Dalam Novel yang He Shui baca, adegan ini tidak di tuliskan karena penulis lebih fokus pada tokoh utama dalam cerita, ibaratkan mereka hanyalah tokoh sampingan yang akan di lupakan begitu menuju akhir.
Itu tidak masalah, setidaknya menghadapi Shi QingXuan tidak akan sesulit menghadapi tatapan orang lain yang lebih curiga. Jadi, ia hanya melanjutkan makan, kebetulan perutnya juga terus bergemuruh sejak jam istirahat selesai.
"Ming-xiong, setelah misi dari jalan kecil di Banyue. Kau terlihat aneh, apa kau menyembunyikan sesuatu ha?" He Shui melirik pemuda di sampingnya, melihat bahwa wajah dan hidung Shi QingXuan memerah ia(HS) bisa mengasumsikan bahwa dia(SQX) sudah mabuk.
"Bagian mana yang menurutmu aneh?" Bertanya asal, hingga ia ingat jika Shi QingXuan berkata tentang 'Jalan kecil di Banyue'.
Dengan kata lain, ia terlempar cukup jauh dari arc manor bawah air, oh itu bagus.
Yah bagus jika cerita berikutnya bukan tentang ia yang pura-pura di aniaya Chengzhu Hua di kota hantu.
TBC
Author note : ini apa? Baca ajalah nanti tau.
KAMU SEDANG MEMBACA
Beefleaf [ ShuangXuan ] [Slow Update]
FanfictionJudul : Beefleaf Author : WeiXuan10 Novel yang terkait : Heavenly official's Blessings Penulis : Mo Xiang Tong Xiu Genre : semua genre Status : Ongoing Sinopsis : He Shui yang seorang pemuda biasa, dengan secuil rasa iba menyerahkan sebuah kotak mak...