08 Helena Auristela

12 2 0
                                    

21.00 WIB.

Langit malam tidak seperti biasanya, tidak ada sinar bulan pada malam ini bahkan bintang bintang pun tak terlihat di langit. Mungkin karena awan hitam yang menutupi membuat langit kehilangan keindahannya pada malam ini.

Aku meletakkan kembali buku novel yang sempat ku baca tadi. Aku pun membaringkan tubuhku di atas kasur empuk milikku. Saat mata ini terasa berat dan mulai mengantuk, tiba tiba saja angin berhembus pelan memasuki kamarku melalui celah celah kecil pada lubang ventilasi. Membuat bulu romaku berdiri.

Perasaanku menjadi tidak enak. Mataku tertuju pada gorden yang bergerak-gerak akibat angin yang berhembus dari luar. Kamarku terasa lebih gelap dari biasanya, padahal biasanya aku mematikan lampu Kamar saat hendak tidur tidak terasa gelap seperti ini. Entah mungkin karena malam ini langit tertutupi oleh awan hitam atau memang kamarku saja yang terasa gelap.

Lama kelamaan kamarku pun terasa pengap padahal angin masih saja berhembus masuk ke kamarku. Mataku masih menatap ke arah gorden kamar yang bergerak-gerak tertiup angin. Semakin lama gorden kamarku semakin kencang bergerak. Padahal angin hanya berhembus pelan namun gorden kamarku terus saja bergerak.

Aku menyipitkan mataku untuk lebih berkonsentrasi menatap ke arah gorden kamarku yang bergerak-gerak. Namun di tengah keheningan malam suara Isak tangis memecahkan keheningan. Anehnya isak tangis yang ku dengar itu bukan dari gorden kamarku melainkan dari pojok kamarku.

Kubuka mataku lebih lebar mencari sumber suara tersebut. Pasalnya aku tak merasakan ada sesuatu di hadapanku. Tanpa berfikir dua kali aku pun menyalakan lampu kamarku. Saat lampu kamarku menyala kini sudah jelas siapa pemilik suara tersebut.

Sosok yang tadi pada saat jam istirahat memasuki tubuhku dan selalu mengikutiku bahkan memaksaku untuk berkomunikasi padanya, kini telah berada tepat di ujung kasurku.

Tubuhku kembali bergetar hebat, mataku membulat sempurna saat melihat sosok tersebut datang lagi kepadaku. Aku takut jika harus berurusan dengannya. Aku tak mau jika kejadian saat jam istirahat tadi terulang lagi.

Namun tubuhku tak sejalan dengan otakku yang tiba tiba saja mengeluarkan kata "mau apa kamu dateng kesini?" Tanyaku dengan suara yang gemetar.

"Hai Nayra...." Sapanya. "Emmm... Namaku Helena. Kau pasti tau aku kan?.... Aku ingin meminta bantuanmu" ujarnya pelan.

Aku memberanikan diri untuk menolaknya "Maaf tapi aku ga bisa bantu kamu"

Helena kembali mendidikan kepalanya, dengan was was aku menatap ke arah nya takut jika ia berusaha mengambil alih tubuhku seperti tadi siang saat jam istirahat. "Aku hanya minta bantuanmu" sesaat ia kembali terdiam "aku ingin bertemu dengan dia untuk terakhir kalinya."

Aku bingung harus bagaimana. Aku takut jika aku membantunya malah membuat diriku di ikuti banyak hantu atau dia bisa saja memanipulasiku agar ia bisa kembali masuk kedalam tubuhku. Tapi aku juga kasihan melihatnya, aku juga penasaran ada apa sebenarnya dengan dia dan gadis di hadapanku ini.

Ku coba untuk kembali melihat ke arahnya yang sedang tertunduk. "Tapi akan kucoba untuk mendengarkan ceritamu. Apa kau ingin bercerita?" Tanyaku ragu.

Helena kembali menatapku dengan senyum di wajahnya. "Apa kau mau membantuku?" Tanyanya lagi.

"Emm... Tidak-tidak bukan itu maksudku." Dengan cepat aku menjawab ucapannya.

"Lalu?.." tanya nya dengan wajah sedikit murung.

Aku menarik nafasku lalu menghembuskannya pelan sebelum berbicara padanya "apa kamu sendirian? Tidak bersama keluarga atau temanmu?" Tanyaku berusaha mengalihkan pembicaraan.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 18, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Don't lookTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang