an elevator [johnil fic]

[TAEIL]

aku memasuki elevator yang terbuka setelah berada di lantai sepuluh; tempat dimana para petinggi bekerja. aku baru saja menyerahkan separuh pekerjaan yang telah kuselesaikan.

doyoung meninggalkanku sendirian di jam makan siang. pekerjaanku menumpuk, banyak sekali revisian yang harus kuselesaikan hari ini walaupun artinya aku harus memangkas waktu makan siangku.

kukira pekerjaanku tidak banyak. tahu begitu, aku akan bawa bekal demi memangkas waktu. apalagi antrian kafetaria kantor selalu panjang.

aku menyandarkan kepalaku ke sisi dinding elevator. hanya ada aku disini. aku bebas menyelutuk makian kepada atasanku atas revisian yang beliau berikan tidak main-main.

sampai aku menyadari bahwa elevator semakin melambat dan berhenti di angka 7.

---oh...? angka 7?

bukankah itu lantai tempat kerja lelaki tempo hari itu?

lelaki tinggi, penuh keringat, dan berantakan namun seksi.

aku tidak pernah melihatnya selama aku bekerja tiga tahun di kantor ini. apa dia arsitek baru? entahlah. namanya saja aku tidak tahu. dia tidak memakai kalung nametag-nya sih.

aku tidak berharap bahwa yang memberhentikan elevator di lantai 7 ini adalah--

ting!

--owh, shit. ITU DIA!!

lelaki itu sepertinya baru saja berbincang dengan rekannya sebelum meninggalkannya sendirian memasuki elevator.

kami bertemu pandang lagi. ditambah dia masih mempertahankan senyumnya.

otakku seakan konslet.

apakah aku harus diam saja atau membalas senyumnya?!

ya tuhan! aku perncah berkencan beberapa kali tapi masih saja bodoh menghadapi situasi seperti ini! oh, tidak. lelaki ini tipe idealku sekali.

badannya tinggi, sepertinya memiliki otot bisep yang kuat kalau dilihat dari kemeja yang ia pakai. senyumnya memiliki pesona tersendiri.

oh, tuhan. aku harus berterima kasih dengan atasanku dan kepada doyoung juga. aku bertemu kembali dengan lelaki ini. 

|| bersambung ||