Selepas Usai - Ranu28

76 10 6
                                    

Adsila Zara Danastri

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Adsila Zara Danastri. Wanita dengan surai sebahu yang mampu memikat laki-laki lewat atensi matanya. Salah satu mahluk semesta yang hingga umur tiga dekadenya masih selalu mempertanyakan untuk apa kata pasangan diciptakan.

Keraguannya akan rasa membuat setiap insan laki-laki menjadi gelisah. Mereka lebih memilih untuk mundur. Bukan karena tak suka, apalagi tak cinta. Hanya saja sepanjang umur wanita kelahiran Surabaya itu, ia berusaha menancapkan dinding kokoh bernama keraguan.

Terlepas dari itu semua, Zara hanya sosok biasa. Yang menciptakan kebahagiaan lewat manusia lain, tertawa becanda lewat sosok yang biasa ia sebut dengan nama kekasih. Tak jarang, sedih dan menangis, kala pasangannya memang tak sesuai dengan apa yang ia harap.

Galau dan sendu juga terkadang menjadi salah satu aktivitas yang Zara lalukan kala ia sendiri. Wanita itu benar-benar biasa. Dengan kecantikan rata-rata orang Indonesia. Hidung mancung, kulit putih, mata bulat, lengkap dengan dua gigi kelinci yang membuatnya terlihat menggemaskan saat tersenyum.

Seperti sosok di depan Zara yang kini tersenyum gemas sambil mencari celah untuk mencubit pipi wanita bermata coklat itu. Sesekali tangannya meraih jemari cantik milik Zara, mengusapnya lembut seraya menyalurkan aliran rasa yang sebenarnya hanya bisa dikirimkan lewat hati dan mata.

Tak ragu bahkan dikecupnya punggung tangan Zara sembari membiarkan kedua manik matanya bersua dengan wajah kecil yang selalu bisa menghentikan dunianya.

"Koko jangan liatin Za begitu," ujar Zara sambil menggembungkan pipinya. Masih saja seperti itu. Padahal umurnya sudah hampir kepala tiga, tapi sikap, jiwa, bahkan raganya membuatnya seolah sedang berada di usia belasan tahun. Membuat sosok yang disebut Koko itu kemudian terkekeh.

"Mau kan?" tanya laki-laki berdarah Indonesia Chinese, berasal dari Sunda, dan menetap di Korea Selatan. Matanya berubah menjadi teduh, membuat Zara tak kuasa untuk hanya sekadar menatapnya lebih dari lima detik. Zara mengigit bibir bawahnya. Keraguan itu mulai muncul kembali seiring dengan ingatan-ingatan kecil tentang masa lalu orang tuanya yang tak pernah bisa ia hapuskan.

"Everythings gonna be all right. Koko ga bisa janjiin apa-apa. Tapi satu yang bisa Koko janjiin, yaitu keyakinan Za. Saat Za yakin, Koko juga mau menjaga Za sampe akhirnya Za menyerah sendiri," ujar laki-laki berparas tampan itu.

Tak terasa air di sudut mata Zara ingin begitu saja melompat keluar. Sosok laki-laki di depannya seakan tahu bagaimana cara merobohkan dinding keraguan yang sudah berhasil Zara bangun dengan susah payah. Laki laki bernama Aziel telah berhasil menjawab semua pertanyaan Zara yang tak bisa Tuhan jawab secara langsung.

Kini luluh sudah semua pertahanan Zara untuk tidak menikah. Zara tak bisa menjauhkan atensinya terhadap satu objek dari Tuhan yang diciptakan sebagai pasangan untuknya.

"Ko malah nangis?" Aziel terkekeh. Entah tidak mengerti atau bahkan terlalu mengerti, bahwa wanita di depannya, tepat di detik itu telah mencoba menyerahkan segala hidupnya untuk Aziel. Dan dia paham berkat tatapan dalam milik manik Zara. Aziel mengulas sebuah senyuman.

"Besok kita pulang ke Indo ya?" ujar Aziel yang sontak membuat mata Zara membulat sempurna.

"Ngapain? Bahkan Za aja belum bilang mau," tegas Zara sambil terus menghapus air mata yang keluar dari sudut matanya. Dengan iseng, dia mengoleskan tangannya yang basah ke atas hoodie yang tengah dipakai Aziel. Laki-laki itu tertawa kecil.

"Semakin banyak air mata Za yang keluar, semakin Koko yakin, kalo Za mau terima Koko jadi penjaga hidup Za, ya kan?" Aziel mengangkat sebelah alisnya dan tersenyum meledek. Zara menutup kedua wajahnya malu. 

Tak pernah terpikirkan sebelumnya jika wanita itu akan dengan mudahnya menerima rasa dari seseorang yang menurutnya sangat biasa. Biasa membuatnya jatuh cinta maksudnya. 

"Tapi Za mau ke Namsan tower dulu, mau liat bunga," Zara menjauhkan kedua telapak tangannya dari wajah. Dan memasang wajah memelas, yang membuat Aziel bahkan tak mampu untuk menolaknya. 

"Ini bunga," Aziel menunjuk sekuntum bunga yang ada di dalam sebuah pot kecil yang tepat berada di atas meja. Zara hanya memutarkan bola matanya malas membuat tawa Aziel pecah kembali. 

"Iyaa.. iyaaa," Aziel mengacak rambut Zara lembut mengundang seulas senyuman di bibir merekah milik wanita berambut kemerah jambuan itu.



---ooOOo---

[1] Wi.Us 4 Seasons Writingfest: Spring BlossomsWhere stories live. Discover now