Bagian 1

28 3 0
                                    

Januari, 2018

Hujan deras mengguyur sore itu, Ara membungkus tubuhnya dengan selimut pink pastel lalu mulai menyalakan ponselnya. Membuka aplikasi Instagram dan melihat cerita dari orang-orang yang dia ikuti.

Bosan, Ara meletakkan ponselnya disamping bantal. Menatap langit-langit kamarnya yang berwarna putih. Ara sendirian, sang mama sedang pergi memenuhi undangan pernikahan temannya, dan belum pulang hingga sore ini. Sedang adiknya---Arsen sedang menghadiri pertemuan entah apa katanya, Ara lupa.

Ara menghela nafas, perutnya lapar. Namun gadis bernama lengkap Annara Safira itu terlalu malas untuk mengambil makanan ke dapur. Itupun kalau ada makanan, bisa saja nanti Ara harus memasak terlebih dahulu. Untuk memesan makanan pun rasanya Ara terlalu malas. Itu sama saja dia harus turun kebawah untuk menerima makanannya. Tingkat kemalasan Ara sudah memasuki kategori rata-rata.

Akhirnya Ara lebih memilih untuk menonton YouTube. Ternyata rasa malas Ara lebih mendominasi daripada rasa laparnya. Gadis berusia delapan belas tahun itu mengambil earphone nya yang kebetulan berada diatas nakas. Memasang di kedua telinganya kemudian ke ponselnya. Ara larut dalam kemalasannya.

Ara tidak tahan, ternyata video video yang dia tonton itu tak sanggup menahan rasa laparnya. Dia segera turun dari ranjang dan keluar dari kamar. Berjalan malas menuruni tangga, sebenarnya bukan malas, dia lemas karena terlalu lapar. Sesampainya di dapur, Ara membuka lemari penyimpanan makanan, tidak ada makanan yang siap untuk dimakan, kosong. Ara menghela nafas, dia beralih membuka kulkas, dan menemukan sepotong cake coklat. Ara berbinar.

Bodo amat punya siapa, yang penting kenyang. Batinnya

Selesai melahap sepotong kue yang entah punya siapa, Ara beralih mengambil gelas lalu menuang air dan meneguknya. Perutnya sudah sedikit kenyang, walaupun biasanya Ara selalu makan nasi dengan porsi yang dibilang wow, kali ini ternyata sepotong kue cukup menutupi rasa laparnya.

"Arsen lama banget sih" Ara membereskan meja makannya. Setelah itu kembali melangkah menuju ke kamar.

Sesampainya dikamar, Ara mengambil ponselnya dan segera mendial nama Arsen di list kontak WhatsApp untuk dia hubungi.

"Apasih?" Tampak suara ricuh diseberang sana, Ara mengernyit, dimana adiknya ini berada.

"Dimana lo?" Intimidasinya.

"Masih ditempat rapat nih, kenapa emang?"

"Kok rame gitu?" Meski Arsen tak melihat, Ara tetap saja memasang ekspresi mengintimidasi nya.

"Ya rame lah, kan banyak orang"

Ara memainkan kukunya. "Masih lama gak?"

"Kayaknya sepuluh menit lagi tutup, kenapa sih, Ra?"

"Gue laper, entar pulangnya nitip geprek dong, yang depan simpangan, sama martabaknya sekalian" Ara meneguk air liurnya. Tidak sabar ingin makan nasi dengan lauk favoritnya itu.

"Ada lagi?"

"Itu aja, deh"

"Oke"

Ara memutus telfonnya. Dia merebahkan diri dengan tangan yang direntangkan kemudian menepuk-nepuk kasurnya. Astaga, Ara lapar sekali.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 23, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

n a r a [ On hold ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang