Seorang gadis menatap nanar pria yang ada didepannya. Seolah mencari kebenaran dimata pria itu. Akan tetapi ketika melihat kejujuran dimata pria itu, hatinya meringis sakit.
"Jadi, kau memilihnya?" Ucapnya dengan suara lirih.
"Maafkan aku Mia." Pria itu menatap Mia dengan penuh penyesalan, "Mengertilah Mia, Aku terpaksa melakukan ini karena aku sudah berjanji padanya."
Hati Mia terasa semakin nyeri mendengarnya, Ia menutup rapat kedua matanya dan menghembuskan nafas lelah. Air mata pun tidak bisa dibendungnya. Pria itu pun langsung terlihat panik, dan menangkup wajah Mia dengan kedua tangannya.
"Tidak Mia, Aku mohon jangan keluarkan ini." Ucap pria itu sambil menghapus jejak air mata Mia. "Kau tau sendiri, aku tidak mampu melihat wanita yang aku cintai menangis."
Mia yang mendengar itu tersenyum getir. Dulu mungkin Mia akan merasakan perasaan hangat dihatinya. Namun sekarang perasaan itu berubah menjadi belati baginya.
Mia menepis pelan kedua tangan pria itu. Lalu menghapus air matanya dengan kasar. berharap air matanya tidak keluar lagi setelah itu, tapi nihil air matanya tetap meluncur dengan perlahan.
"Cukup Kio, aku sudah mengerti."
Mia menyentuh sisi wajah Kio dengan lembut, "Berbahagia lah dengannya, tak usah memikirkanku."
Sifat sabar Mia adalah salah satu sifat favorit Kio yang membuat Kio sangat mencintai wanita ini. Tapi, sisi ini pula yang membuat hatinya semakin merasa bersalah. Kio tidak ingin menyakiti Mia, akan tetapi keadaan sungguh tidak berpihak padanya.
Kio menarik Mia dalam pelukannya. Mia menangis kencang dalam pelukannya. Tak apa, biarkanlah mereka berdua menangisi perpisahan ini. Setelah ini mereka akan menjalani hidup dan meraih kebahagian masing-masing.
🍁🍁🍁🍁🍁
Sudah dua bulan kejadian perpisahan menyedihkan itu. Sudah dua bulan juga Mia masih belum bisa menghapus sosok Kio didalam hatinya. Ditambah lagi bulan lalu, Kio menikah dengan wanita pilihannya, cinta pertamanya, wanita yang menerima janji Kio saat Kio dan Mia belum bertemu.
Kio meninggalkan Mia demi janjinya, Mia tersenyum. Memikirkan betapa beruntungnya wanita itu memiliki pria seperti Kio. Dan wanita itu adalah Fanny, bukan Mia.
Seandainya saja aku bertemu dengannya terlebih dahulu.
Mia seketika menepuk pipinya dengan cepat. Ia harus berpikir jernih. Kio sudah beristri dan pasti Kio sendiri sudah tidak memikirkan Mia.
"Mia!"
Mia terpenjat ketika mendengar suara seorang wanita dengan lantang memanggilnya. Mia sudah menebak siapa wanita itu, tanpa harus melihatnya.Dengan bergetar Mia bangkit dari kursinya dan mengalihkan pandangnya ke arah wanita itu.
"Eh ibu Nally."
"Iya ini Saya! Kenapa?!Baru sadar dari mimpi siang bolongmu hah?!"
Ibu Nally menatap Mia dengan tajam, walaupun wanita itu telah berusia hampir kepala lima-namun tidak menutupi betapa energik dan galak dirinya.
Pikir Mia, mungkin inilah yang membuat Ibu Nally menetap diposisinya sebagai supervisor selama dua puluh tahun lebih. Tampang galaknya, tidak terlekang oleh waktu."Maaf bu, saya hanya sedang ada sedikit pikiran yang menganggu." Ucap Mia dengan senyum kikuk, mengaruk-garuk teguknya yg tidak gatal.
"Sebaiknya kau fokus mengerjakan laporannya! Atau aku yang akan membuat surat pemecatanmu!"
Ibu Nally pun melengang pergi. Disitu lah Mia-tidak hanya Mia para karyawan lainnya- menghela nafas lega atas kepergian wanita itu.
Mia pun duduk dan berusaha fokus mengerjakan pekerjaannya. Seorang Pria yang meja kerjanya disamping Mia pun menatapnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
RESTER (SHORT ROMANCE STORY)
Historia CortaSilahkan baca dulu, baru simpulkan :) Apa jadinya jika pacarmu meninggalkanmu dengan alasan ingin menikahi wanita lain?