~02

13 2 3
                                    

"Halo, Vey."

Vey. Panggilan untuk Vanilla dari orang-orang terdekatnya. Hanya ada beberapa yang memanggilnya seperti itu.

"Halo, ma."

"Pulang, sekarang. Tadi janji jam berapa pulangnya? Mau nunggu sampai ayah yang terlebih dahulu sampai rumah?"

"Oke, oke. Vey pulang-- tuuuutt" aku berdecak kesal, kebiasaan Mama kalau anaknya belum selesai bicara udah dimatiin.

Saat ini aku sedang bersama Xodhrun, menghabiskan waktu pulang sekolah ke kafetaria mang Doddy.

"Bos udah nungguin di rumah. Aku duluan, ada yang mau ikut?" Aku berdiri dan memakai tas ransel ku.

"Tolonglah, Vey. Rumah kita itu beda arah. Emang kau mau nganterin kita sampai rumah?" ucap Liza.

"Emang siapa yang mau nganterin? Kan aku tanya, ada yang mau ikut? Pengen gratisan aja kau woi." ucapku dan kami berempat mengeluarkan tawa membahana.

"Oke, gaada yang mau ikut. Aku duluan." ucapku di akhir. Kemudian berjalan keluar kafetaria.

Namun, saat aku sebentar lagi sampai di pintu kafetaria. Vanisha berteriak, "woi, Vey."

"Apa?"

"Makanan kau siapa yang mau bayar?" Dianna melanjutkan, dan membuat aku menepuk dahi.

"Lupa, hahahaha." aku kembali ke tempat semula, "Nih, bayarin ntar." Aku mengeluarkan uang berwarna hijau dua lembar.

Tiga orang dihadapanku bertatapan sambil menyipitkan mata, kemudian tertawa. Aku menaikkan sebelah alisku, meminta jawaban.

"Nggak, pulang deh kau. Ntar bos nyariin." Mayliza menjawab. Aku menyipitkan mata saat melihat dua orang lainnya masih tertawa. "Kalian kenapa sih?" Satu menit, dua menit, lima menit. Mereka masih tertawa.

"Goblok." Aku membalikkan badan dan berjalan ke arah pintu kafetaria.

Namun, tinggal beberapa langkah lagi aku sampai di pintu. Aku membalikkan badan dan kembali mengarah ke Xodhrun.

Aku tertawa, diikuti tiga orang Xodhrun.
"Hahahahaha, kenapa gak bilang dari tadi?" Tak ada yang menjawab, mereka masih tertawa. Menertawaiku.

Oke, saat ini meja kafetaria yang berada di depan pintu itu penuh. Dengan gerombolan hantu. H.A.N.T.U. Julukan yang Xodhrun khususkan untuk para cowok X-6.

H

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

H.A.N.T.U.

Tawaku terhenti, "terus aku pulang lewat mana?"tanyaku dengan polos kepada Xodhrun.

"Pintu belakang lah, kok rumit."

"Lagi? Oh, tolonglah. Di belakang itu ada rumah angker. Gak mu-- Drrt drttt"

"Pulang, sekarang. Ayah udah di rumah."

"Ya ampun, iya-iya ma-- tuuttuuut"

Aku berdecak kesal lagi, "yaudahlah. Bye."

Mereka tertawa melihat kepergianku. Hhfft. Untung teman

***

Deg. Deg. Deg.

Sumpah, ini jantung mau lepas dari tempatnya.

Oh, Gosh! Semoga aku cepat sampai.

Oke, sebentar lagi lewat.

Oke, sebentar lagi.

Bruuuukkkk!
Baammmm!

Deg.

Gila, itu suara apa?

Tanpa ancang-ancang. Aku lari sekuat tenaga. Dan, akhirnya.

Terima kasih, Tuhan.

Rumah Angker belakang sekolah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Rumah Angker belakang sekolah.

___________
Masih penulis Amatir
AmaLiiaah_

Out of ReachTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang