Tarik napas. Tenang. Hah. Akhirnya.
Akhirnya lepas dari rumah sialan itu!
"Tapi, tadi suara apa ya?'' batinku berteriak, sumpah penasaran. Tapi takut.
Tok tok tok
"Maa, Vey pulang. Bukain pintunya."
"Iya-iya, tunggu sebentar-- kenapa pulang?" Ucap Mama saat pintu terbuka.
"Kan rumah Vey di sini."
"Oh. Masih ingat punya rumah ternyata."
"..."
"Kenapa diam? Di mana motormu, Vey?" Tanya Mama.
Oh, Gosh! Mati aku. Motorku masih di sekolah.
"Em, di rumahnya Vanisha. Tadi mogok, terus Vey titipin disana." Oh Tuhan. Berpihaklah padaku.
Mama mengangguk, "yaudah. Masuk. Bersih-bersih. Ayah sama Mama mau pergi ke rumah teman ayah." Aku menghela nafas. Terima kasih Tuhan. Aku menyukai emosi Mamaku yang suka berubah-ubah.
***
"Vey, jaga rumah." teriak ayah dari ruang tamu."Iyaa"
"Jangan iya-iya aja. Ini pintunya di kunci dari dalam." Mama ikut berteriak.
"Iya, Ma. Sebentar. Vey masih di kamar mandi."
"Ayah sama Mama pergi dulu. Nanti angkat kain jemuran yang di belakang." Lanjut Mama.
"Iyaa."
***
Sudah hampir tiga jam aku duduk di depan tv. Hanya duduk, bukan nonton. Karena saat ini aku sedang buka aplikasi Instagram di smartphone ku.Aku bosan. Kulihat langit dari jendela rumah. Hari sudah semakin gelap.
"Ayah sama Mama pergi dulu. Nanti angkat kain jemuran yang di belakang."
Aku teringat akan ucapan mama, dengan malas aku bangkit dari sofa dan melangkahkan kaki ke arah halaman belakang rumah.
Namun saat di dapur aku mendengar beberapa orang--mungkin dari rumah di belakang bernyanyi lagu when you love someone yang diiringi petikan gitar.
I love you but it's not so easy
To make you here with me
I wanna touch and hold you forever
But you're still in my dream
And I can't stand to wait
Your love is coming to my life
But I still have a time to break a silence
Aku masih berjalan ke arah belakang rumah sekaligus ikut mengalunkan lagu ini--lagu favorit aku.
Kulangkahkan kakiku ke halaman belakang. Fokusku yang tadinya ke arah kain jemuran beralih ke beberapa orang yang membelakangiku yang sedang duduk di tembok pembatas rumahku dengan rumah belakang.
Deg.
Itu para hantu.
Kenapa ada disini?
Mati aku.
Dengan gerakan cepat kuangkat kain-kain yang ada di hadapanku. "Jangan lihat ke belakang, please." Batinku.
Jangan lihat aku.
Jangan lihat.
Jangan--
"Woi, La. Kau ngapain disitu?"
Aku tersentak dan seketika menghentikan gerakanku, "pake nanya. Ngangkat jemuran lah! Kau yang ngapain disitu?!" Aku kesal. Aku malu. Kenapa Robbie harus ngelihat aku.
"Etdah, buset. Ngegas. Itu rumah kau, La?"tanya Robbie.
Aku masih kesal dengannya, "menurutmu?"jawabku.
"Kau gak mau nyapa penghuni baru gitu?" Aku mengernyitkan dahi, "penghuni baru? Siapa?" tanyaku mengarah kepada mereka berlima.
"Wah. Parah kau, La. Di sekolah bar-bar, di rumah nolep kali. Sampai-sampai Bara pindah ke belakang rumahnya pun gak tau." Lanjut Andrea.
Apa?!
Bara pindah kemari?
Susah move on dong!
Ya ampun, Bara.
__________
Masih penulis amatir
AmaLiiaah_
KAMU SEDANG MEMBACA
Out of Reach
Teen FictionVanilla Auvra, gadis dengan segala keburukan. Mencintai seseorang selama tiga tahun tanpa balasan apapun. Sakit. Tapi seru. "Hati kalau dijual itu seharga 2,1 milyar. Sementara aku kasih itu semua ke kamu secara gratis. Plus perhatian dari aku, yang...