awal dari semua

20 6 3
                                    

'Kata siapa masa putih abu menyenangkan?. Coba sini, ku ceritakan masa putih abuku.'

-Pujamba Teduh Nara

Rabu 18 maret 2018

Tak ada yang menginginkan di posisi ini. Merasa kesepian karena sesuatu hal.
Sekarat dalam sebuah kebencian.

______

Hari ini hari pertama di tahun ajaran baru. Setelah semua murid-murid di Sma Cakrawala melewati ujian dan libur panjang.


Apakah kalian pernah merasa di posisi Teduh?, selalu merasa terhakimi atas kesalahan yang tak pernah ia perbuat. Merasa di pandang sebagai angin lewat kehadiranya?. Di tinggalkan seorang sahabat satu-satunya?.

Kini ia tinggalah Teduh, gadis muram dengan kesendirianya, dengan perasaan kacaunya. Dengan air matanya, dengan hati sendunya.

Teduh sama seperti mereka, yang akan tertawa bila ada hal lucu. Aka merasa senang bila ia mendapatkan sepatu baru. Akan tersipu sediri bila membaca novel. Berlari mengejar pintu gerbang yang hampir di tutup. Dan menyukai seseorang di hatinya.
Namun ia lupa, kapan terakhir kalinya ia tertawa lepas.

Teduh menatap jeluar jendela yang menghubungkan langsung dengan lapangan basket.

"Haiiii semua!!!!." Seorang gadis dengan rambut berwarna coklat karena hasil chat di gerai, memasuki kelas dengan wajah semangat.

Teman-teman perempuan menyambut antusias kedatangan si gadis bermulut cempreng itu.

"Cie....yang baru balik dari London." Celetuk Bella, teman sebangkunya.

"Iya lah, gue bawa oleh-oleh dong buat kalian semua." Mentari mengangkat satu kotak berisi coklat batangan untuk di bagikan kepada teman-teman kelasnya.

"Wahhhh itu kan coklat mahal Tar!." Pekik Febi, menatap kagum coklat yang tengah Mntari ambil, lalu ia bagikan kepada teman-teman kelasnya.

"Makasih Tar."

Setelah coklatnya sudah terbagi habis, Mentari berhenti di meja pojok kanan. Ia menatap Teduh yang tengah menyunggingkan senyumanya kepadanya. Mentari tersenyum mengejek.

"Upsss sori, coklat buat lo gak ada. Gue gak inget di kelas ini ada siswi macem lo." Sontak ucapan Mentari membuat seisi kelas tertawa.

Teduh diam, meremas rok bawahnya. Ia tetap memasang senyumanya ke arah sahabatnya, ah mantan lebih tepatnya.

Bukan 1tahun dua tahun mereka bersahabat, sudah sejak smp mereka bersahabat. Namun Mentari berubah membencinya, dulu saat kelas XI, Mentari kehilangan uang senilai 3juta untuk membayar tour. Uang itu di temukan di tas Teduh, sontak semua menyalahkan Teduh, menganggap gadis itu maling.

Demi tuhan. Teduh tak pernah melakukan hal dosa itu, sendari kecil ia telah didik oleh neneknya untuk tidak mencuri. Entah siapa yang dendam padanya sehingga menimbulkan ia di fitnah.

"Kalau lo mau, gue punya bekas coklat tuh. Udah gue gigit, lo mau bekasan gue kan?, lo belum pernah nyoba makan coklat mahal kan?, setara lo kan ORANG MISKIN." Mentari menunjuk Teduh dengan jari telunjuknya.

Tes.

Satu air mata berhasil lolos dari pelupuk matanya. Ia merasa terhina kembali.

Mentari, bayang-bayangan kebersamaan denganya dulu terus berputar di otaknya. Tawa mereka, terus terbayang. Ia tak akan menyangka dengan takdir Illahi.

Mentari, dan dirinya dulu sangat akrab, bahkan seperti seorang saudara, Teduh selalu ada untuk mentari. Mentari selalu ada untuk Teduh.

"Udah lah Tar!, ngapain lo ngomong sama bisu!. Gak bakal di tanggepin juga lo." Bela menyeletuk dengan keras.

Mentari menyibakan rambutnya, lalu berjalan meninggalkan bangku Teduh.

Tak apa, ia masih mempunyai Nenek dan Langit. Batinya

Kebahagiaan pasti akan ada setelah luka

#####


Jangan lupa Vote and Coment☺
Sebenarnya saya membuat cerita ini harus mendengar lagu yang benar-benar sedih.
Dan memilih tempat yang sangat sepi untuk mendapatkan ide cerita ini.

Pujamba Teduh Nara.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang