kerja

9 6 3
                                    

.

Seharusnya Langit yang menanyakan kabar kepada Teduh, apakah gadis itu sudah pulang dengan selamat?. Seharunya ia yang menanyakan kepada Teduh, apakah gadis itu sudah makan dengan benar?. Seharunya Langit yang mencemaskan Teduh.

Tapi biarlah begini alurnya.

"Uhuk. Uhuk."

Teduh, yang baru saja masuk ke dalam rumahnya mendengar suara batuk neneknya.

Teduh berlari kearah kamar nenek Ratih. Dan menemukan nenek Ratih yang terbaring lemas di atas tempat tidur.

"Nek, ya Allah. Nenek demam." Teduh menempelkan punggung tanganya di kening neneknya.

"Nenek sudah makan?."

Nenek Ratih, wanita paruh baya itu memandang sendu ke arah Teduh. "Sudah." Jawabnya sangat lirih.

Teduh menghela napasnya, lalu ia mepelaskan tasnya. Beranjak pergi untuk megambil baskom.

Sesampainya di dapur, Teduh menemukan baskom yang ia butuhkan. Matanya memandang tutup saji, ia merasa lapar. Neneknya saat sakit memasak apa tadi?.

Kosong.

Bohong Nenek sudah makan.

Segera ia melihat ke wadah tempat penyimpanan beras.

Kosong.

Teduh ingin sekali menjerit

Jadi ini yang membuat neneknya lemas dan jatuh sakit, dari kemarem malam neneknya belum makan. Sama seperti dirinya.

Mengambil kompresan ia segera masuk kedalam kamar neneknya. Lalu ia meletakan kain basah yang sudah ia peras ke atas kening nek Ratih.

"Nenek dirumah dulu yah. Teduh mau keluar sebentar."

Nek Ratih hanya mengangguk lemas.

Teduh mengganti pakainya dengan kaos panjang dan celana panjang. Ia harus mencari pekerjaan, untuk membeli beras dan lauk pauk, dan juga untuk membeli obat u tuk neneknya di warung.

Berhenti di sebuah toko. Teduh tersenyum, mungkin ia bisa mencari rezeki disini.

"Pak. Boleh saya bantu-bantu ngangkat galon-galonya?, saya lagi butuh pekerjaan untuk hari ini pak. ."

Pak tua dengan perut bunci menerawang penampilan Teduh yang sangat bocah.

"Maaf, sebaiknya kamu pulang saja. Saya tidak menerima tenaga bocah seperti kamu."

Teduh terus saja memohon. "Pak, nenek saya sakit. Saya dan nenek saya belum makan dari kemarin. Saya harus bekerja agar kami bisa makan."

Pak tua merasa iba mendengar cerita Teduh, menghela napasnya beliau bertanya
"Emang kamu kuat?."

Teduh mengangguk semangat. "Saya kuat pak! Tiap hari saya menimba air di sumur tetangga pak. Jadi pasti kuat kalau cuman ngangkat air segitu."

Pak tua itu mengangguk. "Ya sudah sana. Ada dua mobil galon. Kamu turuni lalu bawa masuk semua."

_____

Langit tak bisa beristirahat, ia memutuskan untuk pergi ke tempat Yoga. Sahabatnya.

Jalanan begitu macat, ibukota tak pernah luput dari kata 'macat' entah pagi siang sore atapun malam.

Kebetulan sekali rumah Yoga berada di daerah tempat tinggal Teduh.

Mata Langit menyipit saat melihat seseorang yang sangat ia kenali tengah mengangkat galon lalu ia masukan ke dalam toko.

Tanganya mengepal. Untuk apa gadis itu melakukan pekerjaan seberat itu?. Apa semiskin itu gadis itu?.

Langit terus dia menatap Teduh dari kejauhan dari dalam mobilnya.

Disana, Teduh merasa kelelahan. Sungguh, ia belum makan. Jadi ia merasa sangat lelah kini. Tapi yah-!

Tinggal 3 galon yang tersisa. Dengan kekuatanya kini, ke 3 galon itu sudah ia masukan kedam.

Teduh duduk, menyelonjorkan kakinya yang terasa pegal. Ia pun mengipasi wajahnya yang terasa panah. Keringat bercucuran dari ujung rambutnya.

"Cape."

"Wah sudah semua yah, ini gaji kamu." Pak tua mendatangi Teduh, dan menyerahkan uang 60ribu kearah Teduh. Yang disambut sangat senang oleh Teduh.

"Terimakasih pak. Saya pulang dulu, pasti nenek sudah menunggu saya."

Pak tua tersenyum. "Besok kalau butuh pekerjaan, datanglah kesini. Dan semoga nenek kamu cepat sembuh yah."

"Terimakasih pak atas tawaranya dan doanya. Saya pamit dulu Assalamualaikum."

"Waalaikumsallam."

______

"Maaf pak saya mau bertanya, untuk apa gadis itu bekerja disini?." Langit menatao datar pak tua yang mengernyit heran atas kedatangan Langit. Siapapun pasti akann memandang Langit aneh. Untuk apa sesorang bekerja?, tentu untuk mencari uang bukan?.

"Dia butuh makan. Katanya dari kemaren  dia belum makan.  Sama beli obat buat neneknya katanya, kenapa memang anak muda?." Tanya Pak tua.

Sial. Batinya. Ia merasa miris dengan kehidupan yang di jalani Teduh. Tadi di rumahnya, saat Teduh dengan lembutnya menanyai sudah makan atau belum, berarti gadis itu belum makan?. Tentu saja Langit sudah makan, ia makan bersama Siska.


Terimakasih. Jangan lupa vote dan komen.


Pujamba Teduh Nara.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang