“Aku akan sangat, sangat merindukanmu,” ujar sang pemuda bersurai cokelat itu. Bibirnya mencebik, sedang tangannya bertaut pada lengan pemuda yang lebih jangkung.
Sedang yang dirangkul hanya terkekeh pelan, lantas mengusak rambut kekasihnya itu. “Aku juga, sayang. Aku juga.”
“Jangan nakal selama aku tinggal, oke?!” Ujarnya mewanti-wanti. Manik jenaka itu menatap sang kekasih dengan tajam. Ia mengacungkan telunjuknya tepat ke depan wajah Wong Yukhei—sang lawan bicara.
“Hei, harusnya aku yang mengatakan itu, Kim Jungwoo. Kau itu begitu populer bukan?” Yukhei membalas perkataan itu dengan geli. “Jangan nakal di sana. Oke?”
Jungwoo tertawa, menujukkan gigi-giginya yang rapi, yang entah mengapa bagai memperindah dirinya sendiri malam ini. Ia kemudian menjulurkan lidahnya, meledek sang kekasih. “Iya, iya. Lalu benar rencanamu itu kau akan—”
Ting tong.
“Korean air flight 233 dengan tujuan Hongkong telah mulai boarding di gate 4. Korean air flight 233 for Hongkong has begun boarding at gate 4.”
“Sayang, itu keberangkatanmu, kan?” Yukhei menatap sekeliling. “Sepertinya benar.”
Jungwoo lalu dengan sigap merapikan barang-barangnya. Ia tidak ingin terlambat. Tiket pesawat ke Hongkong ini ia dapat dengan cuma-cuma dari seorang teman, tidak boleh sampai terbuang bukan? Setelah siap, ia pun mencuri sebuah kecupan pada pipi kekasih jangkungnya itu.
Ia tersenyum. “Jaga dirimu baik-baik, Wong Yukhei,” bisiknya pelan.
Yukhei mengerjapkan matanya pelan, sedikit terkejut dengan tindakan Jungwoo yang tiba-tiba. Namun, ia cepat tersadar kembali, dan mencium kening sang kekasih.
“Jaga dirimu baik-baik, sayang.”
***
“Aaahh,” desah pemuda mungil itu keras. Jemarinya meremat surai yang lebih tinggi dengan keras, membuat pemuda itu meringis.
“Sssh ... sayang, kau begitu sempit,” geramnya. Ia membenamkan wajahnya pada leher pemuda manis di bawah kukungannya itu, menghirup wangi tubuh khas yang bagai candu.
“P-pelan-pelan Yu—Yukhe—aaaahh! Ahh!” Tubuhnya terhentak-hentak menahan penis milik Yukhei—pemuda yang kini sedang mengagahinya—yang membobol masuk dengan brutal.
Yukhei tidak peduli. Ia terus menggarap tubuh mungil nan indah itu. Tubuh yang begitu mulus tanpa cela, tubuh yang kerap kali membuat Yukhei melupakan segalanya.
Yukhei mengigit bahu pemuda manis itu dengan ganas, melampiaskan waktu tiga minggu yang ia lewatkan tanpa kehangatan tubuh pemuda manis ini. Melampiaskan nafsu yang menggebu.
Oh? Apakah Jungwoo sudah kembali dari Hongkong?
Tidak.
Pemuda itu baru saja berangkat, kok.
Lantas ...?
Siapa yang saat ini sedang disetubuhi dengan brutal di atas ranjang apartemen milik Yukhei?
Kemeja siapa yang berserakan di lantai apartemen itu? Desahan siapa yang terus-menerus keluar dengan merdu bagai sebuah simfoni itu?
“Huang Renjun, kau,” Yukhei terus menggerakkan pinggulnya. Jarinya ikut bermain, mengusap pinggang milik Huang Renjun dengan seduktif. Usapan dan elusan itu perlahan naik, menuju kedua puting berwarna merah muda yang mencuat dengan nakal, mengundang erangan nikmat dari Renjun. “Jalang. Kau jalangku, iya kan?” Yukhei tersenyum tipis.
KAMU SEDANG MEMBACA
Candles & Roses [Lucas x Renjun] 🔞
Fanfickumpulan oneshoot atau twoshoot Lucas x Renjun. warn! every chapter may contain sexual content. be wise.