Chapter 11 : Ada Senyuman Indah di Rawa Pening

1.5K 87 44
                                    

Jika harum aroma kopi yang kamu suguhkan untukku di sore itu dapat meluluhkan hatiku
Maka tidak ada salahnya jika senyum indahmu itu juga akhirnya merantai hatiku
Dirimu bagaikan selembar kertas putih yang masih halus dan rupawan
Pesonamu benar-benar memendarkan sejuta keindahan saat aku tertegun sendirian di ujung hatimu
Aku yang merana, pernah terluka dan hampa sangat mengagumi apa yang saat ini aku pandang
Ingin rasanya menggoreskan tintaku di sana
Secepatnya....
Namun apakah semua dapat disegerakan atau tidak adalah suatu keadaan yang dimungkinkan
Dari sudut hatiku yang sepi ini
Ingin rasanya aku menuliskan apa yang aku rasa dan menceritakan kisahku pada malam yang selalu datang bertamu ke beranda hatiku
Hingga akhirnya sang bayu pun ikut menikmati alur kisah yang tersaji
Rangkaian titik serta koma serta berjuta tanda baca sepertinya akan membuat lembaran kisahku semakin indah berpadu dengan putihnya lembaranmu
Hanya saja apakah sang rupawan seperti dirimu sudi untuk mendengarkan kisahku?
Apalagi sampai ada tinta yang tergurat di indahnya lembaran hatimu itu
Terus terang aku tidak tahu
Hanya berharap saja jika keniscayaan itu hadir dan disegerakan
Semoga....!!!!

Rawa Pening Semarang, tepat di tepian danaunya
06.11 WIB

~Jeff~

Jeff tampak menikmati hembusan angin pagi yang sangat sejuk sekali tepat di tepian Danau Rawa Pening sambil menikmati jernihnya air danau. Dari kejauhan tampak siluet gunung Merbabu yang berdiri dengan gagahnya. Indah dan gagah.

Rawa Pening (bening) adalah danau alam di Kabupaten Semarang, Jawa Tengah dengan luas 2.670 hektare. Danau Rawa Pening terletak di cekungan terendah dari lereng Gunung Merbabu dan Gunung Ungaran. Danau ini menjadi hulu bagi Sungai Tuntang. Sebuah danau yang menjadi pusat ekonomi bagi masyarakat di sekitarnya.

Sudah hampir lima belas menit Jeff mencumbui dirinya dengan kesunyian yang ada yang justru membuat hatinya terasa damai. Suasana alam yang sejuk dan jauh dari keramaian seperti memberikan nuansa tersendiri bagi lelaki gagah berambut klimis itu. Suasana yang tidak akan ia dapatkan di Jakarta.

Aku Kamu dan Secangkir JanjiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang