12. Sang Pangeran

8.2K 1.8K 267
                                    

Hai Gaeys, sikon Indonesia terkaid covid-19 mulai mengkhawatirkan, patuhi arahan pemerintah terkait social distancing ya. Perbanyak konsumsi makanan sehat dan jaga asupan suplemen yang diperlukan tubuh.

Kebetulan karena Equinox dibeberapa daerah panasnya diatas normal, di daerah lainnya justru hutan terus-terusan jadi ada potensi penyakit dari nyamuk juga kan.

Buat pasutri selain stok pangan, hand sanitizer, masker dan obat-obatan jangan lupa stok pengaman 🤣🤣🤣 soalnya kan beberapa dari kita yang cuma ketemu pasangan kala malam tetiba efek work from home jadi bisa tiga kali sehari semalam 🙊🙊🙊 ingaaat anjuran pemerintah ya ... Social distancing, jangan main mata, kepancing trus jadi bunting 😸😸😸

Gema suara mikrofon yang tersambung dari ruang casting memecah kedekatan kami.

Aku dan Rensa refleks menoleh ke asal suara, kaca lebar di sisi belakang ruang kerja adalah kaca yang biasa dipakainya untuk melihat proses casting calon bintang.

Dari sana Tante Puspa bisa melihat talenta baru unjuk kebolehan tanpa sepengetahuan orang lain karena yang terlihat dari ruang casting bukanlah sisi dalam ruangan kerja milik direktur PH melainkan dinding kaca lebar.

Remaja yang tadi berpapasan denganku di koridor masuk ke dalam ruangan. Berdiri di tengah-tengah ruangan seperti pusat tata surya yang berkilauan dia terlihat sangat menarik perhatian.

"Silahkan perkenalkan diri." Sang Penguji yang juga seorang aktor kawakan, Hendrik Yusuf, berkata datar.

Si remaja tersenyum tenang saat menyebutkan namanya, "Nama saya Tito Hardian. Saya siswa tahun terakhir senior high school dari Sekolah Indonesia Kuala Lumpur."

"Sudah pernah ikut casting sebelum ini?" kembali Hendrik Yusuf bertanya.

"Ini yang pertama," sahutnya tenang.

"Oke, kamu sudah membaca transkrip?"

Si remaja mengangguk.

"Sekarang coba kamu akting sebagai Azaro yang sedang marah pada Sifta."

Azaro dan Sifta yang aku tahu adalah dua tokoh utama di novel Pangeran Bunian yang berhasil jadi best seller dua tahun lalu.

Novel yang oleh Tagaraya-rumah produksi milik tante Puspa- akan diadaptasi ke layar lebar.

"Anggap saja saya sebagai lawan mainmu." Om Hendrik kembali bicara.

Sesaat aku bisa melihat remaja itu menarik nafas dalam seraya mengamati tiga juri di depannya. tiba-tiba dia melangkah mendekat dengan langkah setenang harimau mengincar mangsa.

Di depan meja Om Hendrik dia menaruh kedua telapak tangannya di tepi meja. Dengan tubuh condong yang bertumpu pada meja ditatapnya Om Hendrik dengan ekspresi asing yang berbeda dengan sikap tenang dan simpatiknya di awal perkenalan tadi.

"Kenapa harus bohong, Sifta?" tanyanya dingin. "Apa supaya aku nggak tersakiti!?" intonasinya keluar secara natural, teratur dan terlihat sangat wajar hingga aku merasa merinding melihat aktingnya.

"Kamu pikir aku bisa kasih kamu maaf!? Kamu pikir aku nggak akan benci kamu karena udah melakukan ini?" Sampai di situ dia menatap penuh kepahitan pada tim juri yang menatapnya sama terpesonanya seperti aku juga Rensa

"Aku benci dibodohi seperti ini!" Suaranya terdengar datar tapi wajahnya menyiratkan kepedihan teramat sangat. Raut wajah itu berubah menjadi sendu, ditundukkannya kepalanya dalam-dalam.

"Aku benci cara yang kamu lakukan," ulangnya lebih menyerupai bisikan, tiba-tiba kepalanya terangka, kali ini yang muncul di wajah tampan itu adalah ekspresi murka.

Putri Sang PunyimbangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang