8. (1) Surat Bunda

8K 1.7K 250
                                    

Mana sih yang kangen sama pasangan satu ini!?
Kayaknya nggak banyak ya 🤔🤔🤔

Btw Rensa dan Arista adalah couple pertama yang aku buat dalam bentuk novel setelah punya laptop sendiri. Itu sekitar tahun 2007 (udah tua banget ya)

Terus awalnya tokoh yang mau aku jodohin sama Arista itu Aziz 😅😅 ( dilempar Reira pake kain pel) tapi kemudian aku mandeg bingung mau nulis apa lagi buat konfliknya.

So setelah itu aku hapus lagi itu cerita, dan aku buat satu karakter baru yang dark banget emosinya dan dia adalah ... Babang tamvan (ditampol pake panci somay) 😁

Sore itu cuaca terasa hangat dan nyaman, setelah mandi, hanya dengan handuk kimono aku duduk di tepi jendela kamar seraya menatap jajaran pepohonan berdaun rindang mendominasi halaman belakang.

Bungur, bugenvil, pinus dan cemara berpadu serasi dengan semak bunga mawar jingga dan spathiphyllum di tepi kolam ikan yang dibentuk menyerupai telaga lengkap dengan miniatur air terjun kecil ditengahnya. Sungguh pemandangan yang indah, tapi memiliki kesan suram di mataku.

Semua benda yang ada di rumah ini adalah benda yang dipilih bunda untuk melengkapi surga impiannya. Rumah yang nyaman untuk membesarkan anak-anak.

‘Setiap benda memiliki jiwa.’ Dulu Bunda pernah berkata saat aku memprotesnya yang terlalu selektif dalam memilih dan melengkapi furnitur hingga seringkali aku harus menemaninya melancong dari Bali hingga ke Jepara hanya untuk mencari meja ruang tamu yang beliau inginkan.

Dulu aku hanya menertawakannya, tapi hari ini aku baru menyadari semua yang beliau katakan benar.

Bahkan Rensa, lewat intuisinya, telah lebih dulu menyadari kalau rumah ini adalah jiwa bunda dalam wujud yang berbeda.

Aku iri dengan sisi sensitif pikiran Rensa sekaligus merasa bodoh karena tidak pernah benar-benar memahami kedua orang tuaku sendiri.

Benakku tak bisa berhenti memikirkan alasan apa yang membuat bunda memaksa ayah untuk menikah lagi?

Bahkan jika keturunan laki-laki adalah alasannya, itu tidak sepenuhnya dapat dibenarkan.

Ayah bukan ahli waris punyimbang pertama yang tidak memiliki keturunan laki-laki.

Ada beberapa keluarga bangsawan lain yang memiliki masalah sama, hanya saja kebanyakan lebih memilih untuk mengadopsi anak dari saudara laki-laki atau menikahkan anak perempuan mereka dengan kerabat terdekat, itu bahkan sudah ditempuh oleh mendiang kajong dalom dengan mengikat pertunanganku dengan putera kerabatnya.

Lalu mengapa harus dengan Syarifa Alzier gadis yang baru beranjak dewasa. Dan mengapa setelah berhasil memiliki pewaris laki-laki bunda justru menyembunyikannya!?

Perlahan aku berbalik membelakangi jendela menatap seisi ruangan kamar dan mataku tertuju pada benda di atas nakas sebelah tempat tidur.

Perlahan aku meraih kotak ukiran di atas nakas yang kujadikan sebagai tempat penyimpanan benda-benda memorable untukku.

Pada bagian teratas sebuah bingkai perak mengabadikan ekspresi bahagia milikku, ayah dan bunda yang tengah tersenyum ceria membelakangi cahaya merah sunset di Sanur.

Ada diriku saat baru berumur tujuh tahun bersama ayah dan bunda, kami tersenyum bahagia di bawah cahaya matahari senja pantai Sanur, Bali. Saat itu bunda belum tahu kalau dia menderita tumor ganas yang berkembang menjadi kanker setelah bertahun-tahun kemudian.

Tidak ada Syarifa Alzier dalam rumah tangga mereka, dan saat itu Syarifa yang masih remaja mungkin baru mengenal cinta pertama dan diam-diam memimpikan pemuda sebaya yang sering mencuri pandang padanya.

Putri Sang PunyimbangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang