Segenggam Tekad

8 1 0
                                    

Hari ini semesta begitu gembira. Angin pun tampak tenang berlayar ditengah cuaca yang riang. Pagi ini sangat indah, bahkan semesta bergerak tak sesuai dengan nada hatiku. Cuaca indah ini tak selaras dengan keadaan ku, hatiku layu. Sungguh, suasana ini seperti mengejekku sekarang. Kemana akan kau antar nantinya wahai semesta. Aku hanya gadis kecil yang tak menginginkan alur rumit ini. Mengapa begitu sulit.

• • •


6 Juli 2013, hari tes masuk sekolah itu. Berat memang untuk menerimanya, masih ada yang mengganjal dan ingin rasanya memberontak. Tapi sudahlah, aku terlanjur berjanji pada Diandra. Berjanji untuk jadi yang terbaik, heh..aku bahkan tak yakin apakah sanggup untuk mewujudkannya. Bahkan dengan setengah hati begini, untuk lulus tes saja rasanya tidak mungkin. Apa yang diharapkan dariku.

"Seorang Amira itu pasti lulus"

Sial, bahkan sekarang ucapan mama terngiang ditelingaku. Ucapan yang dibarengi dengan senyuman itu begitu mengganggu fikiran. Kenapa semua harus digantungkan padaku. Ooh semesta, apakah ada yang salah pada diriku. Kenapa aku terus saja mengeluh. Aku bahkan tak tau jalan mana yang harus kutempuh.
Sudahlah, aku mohon hentikan keadaan ini sebentar. Aku bosan dengan suasana hati yang seperti ini.

Semesta tolong dengarkan. Buatlah waktu ini sedikit lebih lama, agar aku bisa berfikir dan mencoba untuk menerimanya. Agar aku belajar untuk rela dengan keputusan yang dibuat untukku. Buat diriku paham dengan situasinya. Buat diriku jera untuk tidak mengedepankan keegoan. Agar nanti tak ada yang kusesali. Agar nanti tak ada seseorang yang kan kubuat menangis. Agar nanti aku bisa bertemu dengan bahagia. Hingga nanti aku bisa membuat orang lain ikut bahagia.

Tak terkecuali kau semesta, akan kubuat orang-orang percaya jika kekuatan itu nyata. Menjadikan setiap incinya tampak memikat bagi yang melihatnya. Memberi pengaruh, hingga tercipta semangat baru untuk terus melanjutkan. Terus melaju, terus, dan terus. Sampai tak ada kebimbangan yang membuat lemah. Sampai tak ada putus asa yang menjadi muara akhir pilihan. Sampai tak ada kata menyerah yang menghantui kehidupan.

Andai saja bisa.

Jika semesta mendengar apa yang aku minta, tolong mudahkan. Karena nanti disana tak sesederhana yang terucap, dan tidak pula rumit seperti yang terbayang. Mudahkanlah, tolong mudahkan. Aku hanya berharap tak akan ada lagi kebimbangan yang membuat buram seluruh tekad. Aku hanya bisa berharap, dan selalu berharap.

Bintang,
Bersinarlah

Wahai, Tunggu Aku DisanaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang