"Kepada adik-adik yang akan mengikuti ujian, silakan memasuki ruangan yang sudah ditentukan", seru seorang guru.
Ya, aku akan tes hari ini. Aku mulai berdamai dengan hatiku, aku berjanji akan melakukan yang terbaik.
Tapi ada yang begitu mengganggu saat ini, ku segerakan pergi menjauh setelah melihat dimana ruang ujianku.Begitu berisik, aku benci kebisingan. Aku tidak suka keramaian yang tidak selaras denganku. Entahlah, aku juga tidak tau kenapa seperti itu. Kalian bisa menganggapku apa saja, terserah.
Waktu ujian masih tiga puluh menit lagi, lebih baik kumanfaatkan untuk menjelajah lebih banyak ruangan disana. Sejauh ini terlihat baik, sangat bersih. Setiap ruangan memiliki atmosfer yang berbeda. Aku mulai berfikir bahwa semua siswi disini sangat kreatif.Oh ya aku lupa memberitahu kalian, bahwa disini hanya ada siswi. Ya, hanya perempuan. Awalnya aku sedikit kecewa karena tidak ada laki-laki yang akan menantangku lagi. Tidak ada laki-laki yang akan kubuat sebal dan marah padaku. Pasti kedepannya akan terasa hambar dan sangat membosankan bukan. Spesies seperti mereka tak akan kutemukan disini. Apakah aku aneh? Tidak, aku hanya tidak terbiasa dengan sifat perempuan. Aku tidak terbiasa berkonflik dengan mereka, dan itu selalu memuakkan.
Tiga puluh menit sudah, waktunya memasuki ruangan. Aku tidak gugup sama sekali untuk ujian, silakan saja jika kalian mengira aku sombong. Tapi bukan itu, aku hanya merasa masih ada yang mengganjal, kepalaku berputar-putar. Tidak tau apa itu. Yang jelas aku harus menyelesaikannya secepat mungkin dan kembali kerumah. Aku perlu menenangkan kembali hati dan fikiranku. Memang, aku sudah mulai menerima semuanya. Hanya saja kalian bisa bayangkan, bagaimana mungkin untuk langsung.. Sudahlah, aku lelah mengulangnya. Aku tidak mau lagi membesar-besarkan sesuatu yang memperumit fikiran. Cukup disini saja.
Aku ingin bercerita, apakah Diandra mau untuk kuganggu sekarang. Apakah dia sudah baik-baik saja? Apakah dia sudah berdamai dengan masalahnya? Tidak ada yang tau, kucoba saja untuk menelponnya.
Berdering..
Masuk, semoga saja diangkatnya."Halo ke?", suara disana menyahut.
"Halo ndra, gimana kabarmu. Kasih ocehan mu dong biar semangat", sahutku membalas.
"Haha, gimana ujianmu? Sukses ga? Hasilnya kapan keluar?"
"Bisa dibilang sukses ga ya itu haha, aku juga gatau kapan keluar hasilnya ndra. Kita tunggu aja ya", jawabku pasrah.
"Terkadang kita memang harus melangkah di jalan yang penuh batu, lumpur, dan semak-semak belukar yang membuat jenuh. Tapi asal kita tau, setelah perjalanan yang memuakkan itu tersimpan sesuatu untuk kita. Sesuatu yang akan mengubah persepsi kita tentangnya. Sesuatu yang membuat bahagia, sesuatu yang membuat kita terpana karenanya. Hingga kita berterimakasih karena sudah diberi jalan yang seperti itu. Ke, semua butuh proses. Kamu ga akan bersalah kalau belum rela menerima semuanya. Perlahan, setiap orang punya caranya untuk mendewasakan diri. Begitu juga kamu, aku yakin kamu tau yang terbaik untukmu. Aku yakin kamu akan bisa mengatasinya. Kamu itu punya tekad yang kuat ke, aku tau itu. Melangkahlah tanpa gentar. Kamu itu kuat, Keke yang aku kenal itu ga kenal ampun untuk raih impiannya. Yang semangat, ga lupa sama janji kamu ke aku kan.. Haha...."
Diandra masih melanjutkan kata-katanya. Itulah dia, selalu saja bisa membuatku tergerak. Kata-katanya memang selalu bersinar, aku bangga memiliki sahabat sepertinya. Andai saja dia bisa melanjutkan sekolah, aku mungkin punya semangat yang membara untuk terus berlomba dengannya. Itulah semesta, selalu punya cara menarik untuk membuka setiap alur kehidupan. Aku penasaran teka teki seperti apa yang masih disimpan untukku.
Segeralah, aku tak sabar untuk larut di dalamnya.Bersinarlah,
Seterang-terangnya
KAMU SEDANG MEMBACA
Wahai, Tunggu Aku Disana
Fiksi RemajaSang mentari tampak lelah memamerkan pesona jingganya. Menarik garis redar dan kemudian beralih rotasi ke ufuk barat. Penantian sang raja gelap yang bersiap mengambil alih posisi kendali alam, menyibak nuansa baru di cakrawala. Alam yang mengalah s...