PROLOG

48K 2.8K 73
                                    

Balroom hotel bintang 5 itu, sudah disulap bak istana megah. Bunga-bunga tulip yang asli didatangkan dari negeri Belanda tampak cantik menghiasi tiap sudut ruangan. Karpet merah terbentang dan memanjang di setiap lantai. Lampu-lampu hias yang sangat indah, juga sudah berkelap-kelip. Siapapun pasti akan memimpikan pernikahan megah ini. Setiap orang yang hadir, akan bermimpi mendapatkan pernikahan indah ini. 

Tapi semuanya sudah maklum, karena yang menikah adalah anak dari pemilik hotel ini. Dia adalah ARGANI PUTRA SERKAN. Salah satu putra kembar dari pasangan Serkan dan Jenny, yang menikah hari ini. Sementara, saudara kebarnya, ARGANA PUTRA SERKAN sudah menikah terlebih dahulu 1 tahun yang lalu. Semua tamu undangan sudah menunggu. Tepat pukul 10 pagi ini, akan berlangsung akad nikah dan disambung dengan resepsi. Semua bangku tamu yang berlapiskan beludru sudah penuh. Kaum-kaum sosialita, tampak cantik dengan gaun-gaun yang tentu tidak murah. Para ibu-ibu yang bersanggul sudah memainkan kipasnya. Meski udara sejuk karena AC, kipas tetap menjadi bintang utama. Hanya sekedar untuk sarana basa basi memamerkan berlian-berlian yang melingkar di tangan. Para bapak-bapak berjas mahal juga sudah duduk di bangkunya masing-masing. Mengobrolkan cuaca sampai bisnis mereka.  Mereka tidak pernah tahu, ada keributan di belakang kemewahan itu. Tepatnya, ada di dalam salah satu kamar hotel, tempat mempelai pria sedang merias diri.

"Maksudnya apa?"

 Gani baru saja selesai memakai basofinya. Dia tampak gagah dengan basofi warna putih itu. Gana yang selalu menemaninya juga ikut duduk di sebelahnya. Suasana sangat panas, meski di dalamnya AC sudah disetel sampai batas maximum. 

"Papa hanya mau bicara sama kamu. Kalau kamu berjanji akan menjadi pria sejati. Bukan sebagai pecundang."

Gani makin tak mengerti dengan ucapan sang papa. Pria yang selama ini sudah menjadi panutannya. Pria yang berperan sebagai bapak, teman sekaligus sahabat untuknya. Bahkan, saat dia tidak mau meneruskan tampuk kepemimpinan bisnis keluarganya, sang papa hanya tersenyum dan menuruti semua keinginannya. Jadi, saat ini mana bisa dia tidak menuruti lagi?

"Apa sih pa? Jangan main teka-teki."

Itu suara kembarannya, Gana. Gani sendiri lebih banyak diam. Dia tahu, ada yang tidak beres.

Sang papa kini menghela nafas "Gani, papa sangat berterimakasih karena selama ini kamu sudah sangat patuh sama papa. Dijodohin kamu juga iya saja. Bahkan kamu tampak nyaman dengan Kirana. Papa sudah sangat senang, tapi..."

Sang papa kini tampak sangat berat ingin menyampaikan sesuatu. Lalu tatapannya menjadi semakin  sendu.

"Keturunan orang baik, dan juga calon istrimu juga orang cerdas juga. Muslimah yang baik juga. Hanya saja..."

Kembali suara papanya menghilang. Gani hampir tak sabar ingin mendengar semuanya. Rambutnya mulai basah, entah keringat dingin atau apapun itu yang kini menguasai dirinya. Tapi dia juga tegang menanti ucapan sang papa.

"Pah. Gana mules loh ini. Jangan buat Gani jantungan deh pa."

Saudara kembarnya yang menimpali. Gani hanya diam saja.

"Kirana tidak mau menikah dengan kamu Gani. Dia semalam, terbang ke London. Pergi dari Indonesia tanpa memberitahu mama dan papanya."

Gani langsung menunduk dan memejamkan matanya. Dia sudah mempunyai firasat itu. Sosok Kirana. Dokter muda yang cantik dan cerdas itu, sejak semula memang terlalu baik dan ramah kepadanya. Saat mereka berkenalan, semuanya begitu lancar. 3 bulan taarufan juga Kirana seperti wanita yang tidak pernah menunjukkan gelagat kalau dia menolak perjodohan ini. Kirana sangat sempurna, tapi Gani tahu ada yang salah.

"Astaghfirullah. Jadi lo ditinggal lari nih Gan?"
 Ucapan Gana hanya membuat Gani makin muram. Dia merasa dibuang dan dijebak oleh Kirana. Wanita itu memang  ingin mempermalukannya. Di sini, 20 menit sebelum akad nikah. 

"Gani... papa minta maaf. Ini kesalahan papa. "

Sang papa kini menepuk bahunya. Lalu Gani menatap papanya dan hanya menggelengkan kepala. Dia sudah membuka peci putih yang dikenakannya dan mengacak rambutnya yang sudah basah oleh keringat itu. 

"Gak apa-apa pa. Toh malah kebetulan. Kirana memang tidak menyukai Gani."

Jawabannya membuat sang papa menggelengkan kepala.

"Soni, sudah meminta maaf sama papa. Dia dan Reni, istrinya tidak enak sama papa dan mama dengan kelakukan putrinya itu. Pernikahan ini tetap akan berjalan Gani."

Ucapan itu membuat mata Gani membelalak. Tapi Gana yang terkenal lebih cerewet kini mengambil alih.

"Maksud papa apa? Masa Gani tetep nikahin Kirana yang udah lari itu? Aku gak sudi pa. Ini saudara aku. Gak rela aku."

Papa Serkan kini menggelengkan kepala dan menatap Gana.

"Gani tetap akan menikah, tapi bukan dengan Kirana."

Dan  semua itu berawal dari sini.

BERSAMBUNG

THE BITTER SWEET ICETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang