"Fa, kamu kenapa? Pucet gitu."
Shifa langsung mendongak dari layar komputer di depannya. Pertanyaan itu membuat dia tersenyum, saat mendapati pria yang kini menatapnya khawatir."Owh Gas, enggak. Cuma kurang tidur aja."
Bagas, teman satu kerjaan dengannya itu malah kini menatapnya makin dalam. Shifa memang bekerja menjadi tenaga administrasi, di sebuah percetakan. Bagas adalah salah satu rekan kerjanya.
"Kamu beneran gak apa-apa?"
Pertanyaan itu kembali membuat Shifa menggelengkan kepala. Dia tidak mau teman-temannya mengetahui keadaannya yang sebenarnya. Bahkan, pernikahannya kemarin saja, teman di sini tidak ada yang tahu. Kejadian itu memang terlalu mendadak. Lagipula Shifa juga tidak mau kenyataan dirinya menikah hanya sebagai pengganti diketahui teman-temannya.
"Kamu dua hari yang lalu kemana? Gak cuti sakit kan?"
Bagas memang tidak bisa diabaikan. Pria itu yang selama ini dekat dengannya, pria yang memang mengerti dengan keadaan dirinya.
"Ehmm cuti aja. Kan aku belum ambil cuti selama 1 bulan. Hehehe.. mau istirahat gitu."
Jawaban Shifa, lagi-lagi membuat Bagas tidak puas.
"Kamu gak bisa bohongin aku loh Fa."Ucapan Bagas membuat Shifa kembali tersenyum.
"Iya Gas. Gak bohong kok."
Shifa mencoba untuk tersenyum lagi. Lalu Bagas menganggukkan kepala."Ok deh. Jaga kondisi ya? Jangan lupa makan."
Shifa mengacungkan kedua jempolnya. Mencoba untuk menenangkan Bagas.
Saat Bagas berlalu, dia menghela nafas dan memijat pelipisnya. Percakapan semalam dengan Gani, suaminya membuat dia pusing. Bukan dia yang ingin disalahkan seperti ini. Tapi toh dia tidak bisa apa-apa. Dia berhutang budi dengan keluarga Soni, dan itu tidak bisa dia hindari.
Tadi pagi, Gani juga tidak menyentuh masakan yang memang di masak untuk sarapan pagi. Pria itu berlalu begitu saja. Tidak mau berbicara dengannya.
Shifa kembali mengerjapkan matanya. Mencoba untuk fokus dengan pekerjaannya.
****
"Tante sangat berterimakasih, kamu mau menggantikan Kirana."Sore ini, meski badan Shifa terasa tidak enak dia tetap menuruti perintah mamanya Kirana untuk ke rumahnya. Ternyata Tante Widya memberikannya beberapa uang karena dia sudah mau menikah dengan Gani.
"Tante, tapi Shifa tidak mau menerima uang ini."
Shifa meletakkan amplop tebal itu kembali ke atas meja. Dia tidak ingin disebut orang bayaran. Melihat raut wajah Gani yang kecewa saja dia sudah sedih.
"Bukan bayaran. Tante sangat senang kamu mau menghilangkan rasa malu tante dan om di depan keluarganya Mas Serkan. Kirana juga membuat tante pusing. Dia terlalu nekat. Ini hanya uang balasan karena kamu tidak menolak. Tante sangat berterimakasih. Jangan ditolak ya?"
Shifa ingin membantah, tapi Tante Widya sudah memaksakan lagi.
***
Saat akhirnya Shifa sampai rumah dia sudah tidak tahan dengan rasa pusing dan tubuhnya yang tiba-tiba lemah. Dia melihat motor Gani sudah ada di garasi. Berarti suaminya itu sudah pulang. Shifa segera membuka pintu dan mengucapkan salam. Saat itulah tubuhnya tiba-tiba limbung ke depan dan kegelapan langsung mendekapnya.
*****
"Minum ini."Suara itu membuat Shifa benar-benar tersadar. Dia terbaring di atas kasur. Suara Gani membuatnya mengerjap. Lalu air mineral itu menyejukkan tenggorokannya yang kering.
"Makasih."
Suaranya terdengar lirih. Gani hanya menatapnya tanpa ekspresi. Tapi, pria itu langsung mengambil piring dan menyuapkan bubur kepadanya.
"Perut kamu kosong. Makan dulu."
Hanya itu. Shifa juga menurut. Bagaimanapun juga dia sudah berterimakasih karena sudah dirawat.
Shifa menolak saat suapan ke 5, perutnya terasa mual. Gani meletakkan piring ke atas nakas. Lalu mengambil obat dan meminumkan ke shifa. Semua itu dilakukan tanpa ekspresi. Tapi saat selesai, Gani membenarkan selimut yang di selimutkan ke tubuh Shifa.
"Kalau nanti demam. Kita harus ke rumah sakit."
Gani mengatakan itu sambil beranjak dari duduknya. Pria itu sudah memberesi piring, gelas dan entah apalagi yang ada di sana. Shifa masih merasa sedikit pusing.
Saat Shifa memejamkan matanya, akhirnya rasa kantuk mulai terasa.
****
Tengah malam, Shifa terbangun dengan keringat membasahi tubuhnya. Dia sudah merasa lebih baik. Beranjak bangun, tapi ada yang menahan tangannya. Shifa hampir memekik saat mendapati Gani ternyata duduk di sebelahnya. Pria itu pasti tertidur, tapi tangannya menggenggam tangan Shifa."Mau kemana?"
Suara parau terdengar. Shifa langsung mengerjap dan mendapati Gani sudah terbangun.
"Ehmm enggak. Cuma gerah."
Gani mengulurkan tangan ke arah keningnya. Lalu pria itu menganggukkan kepala.
"Kamu udah sehat?"
📷
KAMU SEDANG MEMBACA
THE BITTER SWEET ICE
RomanceDua hati yang dipertemukan tanpa rencana. Dua hati yang saling menyatu dengan tiba-tiba. Bisakah semuanya berjalan sesuai yang diharapkan? Gani, tidak menyangka akan menikahi seorang wanita yang menjadi pengganti mempelai wanita aslinya. Dia merasa...