Satu

300 39 3
                                    

Sebelum kita mulai bab satunya, aku cuma mau kasih tau kalau dalam cerita ini aku (mencoba) menggunakan alur campuran. Tapi semoga feel-nya bisa sampai ke kalian ya 🙏

Cuss ahh, kita mulai...

🌷🌷🌷

Cinta Untuk Ayah 01

***

"Kak Fiya, kak?" Sebuah suara memanggilnya dari arah luar, sambil diiringi ketukkan pintu kamar beberapa kali.

"Iya, sebentar." Seru Afiya dari dalam, "Kenapa?" Afiya membuka pintu dan mendati Qaireen berdiri di sana.

"Kak Fiya udah siap? " Qaireen menatap Afiya dari ujung kerudung sampai ujung kaki. Perempuan itu terlihat rapi dengan seragam putihnya sebagai perawat. "Bunda suruh kak Fiya sarapan dulu, "

Afiya mengangguk, "Bentar kakak ambil tas dulu," Afiya masuk sebentar mengambil tasnya dan keluar kembali menuju ruang makan, menyusul Qaireen untuk sarapan bersama.

Kebanyakan film-film yang pernah ditontonnya, setiap orang kaya pasti akan sibuk dengan urusannya sampai jarang dari mereka bisa untuk sarapan bersama. Namun semua itu Afiya tepis setelah mengenal Nisa. Sejauh ini sesibuk apapun Nisa, perempuan itu pasti menyisihkan waktu untuk keluarganya apalagi sekedar sarapan di rumah.

"Pagi Bunda.." sapa Qaireen pada Nisa yang sudah lebih dulu duduk di kursi makan.

"Pagi sayang.. " Nisa menyapa balik anak perempuannya itu. "Kak Fiya mana?" Nisa mencari keberadaan Afiya.

"Tuh.. " Qaireen memberi isyarat pada sang Bunda.

"Fiya ayo sarapan dulu." Ajak Nisa saat melihat Afiya turun dari tangga dengan seragam rapih.

Sesampainya dimeja makan, pandangan Afiya langsung tertuju pada anak perempuan yang sejak tadi duduk disamping Nisa.

"Assalamualaikum Qila," Afiya mengucapkan salam sambil memanggil anak itu dengan panggilan 'Qila', panggilan yang biasa digunakan semua keluarga Nisa untuk anak itu.

"Oning Anti." Jawab balita itu samar-samar.

"Wah antynya kalah nih baru turun, jadinya ngga bantu apa-apa deh.." Afiya memandangi satu persatu makanan yang telah tersaji. Dia ingat jadwal kerjanya akhir-akhir ini belum stabil, mungkin itu juga yang membuatnya lebih cepat tidur dan bangun tidak lebih awal.

"Udah ngga apa-apa, duduk!" Nisa meminta Afiya untuk duduk.

"Ila, mau itu!" belum sempat Afiya duduk, Qila menunjuk kotak sereal yang dikhususkan untuknya.

"Mau ini?" Qila pun mengangguk, membenarkan. Dengan sigap Afiya mengambil kotak itu dan menuangkannya kedalam mangkok yang biasa digunakannya, lalu menuangkan susu cair ke dalam mangkok yang sama. Begitulah kebiasaan Qila saat sarapan. Sudah dua minggu ini, selalu Afiya yang menyiapkan, kalau memang dia di rumah.

"Fi, biar Bi Inah aja, nanti kamu telat lagi." Nisa mengingatkan.

"Gapapa, insyaallah ngga kok Bu." Jawab Afiya.

"Sekarang, Qila baca doa dulu ya sebelum makan." Katanya pada Qila. Gadis kecil itu mengikuti, diangkatnya kedua tangannya dan mulai membaca doa.

Qaireen dan Nisa memandang mereka dan ikut tersenyum. Sejak ada Afiya, Qila jadi terbiasa ikut makan dengan mereka.

"Udah Fi, sarapan dulu." Kali kedua Nisa mengingatkan.

"Iya bu," Afiya menarik salah satu kursi didekat Qila dan duduk disana. Mereka pun memulai makan. Tak ada percakapan apapun setelah itu, yang terdengar hanya dentingan sendok-garpu yang saling bersahutan. Mereka menikmati sarapannya.

Cinta Untuk AyahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang