prahara kedua: pertemuan keluarga (2)

276 19 13
                                    

prahara kedua: pertemuan keluarga (2)

.
.
.

Bukan cuma Papa Muda Squad yang punya agenda saat acara pertemuan keluarga. Setelah acara kajian novel yang berakhir dengan adu jotos antara Karyo dan Kumar, anak-anak memilih untuk menjauh dari kumpulan orang dewasa.

Mereka berkumpul di sudut lain ruangan sementara para papa sibuk adu urat leher dan kadang mengeluarkan suara-suara non-manusia. Coba bayangkan bagaimana kamu harus tahan di tengah kekacauan yang dibuat oleh papa sendiri? Malu? Iya. Ingin kabur juga, iya. Mereka, terutama Birendra,  Cherry, dan Yuan, kadang heran bagaimana para mama bisa tahan dengan kelakuan papa-papa itu bertahun-tahun lamanya.


"Cherr, papa kamu itu pake apaan sih di bibirnya? Pink-nya nggak nahan," kata Birendra pada Cherry yang sedang sibuk main monopoli bersama Yuan.

"Oh? Pake lipbalm plus liptint punyaku," jawab Cherry, tangannya sibuk menghitung uang monopolinya.

Yuan membuka mulut tak percaya. "Ya ampun. Om Karyo kan punya perusahaan make-up sendiri, ya. Aku heran dia masih curi-curi make-up up anaknya kayak gitu. Untung mukanya cantik, ya. Jadi agak tertolong lah dengan kelakuannya yang kayak gitu," kata Yuan, dia lalu bermain-main dengan Ghibra yang ada di pangkuannya.

Cherry yang melihat itu sedikit iri, sebab dia ingin sekali bisa menggendong, mencubit, dan mencium Ghibra sesuka hati seperti yang Yuan lakukan. Dia jadi tidak berhasrat untuk main monopoli lagi.

"Lho? Kenapa nggak lanjut?" tanya Yuan.

"Nggak mood. Kalau liat kamu main sama Ghibra kayak gitu aku juga jadi pengin main sama dia," jawab Cherry. Bibirnya mengerucut sebal.

Birendra yang melihat itu tertawa kecil. "Makanya, biasakan buat pasang muka ramah dan sering gendong anak kecil, dong. Kayak Yuan," dia menggoda Cherry, matanya ikut tersenyum waktu dia melihat reaksi wajah Cherry yang seolah akan menerkamnya di tempat.

"Masalahnya, kan, bukan itu." Cherry tak terima.

"Iya. Masalahnya ada di Cherry. Anak-anak suka kok deket dia. Cuma Cherry-nya aja yang aneh. Masa tiap liat anak kecil mimisan sampe tumpah-tumpah gitu. Kan ngeri," bela Yuan.

Birendra cuma mengangguk-angguk, tak mau berdebat lebih jauh. Dia tahu bagaimana Cherry kalau sudah murka. Jadi daripada dia menciptakan perang dunia ketiga, dia memilih untuk menyedot ice Americano-nya.

"Nggak pahit apa?" tanya Yuan.

Birendra tersenyum lebar. "Nggak, kok. Kan aku pake sirup gula."

Cherry tertegun melihat senyum itu. Juga tertegun dengan jawaban polos Birendra. Normalnya, yang Cherry tahu berdasarkan pengalamannya, laki-laki akan menggunakan kesempatan seperti itu untuk menggombali perempuan. Namun Birendra terlalu baik dan jujur untuk mengatakan omong kosong semacam itu.

Ah, apakah boleh dia mengagumi Birendra sejauh ini?

Cherry buru-buru mengalihkan pandangannya dari Birendra saat tanpa sengaja mereka bertemu pandang.

"Eh, Yuan, kamu udah nggak di-bully lagi sama teman-teman kamu, 'kan? Kalau masih dijauhi, bilang, ya. Biar aku labrak mereka. Bocah-bocah setan itu harus dikasih pelajaran biar tahu diri." Cherry menggulung lengan dress yang dia kenakan, bersikap seolah akan tempur di medan tawuran.

Yuan tertawa melihat tingkah sahabatnya itu. "Udah nggak, kok. Semenjak aku ikut dengerin selera musik teman-temanku, mereka mulai mau deket."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 21, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Super 「Papa」Junior SeriesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang