tempur

856 48 1
                                    

" bagaimana ca?, mau ya?" rayu ku ke 100 kali kepada ica yang tengah tertidur dialasnya. mungkin sangat gila untuk seorang santri, bahkan sangat keterlaluan untuk santri baru sepertiku, dua bulan dipesantren, yang buatku sama sekali tidak bisa berfikir jernih.

bahkan sebulan setelah mama menghubungiku rasa itu tiba-tiba muncul, lahir, setelah aku usahakan untuk menghapus bahkan merubah rencana awalku yang sangat buruk itu. bukan salahku juga bukan? coba saja mereka tidak menghubungiku,mungkin tidak akan terjadi seperti sekarang.

"ca ayo lah, bantulah aku. sekali aja, plis lah ca" rayuku lagi, agar ica mau membantuku untuk membeli kembang api, jangan ditanya ica mau atau tidak, ica telah menceramahiku lima ribu kali untuk aksi pertamaku, sebenarnya ini bukan bagian dari rencana ku, ide semua ini terlahir karna kakakelas yang sangat menyebalkan, bukan dari aku saja yang menilainya sangat menyebalkan, namun semua angkatanku sangat membencinya entalah kenapa mereka semua tidak ingin melawanya, dengan alasan takut kualat

"jihan, resikonya sangat besar,ini pondok pesantren berbeda dengan sekolahan mu dikota, hukumanya sangat berat" jawab ica penuh dengan penekanan yang aku tangapi dengan muka malas mendengarnya, ica hanya bernafas berat seakan lelah dengan rayuanku itu

"baik lah untuk sekali ini saja, tap...."

"bener?,makasih ica" potongku sangat cpat membuat ica hanya mengeleng melihat tingkahku.

setelah bersiap-siap dan mendapatkan izin dengan alasan aku ingin pergi kepokesmas, aku dan ica sekarang menuju menuju penjual kembang api dan memilih salah satu yang menurutku sudah membuat seorang nafah merasa menyesal dengan tingkah nya selamaini yang sering membuly bahkan menyuruh adek kelas seenaknya, mentang-mentang senior apa!.

setelah semuanya selesai  aku dan ica berniat pergi menuju mll yang jaraknya tidak terlalu jauh dari pondok, tingal naik angkotan umum selama  dua puluh lima menit  gedung dengan empat lantai telah didepan mata, awalnya ica menolak keras untuk pergi, namun jangan tanyakan lagi denganku yang sangat pemaksa dan ica tidak bisa menolaknya.

aku dan ica berjalan beriringan berkeliling mll yang sanagt besar ini, tidak ada kata lelah dari aku dan ica, semua terbayar dengan indahnya pemandangan lampu-lampu yang menyala walaupun disiang hari, berbeda saat-saat dipesantren, semua serba irit.

aku dan ica telah duduk disalah satu kedai es kirim, cukup ramai untuk dijam sekarang, mayoritan pembelinya anak-anak sma. beberapa menit menungu eskirim dengan harga termurah telah siap tersaji cantik didepan mata, ica meliriku seakan bertanya 'siapa yang akan bayar' 

"tenang, kaliini kau yang aku taktir, besok besok kau yang harus menaktirku" ica tertawa geli dan tanpa aba-aba ica menyantap eskirimnya. aku tau jika ica tidak akan membuang uangnya untuk membeli makanan yang sangat boros untuknya, ica harus pintar pintar membagi uang bulananya untuk dibagi dua bulan, setelah ayahnya meningal lima bulan lalu, mamahnya harus berkerja untuk mencari nafka dan membayar semua tangung jawab pondok pesantren, ica pernah bilang kepadaku jika dia pernah ingin memutuskan untuk tidak melanjutkan menyantri lagi, namun mamahnya tidak setuju dengan alasan 'bangakanlah bapakmu'. bukankah kita harus bersyukur?

setelah semua habis, aku dan ica niat untuk membayar, semua total 35ribu, sangat murah untuku. aku merai tas yangku bawa dan merogohnya mencari dompet yang aku banga-bangakan, setelah kudapat aku buka dan berniat mengambil sisa uang dari membeli kembang api tadi. stop! dimana kembalianya? kenapa tidak ada didompet? jangan jangan... tidak! pasti aku hanya lupa menaruhnya, aku rogoh tas hitam beberapa kali, nihil tidak ada. panik.

ica memperhatikanku yang tengah sibuk dengan tasku dan berahli kekantong rok  hitam yang aku kenakan "kenapa jihan?" tanya ica yang membuatku semakin panik. Astaga! 

"ca aku belum mendapatkan kembalian, bagaimana ini?,aku tak membawa uang lainya" ica hanya terdiam beberapa detik mencerna semua perkataanku

"apa kau cakap jihan! kenapa bisa" seru ica membuat aku berpikir keras. bagaimana caranya untuk pergi tanpa membayar? astaga susah sekali memikirkan cara itu, sangat mustahil

"bagaimana ini jihan, waktu yang diberika ukhty senior lima belas lagi, dan sangat berat hukumanya jihan, bagaimana jik...."

"aku tau"

"bagaimana caranya" aku dan jihan berjalan menuju kasir, dimana ada dua penjaga disana, aku ceritakan semua kejadianya, dan dengan embel-embel kebohongan sedikit, mungkin tidak apa bukan. dan perempuan menjaga kasir itu tidak percaya dengan semuanya membuat emosiku naik, dia mengentakku dan aku balas dengan nada yang lebih keras membuat beberapa orang menatapku dengan rasa yang aneh, dan kasir itu tidak sama sekali untuk mengalah membuatku bertambah kesal

"pelit sekali kalian ini!" ketusku membuat penjaga kasir itu berteriak untuk membayar atau ada huku..

"ada apa ini" tanya peremuan dengan balutan hijab, mendekatiku dan penjaga kasir itu. dia bertanya kepada penjaga kasir itu dan menjelaskanya, aku hanya terdiam dan ica, jangan ditanyakan lagi dia sekarang masih menatapku tajam, setelah perempuan itu mendengarkanya ia terdiam sesaat dan menatapku dengan senyumyang hangat, lega sekali melihat lekukan bibir itu

"kembalilah kepondok kalian, jangan mampir kemana-mana" katanya dan langsung aku balas dengan ucapan terima kasih dan jangan lupakanlah senyum terbaikku, sifatnya seperti rupanya.

setelah semua urusan selesai dengan ukhty-ukhty senior itu aku kembali menuju kamar khotijah dua untuk bersitirahat sebelum azan asar berkumandang . dan aksi itu akan aku mulai setelah ngaji malam.

~000~ 

semua santri wati tengah sibuk dngan kelasnya masing-masing, dan ini kesempatan ku menyelesaikan masalah dengan sicentil itu!

ish! jangan kira aku tidak mengikuti ngajian malam, sangat mustahil sekali bukan? aku meminta izin untuk ketoilet dan itu sangat sulit sekali membuat ustazah ana percaya, perjuangan yang sangat besar.

dengan gerakan cepat namun sangat hati-hati aku menuju kamar nafah yang aku sangat tau, setelah semuanya aman aku memasuki kamar aminah 4, aku cari lemari yang terdapat nama ukhty centil itu, setelah beberapa detik mencari lemari yang aku tuju telah terpapang didepan mataku, entah hasutan dari apa senyum licik ini muncul, hati tidak bisa munafik, aku pun merasa sangat puas bukan nyaris puas, dengan gerakan sangat hati-hati aku meletakan petasan itu dan jangan dilupa sumbunya telah aku panjangkan dan aku kira kira kapan petasan itu meledak dan ukhty nafah datang. beres!

"jihan! buruan mba nafah akan kemari!" itu nadia dia menghampiriku, aku haya menganguk, menutup lemari itu dan janga lupakan petasan itu telah aku nyalakan, aku dan nadia berlari menuju kamar sebelahnya

beberapa detik suara centil ukhty nafah sudah terdengar, setelah ia memasuki aku dan nadia mengintip sedikit kekamarnya, mubazir jika spisod pertamaku tidak aku nikmati, ukhty nafah akan membukanyaa

satu! dua! tii!

"sedang apa antuna?" suara itu, 

DOR!

AAA!

tidak perlu aku jelaskan, semua  sudah teradi,....



untuk sempentara aku gk update dulu, fokus ujian dulu. dan ingsyaalah puasa aku lanjutin.

ouh iya aku bakal ada judul lagi, tapi kayaknya cuman ringkasanya doang, udah aku kasih ke perpustakaan dikotaku, dan doain semoga memuaskan.

ouh iya makasih banget yang udah baca sampai prat ini, sumpah aku seneng banget, gpp lah kalo yang vote dikit, yang penting kalian menikmati, eh atau engak?  haha sesuka kalianlah.

by, assalamualaikum :)

Cahaya Santri (UPDATE sambil REVISI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang