.2.

670 49 4
                                    

Aktor vos

"jihan, kau tak apa?" tanya ica memastikan keadaan jihan yang sedari tak membuka suara. entah ica sendiri merasa bingung dengan perubahan sikap jihan setelah menemui ustazah ida.

"jihan" ulang ica

jihan yang merasa namanya dipangil seketika buyar dari pikiranya, dan menatap ica "iya ca" jawab jihan malas. malam ini jihan merasa mood nya berantakan. entah mengapa hukuan itu terlalu berat untuknya, bahkan mamanya pun tak pernah menyuruhnya seperti itu.

fsbk

" la, antuna buat masalah apa dengan ustazah janah?" seketika aku mendongol menatap usyazah ida dengan raut khwatir. bagaimana ini, apakah ustazah ida mengetahuinya.

aku hanya terdiam menunduk, disini keberanianku menghilang, tak ada rasa dalam diriku ingin melawan, tak ada rasa ingin membela diri. mana keberanian itu

"jihan" pangil ustazah ida "kenapa bisa seperti itu?" tanya ustazah ida ingin lebih jelas

aku mengambil nafas panjang mengumpulkan keberanian menceritakan semuanya, mataku menatap teduh wajah bersih ustazah ida, terdapat senyum tipis yang membuatku merasa lebih sedikit lega " maaf ustazah, aku khilaf. aku  aku-ni merasa semua menekan ku" jelasku dengan sedikit bergetar.

"ceritakan awal kejadianya"  cerca ustazah ida kepadaku. badan ku bergetar entah apakah aku harus berbohong atau tidak

aku mengambil nafas panjang untuk menceritakan semuanya. " jadi gini ceritanya ustazah...."  jelasku panjang lebar tanpa ada embel-embel kebohongan, entalah jati diriku ini merasa tidak enak hati berbohong dengan ustazah ida, aku sendiri bingung dengan-nya, bagaimana ustazah idah mempunyai aurah yang sangat kuat untuk aku percayai.

ustazah ida mendengarkanku dengan nafas yang sedikit tertahan dan sesekali mengeleng singkat menyemak penyataanku, dari sini aku mulai yakin jika ustazah ida marah kepadaku. setelah selesai aku menceritakan ustazah ida tidak langsung menjawab, ia terdiam dengan sesekali memijat plipisnya yang mungkin terasa pusin mendengar pernyataanku.  sudah aku duga.

"maaf usta.." 

"afwan" jawab ustazah ida cepat. di waktu ini senyum ku mengembara menatap ustazah ida tak percaya, sunguh baiknya ustazah ida mau memaafkan orang sepertiku ini, Alhamdulillah bagiku saat ini dan selamat bagiku saat ini juga.

"tapi bukan berarti anti tidak mendapatkan hukuman" sambung ustazah ida. dan di waktu itu pun senyum itu cerna dengan mudahnya, apa hukuman? hukuman apalagi ini! bukankah hukuman kemaren saja baru selesai. aku mematung menatap ustazah ida tak percaya, sedikit membuka mulut aku meminta penjelasan yang lebih rincih tentang hukuman apa aku hari ini.

"ukhty jihan dengarkan baik-baik, anti diberikan ta'zir selama dua minggu untuk membersihkan asramah blok satu dan dua, mengerti!" jelasnya dengan nada meninggi pada kalimat terakhir.

mataku membulat seakan akan keluar dari tempatnya, mulut yang ingin mencaci ustazah ini aku tahan, sedikit lagi keluar kata cacian itu akan menambah masalah besar bagiku. apakah aku sangup menyelesaikan hukuman ini, sedangkan tenagaku juga tak cukup untuk menyelesaikan gedung sebesar istana presiden dalam waktu satu hari, bahkan dua gedung. astaga ya robi bagaimana ini. 

siksaan ini menimpah kepadaku disaat rencana ku saja belum aku mulai, dan bagaimana nasipnya diriku jika akan bertempur?. ya Allah maafkan aku, yang akan bertempur melawan rumah pengantar ilmu mu ini.

~000~

matahari masih disamping bahu, yang berarti bagiku masih banyak waktu untuk menyelesaikan hukuman untuk hari pertamaku, gedung blok satu telah selesai dalam waktu dua setengah jam lebih dan sekarang blok dua yang lebih besar bangunanya, ditambah semua santri yang mengataiku dengan terang-terangan didepanku, inginkah aku menghantam wajah mereka dengan tanganku yang kekar dan membuat mereka takut dihadapanku, untung masih bisa aku tahan, kalo tidak habis riwayat kalian!

"jihan" pangil seseorang yang aku abaikan untuk membenahi rambutku yang terlepas dari sarangnya

"jihan" pangilnya sekalilagi

sedikit mencari sumber suara tersebut, ternyata ica yang sedang bersmbunyi dibalik tembok putih penghalang antara ruangan petugas dan jalan, sesekali mengidik ica mengeluarkan sebotol minuman dingin, sangat segar jika cairan itu menyiram gurun ditengorakanku. ica tidak berani memberikanku secara langsung, karna ia tau jika seseorang yang di ta'zir akan dijaga dengan ukhty novita yang menurut santriwati bahkan santri putra sangat garan dan menakutkan,badanya besar dan matanya sangat tajam untuk seorans perempuan dan aku pun sangat takut. beberapa kali ica memberikan ancang-ancang untuk melempar, harus ia tunda karna kondisi ukhty novita yang kurang bersahabat.

aba-aba dari ica ingin melempar "siap?" tanya ica dengan bahasa isarat yang hanya dimengerti aku dan ica. ku jawab denan angukan yang berarti siap.  

"satuuu duaa" hitung ica sesekali melirik kearah ukhty novita yang sedang asik dengan ponselnya

"ukhty?"

"tiiigaaaaa, eh gus zaiiin," jeda ica gugup dengan kemunculan manusia tampan dan berahli kepadaku "eh jihan kau yang semangat ya" sambung ica berlari meningalkan aku yang sudah siap menerima leparan minuman. tidak usah ditanya keadaan ku sekarang, semua badan ku membeku ditempat, mentap sang rembulan, tampan sangat tampan. walaupun ia tidak memandangku sama sekali.

" ada apa ini jihan" tanya ukhty novita dengan suara menerawang, sesaat berahli kepada gus abas yang memegroki ku dengan ica "ada apa gus abas?" tanya ukhty novita sangat lembut berbeda saat berbicara kepadaku, sangat berbeda, bukan kah aku dan dia sama-sama santri disini? memang kebiasaan wanita.

gus abas memandangku sesaat dengan tarikan nafas yang aku artikan siap untuk menceritakan semuanya, aku balas pandangan wajah gus Abas dengan sangat tajam seakan memberinya isyarat 'jangan beri tau' sesekali ku berikan lambaian tangan jangan,aku sangat takut jika ukhty novita mengetahuinya, bisa-bisa ica bisa terlibat karna ingin menolongku. 

"tolong jangan" gerakan mulut tanpa bersuara,. gus abas tidak memberikan respon dan memilih memalingkan wajahnya menghadap ukhty novita, satu tarikan nafas gus abas bersiap berbicara. dan aku pun tak kalah kencang menarik okigen masuk kedalam tubuhku, entalah nasip ku dan ica setelah lelaki tampan ini menceritakan semuanya, mungkin aku dan ica akan menjadi trending topic dipesantren.

"maaf ukhty, ustaza ida memangil ukhty" jawab abas tanpa memperdulikan aku yang sedang komat kamit tidak jelas dibelakang bada besar ukhty novita. 

"baiklah, jihan tetap kerjakan hukuman mu" perintah ukhty novita yang ku jawab dengan angukan, setelah mengucapkan salam ukhty salam meningalkan kami berdua, sesaat aku menunduk untum menyembunyikan raut wajah sangat senang bisa bertemu lelaki yang dipangil berbeda dengan santri lainya, 'gus' pastilah ia bukan santri biasa dimadrasa ini, mungkin juga karna prestasinya yang tinggi membuatnya dijuluki seorang 'gus', sangat hebat untukku dan tidak bisa dibayangkan jika aku sepintar dia, mungkin aku akan dijuluki gusdur atau ukhgus. pasti cocok aku bersanding denganya.

"Assalamualaikum" salam gus abas meningalkanku

"waalaikumsalam pangeran senja" 

Warna jingga kemerahan terpancar di cakrawala, Tanda akan hadir malam yang sunyi nan sepi, Netra menangkap indahnya alam semesta menuju malam yang kelam, Di kala semua orang masuk ke dalam rumah, Tiba-tiba saja ragaku tak mau pulang dan ingin tetap menatap senja, Ragaku ingin tetap menemani senja hingga saat malam telah tiba, Saat aku berbalik badan untuk pulang, Aku menginginkan senja hadir dengan keindahan yang sama, Aku berharap senja hadir untuk membuatku bahagia



jangan lupa vote+commen 

Cahaya Santri (UPDATE sambil REVISI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang