ta'zir

766 46 1
                                    


"ukhty! kenapa baru datang?" mata ku membulat setelah terdengar suara perempuan yang masih bisa dibilang tenang namun tegas dari arah belakang. aku sepontan menjitak jidadku yang sudah tertutup cantik oleh mukena putih, astaga mengapa harus!, bukan kah aku sudah berusaha.

"hehe anu ukhty eh saya terlambat bangun" jawab ku dengan nada menyengir 

"apakah ukhty tidak tau peraturan pondok pesantren?!" tanyanya dengan menatap tajam kepadaku, aku hanya bisa terdiam. bukan masalah juga aku bisa melawannya. toh aku juga santri baru disini

"jam 09.00 keruangan pengurus temui ukhty ida, sekarang antunna masuk dan lakukan seperti santriwati lainya" perintahnya, aku mengaguk dan segera memasuki masjid. entalah aku tidak tau apa maksut ukhty itu untuk menemui ustaza ida, ruang pengurus saja aku tidak tau, biarlah aku bertanya dengan salsa ataupun ica

saaf paling belakang yang ku dapatkan, semua masih fokus terhadap kitab sucinya membuatku bebas dari perhatian sewu santriwati

"jihan, apakah kau dapat peringatan?" sepontak aku menoleh, ouh ternyata ica disebelah kananku. aku hanya menganguk dan kembali membuka kitab suci yang sempat tertunda.

lima detik aku kembali menghadap ica, tiba tiba sesuatu pertanyaan muncul dibenak ku "ica" jedaku, untuk mendapat perhatian dari ica "kenapa teman-teman tak menunguku tadi, saat aku sedang dikamar mandi?, bukan kah yang aku tau anak pondok itu selalu menungu teman kamarnya saat akan kemasjid?"

ica tertawa sangat pelan hinga hampir tidak terdengar olehku dan disambung dengan bergeleng

"mengapa begitu?" tanyaku mencoba ingin mengerti

"jihan kau ini ada-ada saja, semua itu mustahil lah. coba kamu bayangkan kalau 35 orang itu harus terlambat hanya menungu kau seorang?" jedanya "bisa bisa mereka akan mendapat ta'zir-ran setiap hari, bukan kah semua orang mempunyai sifat cerobaoh?" jawab ica panjang lebar dan tentu aku memahaminya.

~00~

tadarus masal terhenti setelah terdengar azan subuh yang begitu indah didengar oleh telinga setiap umat yang mendengarnya. jangan ditanyakan lagi, aku pun yang tak pernah memperdulikan azan pun ikut kagum dengan suara nyaring namun indah, bagaikan di awan,suara itu membuatku tercandu. inginkah aku bangkit dan melihat lelaki pemilik suara indah ini, dan jika bisa aku ingin meminta no hpnya langsung. sunguh tak bisa ditolak oleh telingaku

"gus Zain putra Ky H Majid memilik suara merdu itu"ucap ica. yang sepontan membuatku tak bisa mengelak.  aku menoleh menghadap ica yang tersenyum kepadaku, sunguh senyum kemenangan, awas saja nanti kau.

"gus Zain?" tanya ku kepada ica

"putra memilik pondok ini, kenapa? apakah kamu pernah melihatnya?" tanya ica dengan curiga namun lebih terbilang mengodku. sepontak aku jawab dengan gelengan

"aku tidak tau lah ca, bertemu saja belum pernah" jawab ku dengan senyum setengah tidak terima dengan senyum yang terbit dibibir ica. sunguh membuatku salah tingkah

ica hanya tersenyum geli kpadaku "Haha wajar kalo belum pernah bertemu, kamu kan santri baru disini" jawabnya, aku hanya tersenyum manis. ica perempuan cantik memilik lesun pipi dengan bentuk wajah Heart sangat ramah sifatnya pun sunguh aku sukai.

~00~

jam menunjukan pukul 09.05 aku segera menuju kantor pengurus menemui ukhty ida, aku tidak sendirian ada ica yang dengan senang hati mau mengantarku, untung saja ia mendapatkan jam masuk siang dan pastinya aku masih menjadi murid tokwang (santri yang masih santuy). ya aku bertanya kepada ica setelah sholat subuh tadi pagi.

kantor pengurus sudah didepan mata, aku menoleh menatap ica, ica kaliini tidak ikut masuk bersamaku karena ini kesalahanku dan akupun harus menyelesaikanya sendiri

ica tersenyum dan memberiku gerakan tangan yang berarti semangat, aku tersenyum dan mengambil nafas sebanyak-banyaknya, aku kumpulkan keberabianku menjadi satu.

dengan langkah gemetar aku masuk, tak lupa aku mengucapkan salam, tatapan semua pengurus tertuju kepadaku sambil menjawab salamku, badan ku bergemetar membaca tatapan para pengurus. sangat tajam

"maaf ustaza jika mengangu, ruanganya ustaza ida dimana ya?" tanya ku menyembunyikan rasa takut

tatapan mereka berubah menjadi senyum yang membuat ketakutanku sedikit berkurang. setelah salah satu ustaza menunjukan suatu ruangan dengan pintu kaca yang sudah kubayangkan betapa sakitnya jika ditabrak, aku segera menghampiri ruangan tersebut

"assalamualaikum ustaza" salamku sebelum membuka pintu,

setelah terdengar sautan dari dalam yang mempersilahkan aku masuk, aku segera membuka pintu dan menghadap perempuan cantik yang tengah terduduk dengan leptop didepanya, dari penampilanya aku bisa menilai dia adalah ustaza keamanan atau BK. terlihat sangat garam dari matanya yang sangat tajam bagiku

ia tersenyum ramah dan mempersilakan aku duduk, aku membalasnya dengan senyum dan duduk mengikuti perintahnya

deg deg deg

detak jantungku yang berkerja lebih keras dari kata normal, ini rasa takutku? ajib,tidak biasanya aku menghadapi suatu perkara dengan rasa takut, bahkan dengan mama ku saja tidak setegang ini

"saya jihan dari rayon khotijah 2 ustaza" perkenalan ku terlebih dahulu menutupi rasa takutku yang mungkin sudah terlihat.

"antunna yang ketahuan tidak mengikuti sholat tahajud kah?" tanya ustaza ida, aku menganguk dan segera menunduk. kaliini aku tidak boleh gegabah. 

"apakah antunna menyesal?"tanya ustaza ida, tanpa aba dariku kepalaku mengeleng, entah setan apa yang telah merasukiku, dengan cepat aku menganguk memastika, ustaza ida sempat terkejut namun dengan cepat menampakan tersenyum kepadaku

"Alhamdulillah kalo antunna menyesal, dan ustaza ingin penyesalan antunna menjadi pelajaran untuk seterusnya" aku mendongol menatapnya denga raut berseri-seri

"......."

"assalamualaikum" suara seseorang mengucapkan salam dari arah pintu, membuat ustaza ida berahli menatapnya dan tersenyum,

"waalaikumsalam, ada apa Abbas?" tanya ustaza ida kepada seseorang didepan pintu, aku tidak berani menoleh. aku hanya malu jika seseorang tau jika aku tengah disidang.

"anu, ana disuruh ambil berkas milik ustadz ilham" aku hanya menunduk dan berusaha tidak ingin mendengarkan percakapan mereka. namun nihil semua terdengar jelas ditelingaku

"ouh iya Abbas, kamu ambil dilemari" tunjuk ustaza ida lemari kaca tepat disampingnya.

aku sedikit kaget, bagaimana jika orang itu melihat wajahku, aku tidak ingin dicap murid baru yang sudah mendapatkan masalah, ya tuhan tolong lah aku. sudah cukup untuk disekolahn ku dulu saja, jangan disini.

beberapa detik mataku menangkap pungung seseorang lelaki tinggi berbaju koko putih denga pici hitam dikepalanya, menuju lemari kaca tepat di depanku, aku mencoba tak ingin tak peduli namun mataku tetap saja berahli kepadanya. entah mengapa jantungkunku mulai was-was, memperingatkan siaga satu. setelah lelali itu mendapatkan yang diinginkan ia segera mengunci kembali dan segera memutar badanya.

jantungku tak berhenti memompa nafas, hatiku. entah lah iya kemana, mataku membulat, kagum? iya kagum yang aku rasakan sekarang betapa......


vote

Cahaya Santri (UPDATE sambil REVISI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang