6. Enmity

2.7K 425 80
                                    

"Masa lo nggak tau sih?" tanya Ivone sambil bergegas mengikuti langkah kaki terburu-buru Abel yang mau ke kantin.

"Serius lo nanya ama gue, Von?" Abel menoleh pada gadis tomboy itu tanpa menghentikan langkah kakinya.

"Emangnya kenapa?" kejar Ivone pantang menyerah. 

"Emang lo nggak mikir apa?"

"Mikir apaan?"

Abel memutar matanya dengan malas, dengan pandangan 'punya otak dipakai dong'  yang kentara jelas. Membuat Ivone paham.

"Lhoh, emang lo ikutan taruhan ini?" tanya Ivone heran. "Lo kan cowok juga, Bel."

"Trus, masalahnya apa?"

Abel geram sekarang.

"Ya, masalahnya lo cowok, Bel." Ivone terus merendengi langkahnya. "Aksa juga cowok. Kecuali kalau lo humu. Ya gue mah nggak masalah. Tapi Aksa kan belum tentu humu."

"Stop, Von." tegas Abel terusik saat mendengar ungkapan Ivone yang bilang Aksa itu homo. "Lo nggak boleh ngomong sembarangan tentang orang yang belum lo kenal."

"Makanya gue nanya ama lo, Bel." Ivone belum mau menyerah. "Kan lo udah kenal ama Aksa lebih dulu."

"Maksud gue, lo nggak boleh ngomong sembarangan bilang Aksa humu," Abel gemas bukan main sama cewek tomboy itu. "Nanti kalau ada yang denger sepotong-sepotong kalimat lo, ujung-ujungnya bisa berabe."

"Nah itu lo tau, trus ngapain lo ikutan taruhan? Kan Aksa belum tentu humu."

Ya Tuhan... Abel betul-betul gemas ingin mengapit kepala Ivone di ketiaknya dan menjitaknya sesuka hati, agar gadis tomboy itu sadar.

"Lo bisa berhenti nggak nanya-nanya Aksa, Von?" Abel menghentikan langkah sebelum memasuki pintu kantin. "Gue ke sini mau makan. Bukan mau gibah, apalagi nebar gosip."

"Ya sama, gue juga mau makan. Bukan mau gibah." sahut Ivone tidak peduli sambil melangkah melewati Abel, memasuki kantin dengan gaya tomboy-nya itu.

Abel menghela nafas sebelum mengikuti langkah gadis berambut cepak itu.

Sudah berhari-hari dia direcoki oleh Ivone dan Lauri. Mereka berdua mengintilinya terus seperti anak ayam yang takut kehilangan induk semangnya. Padahal, biasanya Ivone asyik mojok sambil mabar game online dengan teman-temannya yang punya peliharaan binatang melata - entah komunitas - apa itu. Lauri tentu saja selalu bersama Alana menempeli Callie seperti lem.

Tadinya Abel biasa saja. Nggak ada perasaan apapun saat kedua cewek itu menanyainya soal apapun tentang Aksa.  

Cowok ganteng yang sudah jadi bahan taruhan Callie itu. 

Sialnya, dia ikut-ikutan juga menyanggupi taruhan itu.

Awalnya mereka berdua hanya bertanya hal-hal yang umum.  Seperti nama panjang Aksa. Tanggal lahirnya. Hobinya. Film kesukaannya. Makanan favoritnya. Tapi lama-kelamaan pertanyaan mereka makin menjengkelkan. 

Ivone bahkan menanyakan kebiasaan tidur Aksa. Jelas saja Abel jengkel bukan main. Memangnya dia yang meninabobokan Aksa waktu cowok itu mau tidur? Lagipula apa maksud Ivone menanyakan kebiasaan tidur cowok itu. Nggak ada korelasinya sama sekali.

Yang dia tahu, Aksa pinter masak apapun dengan enak. Cowok itu juga pemakan segala. Secara spesifik Abel belum pernah melihat atau mendengar Aksa tidak menyukai sesuatu yang hendak dimakannya. Atau memang dia memasak sesuatu yang hanya disukainya saja?

Tentu saja Abel belum bisa menebak kesukaan cowok jangkung itu. Dia kan baru kenal Aksa, belum lagi ada sebulan. Kalaupun mereka kelihatan dekat, itu karena Aksa sering menjemputnya untuk berangkat dan pulang sekolah.

Fat LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang