||Chapter 03

41 4 4
                                    

#Typo bertebarannn..

Happy reading ayy
.
.
.

"Moni," panggil seseorang dari bawah jendela kamar.

Moni melangkahkan kakinya perlahan ke arah jendela dan menatap ke arah bawah.

"Jimmy?" tanya Moni heran

"MONI GUE SAYANG SAMA LO, GUE UDAH CINTA SAMA LO"

"LO MASIH SAYANG GUE? GUE TAU PASTI LO MASIH SAYANG GUE"

"LO MAU JADI CINTA PERTAMA DAN TERAKHIR DI HIDUP GUE?"

Kring..kringg

Suara iti mampu mengehentikan mimpi indah Moni. Moni terbangun dan tersadar bahwa hal itu hanya mimpi. Mimpi indah yang jarang ia dapatkan itu harus terhenti karena ulah jam beker sialan.

Moni mengambil jam beker yang terletak tidak jauh dari tempt tidurnya, "ih beker ga bis diam sih, liat tuh mimpi Moni sama Jimmy keputus gara beker!"

"Jarang-jarang lho Moni mimpi yang ada Jimmy nya itu bahagia, biasanya suram mulu"

Cklek..

Pintu kamar Moni mulai terbuka sedikit, tampak seorang wanita parubaya yang masih menggunakan daster dan masih memiliki paras cantik sedang bertolak pinggang menatap ke arah Moni.

Melihat kedatangan Diana, Moni mengambil posisi duduk, "Mama, kalau mau ma--" ucap Moni

"Udah jam setengah 7" potong Diana dengan nada penuh penuh penekanan.

Moni yang tidak menyadari pukul berapa sekarang, melirik sekilas jam beker yang masih ditangannya. Moni melototkan matanya kemudian bergegas turun dari kamar tidur, mengambil handuk, dan masuk kedalam kamar mandi.

Diana yang menyaksikan hal itu, menggeleng-gelengkan kepala melihat kelakuan anak gadisnya.

Di ruang makan..
"Papa mana, Ma?" tanya Meino sambil mengambil bagian di Meja makan

"Papa masih diluar kota" jawab Diana

"Bocil mana?" tanya Meino kembali

"Tuh diatas masih mandi" jawab Diana sambil menghidangkan sarapan untuk Meino

"PAGI MAMA, PAGI ABANGG" Ucap Moni yang baru turun dari atas tangga mengandeng ransel merah muda miliknya dan memegang dasi ditangannya hendak dipakai.

"Cepet sarapan, Ni. Lo bareng sama Dirga mulai sekarang sampai skripsi gue selesai" sahut Meino

"Iya" jawab Moni seadanya dan mulai sibuk dengan dasinya.

Moni tidak keberatan jika ia harus pergi bersama Dirga, lagian ini sudah menjadi hal biasa.

"Moni, makan sini cepet" panggil Diana

Moni melihat benda yang melingkar dipergelangan tangannya, "elah ga sempat lagi, Ma. Moni bawa bekal aja ya"

Diana meng-iyakan permintaan putrinya.

"Ini, masukin ke tas, jangan sampai ga abis" kata Diana sambil menyerahkan kotak bekal Moni

"Iya mama cantik" ucap Moni kemudian mencium pipi kiri Diana.

"Daa mama" pamit Moni kemudian melangkah kakinya keluar rumah menuju rumah Dirga.

"Astagfirulloh," kaget Moni yang melihat kedatangan Dirga secara tiba-tiba dibalik pintu.

"Bisa ga sih lo bilangnya Masyaallah ganteng amat, kalau liat muka gue" ujar Dirga

Moni berjinjit dan menjambak pelan rambut Dirga, "kalau Moni serangan jantung gimana? Nanti Moni ulangan kimia tau" jelas Moni

My MoniTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang