9. guilty

2.1K 145 43
                                    

Vote and comment nya ya kawan💕
Terima kasih💞







matahari menujukan rupanya lagi hari ini melalui celah jendela yg tak tertutup gorden, jimin membuka gorden itu dengan lebar agar sang cahaya dapat masuk dan menyinari setiap sudut ruangan merasa sudah cukup mendapatkan paparan sinar matahari dan udara sejuk kota dipagi hari ia lekas kekamar mandi untuk membersihkan diri lalu segera mengenakan seragam sekolah.

jimin menyatap sarapanya yg tadi ia buat– hanya dua potong roti dilapis selai coklat dan segelas susu putih. disela sela acara makannya handphone jimin berdering dan menampakan nama ayah disana– jimin tak langsung mengangkatnya namun ia menghabiskan sarapannya lebih dulu, persetan degan panggilan yg terputus karna tak dpt jawaban lalu kembali berdering berusaha mencari jawaban.

jimin mengelap mulutnya dengan tisu setelah meminum susunya habis lalu mengankat panggilan sang ayah "ya?" tanyanya santai.

"anak kurang ajar. dari mana saja kau?". tanya sang ayah dengan nada tak senang.

tak ada rasa takut sedikitpun yg muncul, ia kembali memasang dasi sekolah "sarapan".

sang ayah menghela nafas– bukan lah hal yg baru jika putra nya yg satu ini agak membangkang "kau akan kesekolah?". jimin tak menyaut karna jawabannya sudah jelas.

sang ayah kembali bersuara "tak usah hadir kesekolah hari ini. datang lah keperusahaan sekarng, ada yg perlu kita bicarakan". setelah itu sambungan terputus.

jimin membuang nafasnya kasar lalu menarik dasi nya asal sehingga tak berbentuk rapih seperti tadi. ia membuka kembali seragamnya, digantikan dengan pakaian santai– hoodie hitam,celana jeans, dan topi hitam. setelah itu ia bergegas keperusahaan sang ayah.

para pengawai yg bekerja disana menunduk dan menyapa jimin saat jimin lewat, sejujurnya ia tak terlalu peduli dengan kehadiran mereka bahkan jika mereka tak melakukan sikap sopan itu pun ia tak terlalu  peduli.

Tuan park tak ingin waktunya terbuang banyak pun langsung menyambut kehadiran putra nya , jimin duduk disofa ruang kerja sang ayah dengan memaikan ponsel nya

Tuan park menghampirinnya lalu duduk di sofa yg berada dihadapan jimin "jadi nak, bagaimana sekolah mu?".

Jimin mendengus kesal "langsung ke inti, aku tak punya banyak waktu".

"Yah.. kau memang kurang ajar". Tuan park menghela nafas lelah dengan sikap sang putra semata wayangnya "jimin kau anak ayah satu satunya, kau tau ayah berharap banyak terhadap mu.. perusahaan ini kelak akan menjadi milik mu-".

"Tunggu, aku tak pernah bilang ingin memimpin perusahaan. Maksudku, ayah sudah membahas ini tiga kli ditahun ini dan apa ayah fikir jawaban ku akan berubah?". Potong jimin.

"Kau fikir ayah mempunyai putra selain dirimu?. Tidak. Lalu kepada siapa aku akan mewariskan hasil kerja keras keluarga park jika bukan kepada mu?!".

"Tentu seharusnya ayah punya anak selain aku. Adik ku, seharusnya ia disini– bersma ibu. Seharunya mereka disini bersma kita!. Bukan disurga sana". Jimin tak suka jika berdua dengan ayahnya, rasanya semua kenangan buruk terus terulang jika ia sedang bersma sang ayah.

"APA KAU FIKIR AKU INGIN SEMUA INI TERJADI?. IBU MU PERGI KARNA KESALAHAN MU. TIDAK KAH KAU SADAR HARI ITU IBU MU MENGORBANKAN NYAWANYA DEMI MU?. Dan kau masih menyalahkanku karna tak menyelamatkan mereka?".

Memang benar keduanya tak mempunyai hubungan yg baik setelah nyonya park pergi. Semuanya terjadi begitu saja– secara tiba tiba.

....

jimin dan keluarganya pergi kepantai menikmati musim panas layaknya keluarga lain. Tak hanya jimin, ia juga mengajak jungkook,taehyung dan namjoon– mereka telah bersahabat sejak kecil sebab keluarga keempatnya mempunyai hubungan yg baik.

Jimin berusia 7 tahun namjoon berusia 8 tahun, jarak usia mereka ber4 hanya terpaut beberapa bulan saja. Jimin memang sedikit keras kepala, sang ayah telah melarangnya untuk mendekati laut karna ombak terlihat lumayan besar namun jimin tetap melangkah menuju laut bersma jungkook.

Jimin mencipratkan air kearah jungkook begitupun jungkook membalas cipratan air jimin, anak anak seusia mereka memang tak mengenal takut maupun bahaya sampai benar benar mengalami bahaya itu sendiri.

Tuan park berteriak kepada keduanya untuk kembali namun tetap saja tak digubris keduanya, tuan park menghela nafas "sayang, tak apa.. biar aku yg menghampiri mereka". Ucap nyonya park sambil memegang tangan tuan park.

Tuan park menggeleng "kau sedang mengandung, jangan terlalu lelah.. tetap disini temani namjoon dan taehyung bermain".

Tuan park berjalan mendekati jungkook dan jimin, namun belum sempat tua menyentuh air laut– ombak besar datang hendak menyeret kedua bocah tersebut.

Tuan park berhasil meraih jungkook namun jimin menghilang, jantung tuan park berpacu lebih cepat saat melihat kearah sang istri yg ternyata telah tiada ditempat nya– hanya tersisa namjoon dan taehyung yg terlihat ketakutan. Tuan park membawa jungkook kedarat lalu kembali menyelami lautan mencari keberadaan jimin, bala bantuan datang– tuan park melihat jimin hampir ditengah laut bersma seseorang yg ia tahu adalah sang istri.

Tuan park berhasil membawa keduanya namun ditengah tengah pengangan nyonya park melemah.


Pintu ruang ugd terbuka, tuan park berdiri menghampiri dokter yg keluar "bagaimana keadaan istri dan anak saya?". Tanya nya dengan suara bergetar takut takut sesuatu yg buruk terjadi.

Dokter menampilkan ekspresi yg sulit tuan park pahami terlihat seperti kecewa, sedih namun bersyukur disaat yg bersamaan. Tuan park kembali bertanya pertanyaan yg sma, kli ini dengan nada yg sedikit meninggi.

Sang Dokter menunduk "kami berhasil menyelamatkan putra tuan". Tuan park bernafas lega kala dokter menjeda ucapannya, namun kembali tercekat saat dokter mengatakan bahwa mereka gagal menyelamatkan nyawa nyonya park dan sang jabang bayi yg tiga bulan lagi akan lahir kedunia.

Sejak hari itu semua nya berubah, jimin dan sang ayah tak lagi sedekat dulu. Mereka larut dalam rasa berslah yg menyesakan keduanya. Terlalu sakit untuk ditampung sediri– jimin menyalahkan sang ayah karna tak bisa menyelamatkan sang ibu dan tuan park hanya dpat diam membiarkan jimin menyalahinya seorang diri.

...

Jimin duduk didepan supermarket dengan sebotol cola menemaninya menunggu hujan reda. Lima menit setelah ia keluar dari kantor ayahnya hujan deras mengguyur kota, syukurlah ada supermarket didekat kantor sang ayah.

Jimin meneguk cola lalu mengeluarkan ponsel dari sakunya, sebuah panggilan masuk.

"Halo, jimin?". Jimin tak menjawab, ia membiarkan orang disebrang sna melanjutkan kalimatnya.

"Kau tidak hadir ya hari ini?. Aku tanya ke taehyung tapi dia juga tak dapat kabar dari mu. Kau kemana?". Tanyanya panjang lebar.

Jimin menyadarkan tubuhnya kekursi "na, ini bukan urusanmu". Jimin hendak memutuskan sambungannya namun suara nana kembali mengisi rungunya lebih dulu.

"Sesuatu yg membuat mu terdengar lesu menjadi urusan ku jim".

Jimin menatap sendu jalanan dihadapannya "sejak kapan hal seperti itu menjadi urusan mu?. Jangan ikut campur dalam hidup ku lagi". Jimin memutus sambungannya lalu memasukan ponselnya kesaku hoodie yg ia kenakan.

Jimin melangkah– meninggalkan supermarket membiarkan air hujan menghantam tubuhnya. "Urusan mu?. Cih". Gumam nya.




-----

Semuanya tetap stay dirumah yah! Jgn keluyuran nanti sakit.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 11, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Regret || Park Jimin FfTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang