tahun-tahunnya di hogwarts, terasa aneh.
sangat aneh, kalau boleh haseul bilang.
sebab banyak pasang mata menatapnya seolah dia bukan dari dimensi ini dan bahkan, bukan manusia. belum lagi, banyak yang bertanya apakah cho yang melekat di namanya bukan cho yang sama dengan mereka yang di slytherin. hanya karena dia adalah seorang cho, dan berada di asrama hufflpuff.
satu-satunya cho dari sekian generasi. kak kyuhyun yang bilang, haseul tidak tau benar atau tidak.
haseul serius sampai capek menjawab pertanyaan yang sama sepanjang tahun. sampai-sampai, byungchan dan vivian yang kadang kala menggantikannya untuk membantunya menjawab. apa salahnya dengan hufflepuff? bahkan, di tahun kelima-nya di hogwarts dia masih berpikir.
"ya, haddeul!"
she groaned.
panggilan dan suara itu, dia sudah tau datangnya dari mana. siapa lagi kalau bukan cho yang terhormat dan menempati asrama slytherin; iya, maksudnya memang cho seungyoun yang itu. sang beater kebanggaan asrama ular sekaligus prefek yang banyak memotong poin asrama lain karena jam malam. padahal, kalau haseul boleh jujur, sang prefek sendiri sering menyelinap di luar jam semestinya. beruntung wooseok pintar menutup-nutupi masalah.
"ha! ddeul!"
hish!
haseul enggan menoleh, pura-pura fokus pada perkamen dan mengerjakan essaynya jauh lebih baik.
"haddeul? apa dia memanggilmu begitu?"
yang ini, adalah suara yang lain.
belakangan ini memang haseul sering menghabiskan waktunya dengan sangyeon, kakak dari hangyul si beater yang sama-sama penghuni asrama gryffindor itu, bahkan rela meluangkan waktu disela kesibukan latihan quidditchnya untuk menemani haseul mengerjakan tugas begini. luar biasa aneh bukan? iya haseul juga tau!
"haddeul, kau sudah dengar? libur musim dingin kali ini kita semua harus pulang. akan ada acara keluarga di rumah."
"hmmm, hmmm."
"kau tau, ayahku menanyakan keadaanmu. kau sudah lama tak berkunjung. katanya mereka merindukan haddeulie yang suka mencuri treacle tart."
"itu kan hyeyeon, bukan aku."
"hehehehe, masa? ingatku itu kau. oh ya, kak kyuhyun bilang kalau kamu tida—hei, sedang apa kau disini dengan haddeulie?"
gadis itu mengernyit, pria disebelahnya tertawa kikuk, sementara seungyoun yang mengisi kursi di seberangnya mengerutkan alis. great hall yang semula terasa begitu besar itu pun, terasa jauh
lebih sempit sekarang. ah, bukannya apa, ini mungkin karena haseul kagok saja karena ditanya demikian oleh seungyoun. tidak biasa-biasanya pemuda itu main bertanya hal seperti ini.sepupunya itu bisa cuek untuk hal serupa, dan hanya merecokinya untuk hal tak perlu. iya, hal tak perlu seperti—apakah haseul sudah menemukan kartu merlin dari chocolate frog; atau, bagaimana rasa skele-gro; atau, apakah dia akan pergi ke hogsmade minggu ini; atau, kapan akan pergi latihan quidditch dan menontonnya latihan. pena bulunya pun diletakkan,
"maumu apa, seungyoun? bilang saja."
seungyoun balas menatapnya penuh arti, belum lagi senyum usil di wajahnya membuat haseul merasa panas.
"hei sangyeon," panggilnya pada si pemuda yang dari tadi memilih diam. "apa kau sudah mencampurkan amortentia dalam jus labu sepupu kecilku ini?"
"hahahahahahaha, tidak tidak tentu saja tidak, youn! lucu sekali kau!"
sangyeon disebelahnya tertawa kaku, sementara haseul sudah bak kepiting rebus.
padahal dia hanya ditemukan duduk berdua, bukannya melakukan hal yang lain. tapi karena ini seungyoun, kabar pasti akan menyebar jauh lebih cepat dari yang dia duga. paling tidak, akhir pekan ini pasti ada burung hantu datang mengirimkan surat berisi pertanyaan padanya. tunggu saja.
"kalau begitu...., kau tau—"
ia berhenti. "aku tidak biasanya begini. aku tau jelek buruknya, dia cerewet dan sangat menyebalkan sewaktu-waktu. tidak pernah bersikap lembut padaku, pula."
haseul menatapnya sinis, "kubilang berhenti bicara, seungyoun!"
"tapi, bagaimana kalau kau bermain quidditch denganku. kalau kau bisa mencetak satu angka, maka kau boleh lanjut mendekatinya.
bagaimana?"
senyum seungyoun perlahan memudar, dia benar-benar serius tentang ini. hei. haseul saja langsung paham dalam sekali lihat. seungyoun tetaplah seungyoun, dia tidak akan suka kalau kesayangannya diambil. posesif, huh? tanyakan saja pada wooseok, prefek yang satu asrama dengannya, pria itu pasti akan membeberkan semuanya. sudah percaya tidak sekarang?
"seungyoun, kau kenapa sih?"
"ya... kenapa?"
sangyeon di sisi lain, menatap kedua sepupu bergantian.
"oke... kenapa tidak? kau meremehkan keeper sepertiku?"
merlin's beard!
haseul mengutuk.
"kalian ternyata sama-sama," gadis itu berhenti. telunjuknya teracung pada kepalanya sendiri sambil memutar beberapa kali, garis bibirnya membentuk kurva ke bawah. "aneh. sama-sama nggak masuk akal. apa ada sesuatu yang rusak disana? perlu kubantu betulkan?"
siapa tau, mantra kecil seperti reparo bisa membetulkan saraf keduanya.
dia bukan barang.
apalagi quidditch trophy.
mana ada dipertaruhkan seperti itu, vivian kalau dengar—sekalipun gadis itu menunjukkan raut berpikir, pasti tertawa kencang. kenapa dia sesial ini, sih? kemana wooseok yang selalu bersama seungyoun, coba. disaat dibutuhkan, justru selalu menghilang.
"haddeul, kalau ngambek terus nanti kau cepat berkeriput."
"ya, ya, ya. seungyoun benar, nanti cantikmu hilang."
mata haseul menyipit, kepalanya makin pusing. siapa yang sangka, dua orang ini akan cocok?
"ya kalau saat itu datang, sebelumnya aku sudah memukan ramuan abadi sir nicholas flamel. kalian tenang saja."
terserah apa maunya. haseul tak peduli lagi.

KAMU SEDANG MEMBACA
phantasmagoria
Fantasíaphan·tas·ma·go·ri·a { /ˌfanˌtazməˈɡôrēə/ } ↝ a sequence of real or imaginary images like those seen in a dream this gonna be a drabble series with alternate universes.