4. Bertemu Orang Baru

20 2 0
                                    

"Zeline."

"Loh, elo!"

"Gue kirain tadi orang lain, tapi gak asing waktu lo nyebut nama Zeline."

"Sama pacar lo ya! Masih nunggu?"

"Enggak, gue sendirian aja sih."

Tak lama bunyi pemberitahuan tentang pembukaan pintu teater terbuka, Zeline merasa itu pintu teaternya. Ia rasa juga hari ini bioskop tenga ramai, bahkan saat ia memesan tadi kursi penonton juga terlihat penuh. Tak apa lah, toh ia juga sedang memilih genre horror. Hanya saja ia berdoa mendapatkan teman duduk yang tidak berisik atau jahil saja.

"Gue masuk dulu ya Dar."

"Oh oke."

Zeline duduk di kursi yang terterah di tiketnya. Ternyata kedua kursi sebelahnya masih kosong. Ia berfikir mengingat saat memesan kursi tadi, yang nantinya bakal terisi orang adalah kursi sebelah kirinya. Tapi tidak bisa di tebak juga bila nantinya kursi kanannya akan terisi juga,

Sesesorang telah duduk di kursi kirinya, Zeline menoleh sekilas. Matanya tidak salah melihat kan, bau farfumnya juga tidak asing. Hanya satu saja orang yang ia kenal memakai farfum ini.

"Elo duduk sini Dar?"

Dary tersenyum, "Bisa kebetulan ya."

"Sendirian juga?"

"Ya kaya yang lo liat."

Zeline terkekeh pelan, "Ada juga yang sama kaya gue, bisa juga nonton sendirian."

"Emang aneh ya?"

"Hah!?" Zeline menggaruk pelan kepalanya, "Enggak juga sih, eum agak aneh menurut orang."

"Jangan terlalu dengerin omongan orang lain saran gue, gak baik." Dary tersenyum.

Senyuman itu membuat Zeline membeku tiba-tiba. Matanya tidak beralih menatap Dary, dengan bibir yang ia lipat ke dalam. Perasaan aneh apa ini? Apa ia rindu dengan Fahri? Tapi rasanya tidak masuk akal, dengan Fahri atau laki-laki manapun belum pernah jantungnya berdetak lebih cepat dan seperti ada kupu-kupu di dalam perutnya secara tiba-tiba. Jika ini kebetulan, kenapa ia berharap masih ada kebetulan lainnya bersama Dary.

"Lo mau popcorn? Nih." Dary menyodorkan popcorn yang ia beli tadi, namun Zeline terbengong sambil menggeleng.

Menyadari Dary tenga memperhatikan dengan wajah yang bingung, Zeline tergagap dengan nafas memburu. "Aish.. Mau ditaruh dimana ini muka, bunaaa tolongin."

"Suka nonton juga?" Zeline membuka pembicaraan untuk mengurangi kecanggungan ini, namun Dary hanya mengangguk tanpa melihat ke samping.

"Nonton sendirian terus?" Dary pun tetap hanya mengangguk, Zeline nampak heran dan sedikit kesal.

"Emang etika bicara lo sama orang lain kaya gini ya?"

"Ya."

"Nggak bisa ya liat lawan bicaranya?"

"Kadang."

"Kadang apa?"

"Gitu lah."

Zeline mendengus kesal, "Gitu gimana?"

"Itu kenapa keliatan banget ya editannya? Padahal sutradaranya terkenal banget di genre ini."

"Kok lo gak nyambung sih." protes Zeline dengan terus menatap sinis.

"Tuh kan keliatan banget, anjing tau gitu film satunya."

"Dary."

Setelah di panggil seperti itu baru lah Dary melihat Zeline. Tatapannya hangat, disertai senyuman seperti tadi yang berhasil membuat perasaan Zeline tampak aneh. Seharusnya ia akan marah dan mengomeli orang yang telah mengacuhkannya, namun lihat lah perubahan ini.

Kasih Dua BenuaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang