7. Menjadi Bayangan

6 0 0
                                    

Sepertinya cuaca pagi ini sesuai dengan perasaan yang Zeline rasakan kini. Salma berjalan di sampingnya yang sama akan menuju kelas, Salma mengandeng lengannya sambil mengusap pelan. Beberapa teman yang berpapasan dengannya tidak dipungkiri melihat dengan rasa penasaran, mungkin karena mata nya merah sesekali menitikkan air mata. Setiap Zeline menyeka air mata nya, Salma terus mengelus lengan dan juga pundaknya.

"Udah ya Lin, nggak secepet itu kok move on." Salma tetap mengelus pundak Zeline. "Gue juga nggak ngerti apaan sih maksud tuh orang."

Mereka berdua memasuki kelas. Ina yang melihat langsung heboh menghampiri, sambil menghujani pertanyaan-pertanyaan pada Zeline dan Salma. Zeline menunduk tanpa menjawab pertanyaan dari Ina, lalu berjalan dan duduk di bangkunya.

"Kenapa Sal?" tanya Ina.

"Kak Fahri Na, sapa lagi yang bikin dia sampe sedown itu."

"Buaya banget sih tuh orang, kenapa lagi?" Ina kekeuh bertanya sambil duduk di samping Zeline dan mengelus pundaknya. "Udah ih Lin, sia sia juga lo nangisin orang kaya dia."

"Biarin aja dulu Na, biar lega." saran Salma.

"Lima menit ya Lin, keburu masuk nanti di tanyain deh sama guru. Apa ke uks aja? Atau pulang?" Ina masih terlihat resah melihat Zeline yang terus menangis sesegukkan.

Banyak teman-temannya yang baru datang menghampiri penasaran, tidak hanya perempuan banyak teman laki-lakinya ikut bersimpati. Zeline memang terkenal periang dan baru ini ia kedapatan menangis sebegitunya, tak heran teman-temannya nampak penasaran.

Isaq datang lalu mengacak rambut Zeline, "Kenapa lagi maemunah?"

"Nih anak kenapa sih gak bisa serius." Salma menonjok perut Isaq, "Mending lo balik aja deh reseh!"

"Anterin tas gue ke kelas dong Sal."

"Imut banget lo kalo ngomong."

"Salmaa.. Salma cantik." Isaq menaik turunkan alisnya, "Nanti kalo gue dateng bawa tas dikirain telat."

"Beliin gue cilok di depan pas pulang." Salma menarik tas Isaq kasar, lalu berjalan keluar.

"Sekalian panggilin Reno."

"Udah paham ela."

Isaq duduk di bangku depan Zeline, mengusap pucuk rambutnya. "Gue jamin dia pasti nyesel Lin, udah ya."

Zeline mendongak lalu menatap mata teman-temannya. "Awal gue pdkt sama kak Fahri juga ke mall, trus kemarin gue liat snap instagram cewenya juga dikasih foto kecilnya kak Fahri persis sama yang di kasih ke gue."

"Seriusan gitu?" Ina menatap tidak percaya.

"Kenapa bisa gitu ya? Gak punya pendirian banget sumpah basi." Isaq berdecak, "Dia kagak ngerti trik deketin cewe lainnya sih."

"Lo kan cowo Saq, kenapa bisa gitu?" Tanya Zeline penasaran, "Kak Fahri gak ngerti apa yang gue pikirin nantinya."

"Sekarang udah bukan lo lagi yang di pikirin." Jawab seseorang di belakangnya.

"Nimbrung aja sih lo Dar." Kata Ina, "Lo mah sok tau banget!"

Berharap Dary paham maksud Ina, agar ia berhenti berbicara hal yang bisa menyakiti perasaan Zeline karena terlalu jujur. Namun ternyata, Dary malah menatap Zeline yang akan menitikkan air matanya lagi dan menjelaskan sesuatu.

"Harusnya lo gak perlu mikirin Fahri lagi, lebih kasian ke cewenya."

"Maksud lo? Kenapa gitu?"

"Kasian kenapa sih Dar, dia yang ngerebut juga. Lo ngaco ngomongnya." Ina terlihat kesal.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 30, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Kasih Dua BenuaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang