SD - Chapter 2

84 1 0
                                    

"Ugh..."

Mentari sudah menampakkan diri. Sinarnya yang menyilaukan membuat kenyamanan Eve dalam tidurnya menjadi terganggu. Perlahan-lahan ia mulai membuka matanya dan melihat sekelilingnya.

"Hmm.. Kenapa Eve ada di kamar ya??"

Eve mencoba mengingat kejadian semalam dan Ia menyadari sesuatu.

"Ah! Apa Papa sudah pulang??!!!"

Dengan semangat Eve menyingkap selimutnya, keluar dari kamarnya dan segera menuruni tangga dengan tak sabar menuju ruang makan. Sesampainya di ruang makan, Ia melihat sesosok lelaki berumur dengan garis wajah yang sangat tegas namun masih menampakkan kesan imutnya disertai bulu-bulu halus di sekitat dagunya tersebut sedang asik menyeruput secangkir teh hangat sambil membaca koran pagi. Melihat pemandangan itu membuat Eve senang hingga senyuman paling lebar menghias di wajahnya.

"Papa!"

Edward Grissham Claire, sesosok pahlawan dan panutan menurut Eve ini merupakan salah satu pengusaha dibidang properti yang cukup terkenal se-Nasional. Namanya sudah cukup dikenal oleh masyarakat bahkan oleh pemerintah daerah. Apalagi semenjak setelah menikah dengan Claudya Vinta Pattison, Mama Eve, usahanya semakin berjaya. Maka tak heran jika Edward sering bepergian dan tak selamanya bisa memantau apa yang dilakukan oleh Eve.

Merasa namanya dipanggil, Edward segera memalingkan wajahnya dari koran dan menatap anak perempuan pertamanya dengan tatapan sangat rindu. Tiba-tiba ia merasakan sebuah pelukan dari tangan kecil dan rapuh itu.

Edward segera mengangkat Eve setinggi mungkin dengan raut wajah yang sangat bahagia dan memutar badannya hingga gelak tawa mereka memenuhi seisi ruangan.

"Oh Eve anak kesayangan Papa! Kamu gak tau betapa rindunya Papa sama kamu."

"Hehehe. Eve juga rindu sama Papa!" Ucap Eve yang setelahnya mengecup pipi kiri Edward.

"Tapi, bukannya Papa bilang kemarin pergi keluar kotanya seminggu??" Tanya Eve. Edward memangku Eve di atas pahanya.

"Hmm. Lalu?"

"Ini masih hari Rabu lho, Papa. Harusnya kan Papa pulangnya hari Sabtu!"

"Lho? Papa pulang cepat emangnya gak boleh??" Goda Edward.

"Gak boleh! Papa harus nyelesein kerjaan Papa dulu! Baru boleh pulang!" Protes Eve.

Mendengar penuturan anaknya, Edward hanya tersenyum geli kalau sebenarnya pekerjaannya sudah selesai dengan sangat cepat dari yang Ia perkirakan.

"Ya udah. Padahal Papa rindu sama anak papa yang pintar ini, makanya Papa pulang. Tapi sepertinya Papa diusir. Huhuhu." Edward mulai beracting sok sedih.

"Yah yah, Papaaa. Bukan itu maksudnya Eve. Tapi... Anu...." Eve mulai merasa gugup dan bersalah karna sudah lancang terhadap Papanya.

Melihat itu, Edward tersenyum geli dan mengacak-acak rambutnya Eve.

"Papa bercanda kok. Kerjaan Papa rupanya bisa diselesaikan dengan cepat. Makanya Papa cepat pulangnya."

Mendengar penjelasan Papanya, Eve hanya bisa mengangguk memahami.

"Apakah anak Papa yang cantik ini sudah mandi?" Tanya Edward sambil mencubit kecil hidung Eve.

"Hehe belum, Pa."

"Ya sudah sana mandi. Papa siapin sarapan untuk kamu ya."

"Siap, Bos!"

Eve turun dari pangkuan Edward dan segera naik tangga menuju kamarnya. Setelah sampai di kamarnya, Eve baru menyadari sesuatu.

I am My EnemyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang