Aku yang tak terima di salahkan lantas menjawab. “Maaf kak ini bukan salah gue dan gue gamau terlibat dalam masalah kalian. Oh ya satu lagi gue bukan pelakor seperti apa yang di bilang kakak, semuanya duluan ya kak gue mau ke kelas lagian gue ke sini juga atas paksaan kak Arkan ko.”
Belum sempat mereka akan menjawab aku lantas pergi ke kelas dan sedikit berlari karena kak Arkan mengejarku. Untungnya di kelas tak ada guru.
“Va lo kemana aja ih gue khawatir tadi gue nyariin lo tau ga sih.”
“Gue ga kemana-mana ko Rat.”
Bel pulang lantas berbunyi dan aku berjalan ke parkiran sekolah sendiri karena Ratih sudah di jemput pada saat lewat lorong kelas 12 tanganku di tarik dan di bawa ke wc oleh geng kak Bella. Dan aku di bully kembali seperti kejadian beberapa tahun lalu, penyebabnya lagi-lagi kak Arkan.
Byurr......byurrrr
Aku di siram oleh air kamar mandi.
“Heh lo adik kelas pelakor gara-gara lo Arkan marah sama gue jadi lo harus terima balasannya.” Ucap kak Bella dengan di iringi tawa bersama teman-temannya.
Aku pun lantas menjawab. “Bukan gue yang salah gue gatau apa-apa di kejadian tadi so lo kak ga bisa sepenuhnya nyalahin gue.”
Plakkk.......plakkk......
Aku di tampar beberapa kali. “jangan pernah lo berani ngejawabnya.”
Tiba-tiba ada seseorang datang dan memarahi kak Bela dan teman-temannya. Aku tak menyangka orang itu adalah kak Aldo ia membantuku dan meminjamkan aku jaket. Kami pun berjalan ke parkira bareng dan pada saat di parkiran aku sudah melihat kakakku menunggu dan nampak kesal. Namun saat melihatku seperti ini dia marah.
Kakakku lantas bertanya. “De kamu kenapa, siapa yang berani gini ke kamu.”
“Udah kak lupain.” Ucapku sambil masih menangis.
Kakakku yang mengerti akan trauma pembullyan yang pernah aku alami lantas membawaku pulang. “Eh Aldo thanks karena lo udah nolongin adik gue, gue cabut duluannya.”
Aku pun lantas pulang di mobil terasa hening kaena tak ada yang memulai obrolan hingga aku sampai di rumah dan pada saat masuk rumah mamaku terkejut melihatku seperti ini ia lantas memelukku karena aku menangis.
Mamaku langsung menanyakan pada kakakku. “Kak ada apa dengan adikmu apakah dia jatuh atau di bully?”
Kakakku lantas menjawab. “Aku juga gatau ma.”
Mamaku lantas bertanya padaku. “De kamu ini ada apa? Ko bisa gini?”
Kakakku langsung berkata. “Iya kamu di apain de?”
Aku hanya bisa menangis dan aku terpaksa haru jujur kepada mereka karena kalo aku tak jujur aku takut mere kecewa padaku. “kejadian itu terulang hikssss... aku di labrakk dan di tampar.”
Aku bukanlah anak tukang ngadu jika ada masalah namun jika sudah seperti ini aku harus jujur karena bagiku kalo aku tak jujur mereka akan kecewa padaku.
“Kamu di labrak siapa hah? Bilang sama kakak.” Ucap kak Bryan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Me and you behind the tragedy
Teen FictionAku kembali lagi ke kota kelahiranku yang sudah lama ku tinggalkan. Tak dapat di sangka bahwa aku bertemu lagi dengan dia yang ada di masa laluku, bahkan kami satu sekolah. Bullying kata yang tak asing di dalam benakku, aku pernah menjadi korbannya...