Namaku Iqlima Devana Putri.biasa di panggil Deva oleh keluargaku. Aku bersekolah di SMA Negeri di Jakarta namun sayangnya aku harus kembali ke kota kelahiranku yaitu Bandung. Aku harus pindah sekolah karena papaku berpindah tugas ke Bandung otomatis keluargaku pindah lagi ke Bandung. Ada rasa senang aku pindah ke Bandung namun ada rasa sedih juga. Rasa senang itu karena keluargaku akan komplit, kakakku yang dari dulu tidak mau ke Jakarta akan serumah kembali bersama kami.
Aku di pindahkan ke SMA di Bandung. Banyak yang bilang sekolah ini adalah sekolahnya orang kaya yang anak-anaknya hitz, ganteng, dan cantik. Memang benar ata-rata di sekolah baruku seperti itu banyak murid anak pejabat yang pergi ke sekolah menggunakan mobil dan motor sport. Namun menurutku sekolah dimana saja yang penting bisa sekolah. Aku di pindahkan ke sekolah ini sebab kakakku sekolah di sekolah tersebut.
Bryan Devano Putra seorang kakak yang paling aku sayangi. Aku selama SMA kelas 10 hingga sekarang tidak tinggal bersama dia karena ia tak mau ikut kami ke Jakarta. Ia lebih menyukai Bandung. Tentu saja kakakku sayang kepadaku karena orang tuaku hanya memiliki aku dan kakakku jadi wajar saja bila kami akur dan juga umur kami tak beda jauh jadi setiap kami jalan,main berdua banyak yang mengira kami itu pacaran.
Arkan Renaldo Brawijaya seorang laki-laki yang paling aku tak suka di masa laluku namun seiring berjalannya waktu ia mengisi hari-hariku. Aku tak menyangka di balik badboy dia adalah sosok yang membuat siapa saja terkejut.
Sudah tak terhitung beberapa hari, minggu, bulan aku sekolah disini ternyata banyak kasus bullying dan mengapa seseorang di masa laluku sekolah di sini. Ia adalah teman abangku sendiri. aku memiliki beberapa sahabat di sekolah baruku namun sayangnya da tragedi yang dimana membuat aku kehilangan satu sahabatku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Me and you behind the tragedy
Teen FictionAku kembali lagi ke kota kelahiranku yang sudah lama ku tinggalkan. Tak dapat di sangka bahwa aku bertemu lagi dengan dia yang ada di masa laluku, bahkan kami satu sekolah. Bullying kata yang tak asing di dalam benakku, aku pernah menjadi korbannya...
