Tepat di bulan ini aku pindah sekolah ke tanah kelahiranku yaitu ke Bandung karena ayahku berpindah tugas di Bandung. Haruskah aku sedih atau senang kalau aku pindah dari sekolah lamaku, siapa yang tidak sedih jika harus kehilangan teman-teman yang menurutku berarti. Namun ada yang membuatku senang aku bisa berkumpul dengan keluarga besarku, aku bisa menikmati hari-hariku bersama nenekku, dan masih banyak aktifitasku yang lainnya.
“Va, bangun,” ucap mamahku.
Hari sudah menjelang sore dan akhirnya aku sampai di rumah lamaku, rumah ini masih tetap sama masih asri dan indah seperti dulu. Aku jadi teringat oleh tetanggaku yang sangat menyebalkan anaknya. Anaknya seumuran denganku namun ia selalu membullying aku pada saat akau masih kecil.
Eyang menyambutku sambil bertanya “Cucu eyang sudah besar dan cantik sekali, apakah kamu memiliki kekasih?”
“Eyang bisa saja, eyang juga terlihat awet muda lohhh, eum aku tidak punya pacar hehe” ujarku
Setelah berbagi cerita dan mengobrol dengan eyang aku memasuki kamarku dan membereskan semua barangku serta aku mendesain kamurku agar nyaman. Aku mengerjakan itu semua tidak sendiri aku di bantu oleh Bi Sri. Bi Sri sudah seperti ibu angkatku ia selalu menjagaku pada saat aku kecil meskipun pekerjaan ia hanya sebagai asisten rumah tangga tapi keluargaku sudah menganggapnya menjadi saudara kami.
Malamnya aku dan keluargaku makan malam bersama dan setelah itu kami selalu berkumpul dan menonton TV bersama. Bisa di bilang keluargaku ini harmonis aku patut bersyukur di lahirkan di keluarga ini. Setelah berkumpul aku langsung tidur karena besok sudah harus sekolah di sekolah baruku.
“Va, bangun kamu kesiangan.” Ucap mamaku sambil berteriak.
“Hah bagaimana ini ma, masa aku baru masuk sekolah sudah telat.” Ucap.
Kakaku malah tertawa sambil terbahak-bahak. “Va kamu ga telat ko ini masih pagi.”
Akupun langsung melihat jam dan benar ini masih pagi. “Oh jadi mama dan kakak menjailiku.”
KAMU SEDANG MEMBACA
Me and you behind the tragedy
Ficção AdolescenteAku kembali lagi ke kota kelahiranku yang sudah lama ku tinggalkan. Tak dapat di sangka bahwa aku bertemu lagi dengan dia yang ada di masa laluku, bahkan kami satu sekolah. Bullying kata yang tak asing di dalam benakku, aku pernah menjadi korbannya...